Menjenuhkan sekali jika... (melihat) sebuah kebaikan mesti bersanding dengan membandingkan sebuah keburukan. Yang semula bisa seputih susu, malah yang nampak menjadi kopasus (kopi pakai susu, atau kopi susu). Ada putih yang tercampur (dan/atau dicampur).Â
Kebaikan, biarlah saja dilihat sebagai kebaikan. Membiarkan kebaikan hadir sebagai sesuatu yang tunggal, berdiri sendiri. Tidak perlu jadi pahlawan kesiangan karena munculnya keburukan!
Ingat beberapa waktu lalu sempat ada yang viral di Twitter (atawa, barangkali juga di media sosial lainnya) tentang seseorang yang membuat narasi petugas pembersih bioskop?Â
Sebenarnya tampak biasa. Namun, narasi tersebut meyakinkan. Terlebih di read-with selebtweed. Terlebih lagi yang membuat viral itu lucu-lucu-cantik. Jadilah itu suatu yang mencengangkan banyak orang.
Begini. Tahukah kamu, menurut sumber yang viral dan terpercaya itu, kalau lama waktu petugas pembersih bioskop adalah 15 menit.Â
Ada 6 petugas yang bekerja, 3 orang untuk 1 studio teater dan (rata-rata) 120an kursi setiap hari. Waktu yang (amat) singkat. Bagaimana tidak, itu mesti dikerjakan dengan benar dan tepat.Â
Kalau bisa cepat. Karena film berikutnya mesti dimulai sesuai jadwal. Karena penonton yang budiman tidak suka keterlambatan --apapun alasannya!
Kemudian masuklah narasi tersebut.
Seperti cerita dalam cuitan yang viral itu, katanya, penonton mulai mengomel karena belum diizinkan masuk pedahal waktu menunjukan sudah lewat dari jadwal penayangan. 10 menit, hanya 10 menit.Â
Sepertinya mereka lupa ini: jadwal yang tertera itu tidak termasuk iklan dan segala mecemnya. Jadi, kalaupun di jadwal pukul 15.10 paling tidak film baru dimulai 20 menit setelahnya.