Mata suaminya cuma terbuka sedikit. "Mmmmh...."
Itu berarti boleh.
"Aku bawa mobil," kata Ani.
Sambil menguap suaminya menjawab,"Jangan pulang malem."
***
"Apa? Seenaknya betul dia. Nggak bisa. Itu namanya marital rape, darleeng. Kenapa lu mau aja diperlakukan kayak begitu," Astrid ngomel panjang pendek. Untung Kafe Tator sore itu tidak terlalu ramai.
Astrid lalu bercerita tentang bagaimana dia memperlakukan suaminya. "Kalo gue lagi kesel atau lagi nggak mood, gue biarin aja. Gue tolak. Selama ini dia tahan-tahan aja tuh."
Singkat kata Astrid mulai menumbuhkan di dada Ani rasa sebal terhadap suaminya. Dia merencanakan untuk mulai menerapkan metode Astrid. Sejak masih kuliah, sahabatnya ini memang jadi tempat curhat. Walaupun begitu, baru kali ini dia berani cerita soal hubungannya dengan Tony.
"Tapi gue nggak tahu apa aja yang bisa gue lakuin," keluh Ani.
"Astaga…, lu sejak kawin jadi agak-agak deh. Sorry gue ngomong begini. Mana Ani yang gue kenal dulu? Jangan-jangan perkawinan bikin lu jadi ... begitulah...," Astrid tidak meneruskan kata-katanya. Tapi Ani tidak tersinggung seandainya Astrid mengatakan bahwa sekarang dia jadi bodoh, tolol, atau semacamnya.
"Gue punya buku bagus. Judulnya Woman Destroyed karangan Simone De Beauvoir, penulis feminis. Lu mesti baca. Setelah baca buku itu gue yakin lu bakal ngerti bahwa selama ini lu terperangkap dalam perkawinan yang bernuansa perbudakan. Lu baca deh, trus lu coba bikin perubahan. Biar suami lu sadar."