Mohon tunggu...
Harry Nuriman
Harry Nuriman Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta. CSR & Sustainability. Musik & film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wife Destroyed

23 Oktober 2014   15:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:01 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ani terkejut dan menatap pintu kamar Astrid. Pintu dibuka dari dalam. Si Naneh setengah berlari keluar dari kamar itu. Rambut dan bajunya tampak berantakan. Tangannya didekap di dada sambil mencengkeram kutang dan celana dalamnya.

Ani ternganga. Di dalam Astrid berteriak semakin keras. Penghuni kebun binatang dan isi penjara berhamburan dari mulut Astrid. "Babi lu ya? Anjing! Gue tinggal pergi sebentar aja, lu main gila sama si Naneh. Bajingan. Dasar maling! Beraninya main belakang lu ya?"

Prang… prang… prang.... Bunyi benda pecah. Plak! Gubrak! Entah apa yang terjadi di dalam.

Ani tidak tahan mendengarnya. Dia ambil kunci mobil di atas meja tamu lalu bergegas keluar.

Dia tak tahu harus kemana. Dia tidak berani ngebut. Tangannya gemetar karena belum pernah dalam perkawinannya, ataupun perkawinan orang tuanya, dia mendengar seperti yang baru saja didengarnya di rumah Astrid.

Ani mengarahkan mobilnya menuju Kebon Jeruk, rumah orang tuanya. Apa alasan yang mesti dibilang kalau ditanya mamanya kenapa dia ke sana tanpa suami. Purik? Dia pasti akan ditegur mamanya kalau dia katakan alasan yang sebenarnya.

"Kamu purik karena bosan bikin kopi buat suamimu?" Paling itu yang akan dikatakan mamanya.

Perlukah dia katakan yang sebenarnya, bahwa dia merasa diperbudak suami dan diminta mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sebetulnya bisa dikerjakan pembantu? Ah, paling mama bilang, "Mama sudah 30 tahun lebih bikinkan papamu kopi. Kamu ini belum setahun sudah begitu…" Ah, mama memang sudah di set up untuk nrimo dan mengabdi pada suami.

Handphonenya berbunyi. Ani merogoh tasnya. Suaminya memanggil.

"Ya Mas?"

"Sayang, aku lagi coba bikin puding buah kesukaanmu. Tadinya sih mau ngasih kejutan buat kamu, tapi pembuka kalengnya kamu taro di mana?"

Ani tertegun sejenak, lalu tersenyum. Dia tahu harus ke mana. (/hn)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun