Firman Tuhan berkata "Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28-30).
Â
Ayat ini jelas merupakan suatu undangan atau ajakan kepada semua orang, tidak terkuali siapapun dan dimanapun yang masih hidup di dunia ini. Tentunya undangan ini suatu berita yang sangat menggembirakan, karena setiap orang pasti membutujhkan kelegaan, ketentraman  dan ketenangan. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlepas dari masalah dan pergumulan, artinya tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak memiliki beban. Beban itu bisa kita anggap berat atau ringan semua tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Â
Kata "Berbeban Berat" berarti memang beban yang dihadapi sangat berat sehingga tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi itu, bisa juga diartikan kita sudah tidak mampu dan mengalami jalan buntu. Jika demikian maka undangan atau ajakan tersebut merupakan jalan keluarnya untuk melepas rasa letih lesu itu.
Â
Masih ingat kata perikop yang tertulis di dalam Kitab Ayub 7:1 disitu dikatakan "HIDUP ITU BERAT", kemudian di ayat 1 dikatakan "Bukankah manusia. Harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan".Â
Â
Dari ayat tersebut sudah jelas menunjukkan bahwa semua manusia dalam  keadaan letih dan lesu, hidupnya penuh dengan beban berat. Itulah sebabnya  Tuhan memberikan undangan atau ajakan kepada setiap manusia untuk datang kepadaNya dan Tuhan berjanji akan memberikan kelegaan.Â
Â
Tetapi bagaimana kita bisa memperoleh kelegaan itu di dalam ayat tersebut dikatakan "AKAN". Arti kata "akan" berarti ungkapan syarat. Kata AKAN juga bisa diartikan atau dipersamakan sebagai kata "JIKA atau BILA" Dengan pengertian ini maka jika kita ingin memperoleh kelegaan maka ada syaratnya. Â Nah yang menjadi pertanyaan apa syaratnya?
Â
Dalam ayat tersebut dikatakan "MARILAH KEPADAKU", Kata atau kalimat yang mengatakan "Marilah KepadaKu" itu adalah kata PERINTAH, dan itu adalah perintah Tuhan sendiri. Dengan demikian maka dapat disimpulkan, jika kita ingin mendapatkan kelegaan terlepas dari letih lesu, syaratnya kita harus mengikuti perintah Tuhan.Â
Â
Kata "Marilah Kepada-Ku" mempunyai 2 makna. Makna pertama adalah supaya kita aktif bukan pasif. Artinya kita harus bergerak dan bergerak. Untuk memperoleh segala sesuatu, tidak bisa kita hanya berdiam saja, harus ada usaha. Tidak mungkin kita mendapatkan berkat, jika kita hanya berpangku tangan, bermalas-malasan. Kita akan memperoleh berkat yang berkelimpahan jika ada usaha dan yang lebih dahsyat usaha tersebut disertai oleh Tuhan. Apa yang dikerjakan oleh Yusuf pasti berhasil karena ada penyertaan Tuhan. Jadi kunci utama keberhasilan adalah usaha dan penyertaan Tuhan.
Â
Ingat ketika Petrus seharian mencari menjala ikan Petrus tidak mendapatkan apa-apa, pekerjaannya sia-sia, tetapi ketika Petrus menuruti perintah Tuhan, maka apa yang dikerjakan Petrus  mendapatkan hasil yang luar biasa dan berkelimpahan, bahkan berkat itu bisa dia bagikan kepada banyaik orang. Artinya Petrus bisa menjadi berkat bagi banyak orang jika dia disertai oleh Tuhan, di dalam mengerjakan apapun juga.Â
Â
Makna berikutnya atau makna yang kedua selain kita harus aktif, kita juga harus mendekatkan diri pada Tuhan. Tidak mungkin Petrus bisa mendengarkan perintah Tuhan, jika Petrus keberadannya jauh dari Tuihan. Petrus harus bergerak mendekati dan menghampiri Tuhan. Setelah Petrus mendekatkan diri pada Tuhan, disitulah Petrus bisa mendengarkan suara Tuhan. Â Jadi jelas kunci untuk kita bisa mendengarkan suara Tuhan kita harus ada hubungan intim dan akrab dengan Tuhan
Â
Artinya jika kita ingin mendapatkan berkat yang berkelimpahan syaratnya adalah menuruti perintah Tuhan, dan untuk menuruti perintah Tuhan kita harus aktif bergerak yaitu mendekatkan diri pada Tuhan. Tetapi itu bukan berarti bahwa "TUHAN SEBAGAI SARANA UNTUK MENDAPATKAN BERKAT.  karena  "TUHAN ITU SENDIRI SUMBER BERKAT"  maka focus utama kita adalah sumber berkat itu sendiri yaitu Tuhan. Ketika kita sudah mendapatkan sumber berkat itu maka sudah barang tentu kita tidak perlu mencari lagi berkat, karena semua berkat sudah tersedia dan sudah  kita miliki.
Â
Untuk memperoleh kelegaan ternyata tidak sesimpel atau atau segampang itu, Di dalam Lukas 5:5 Tuhan bertanya kepada Simon dan  Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga". Perlu diketahui Simon adalah nelayan yang sehari-hari mencari ikan. Tentunya dia paham, pada jam berapa dan di lokasi mana jala harus ditebar agar mendapat ikan. Artinya Petrus bukannya baru belajar mencari ikan, tetapi dia sudah professional. Tetapi saat iitu Petrus tidak mendapatkan apa-apa, walau sudah bekerja seharian. Sudah pasti Simon saat itu etih lesu dan sangat galau menghadapi masalah itu. Dalam hati dan pikirannya pasti bergejolak bagaimana nanti pulang kerumah jika tidak membawa hasil tangkapan, bagaimana  rumah tanggaku, pasti anak dan istriku akan kelaparan.
Â
Nah dalam keadaan seperti itu pasti bertambah kesal jika ada seseorang yang sok tahu memerintah dan mengajarinya. Namun ternyata tidak demikian, dalam keadaan seperti itu Petrus ternyata menuruti perintah Yesus, dan Ketika Petrus menuruti perintah Yesus maka terjadi mujizat besar. Disitulah letak keberhasilan itu terjadi. Petrus mau merendahkan diri.  Sekalipun Petrus sudah ahli dan pakarnya dalam bidangnya yaitu sebagai penangkap atau penjala ikan, tetapi  ternyata Petrus dalam hal ini bisa melepas kesombongannya sebagai orang yang ahli dalam menangkap ikan, dia justru mau melepas  dan menanggalkan keangkuhannya,  Â
Â
Secara manusia, logikanya Petrus lebih dan sangat paham tentang tempat di mana jala harus ditebarkan, namun melalui peristiwa ini kita perlu meneladani sikap kerendahan hati Petrus untuk taat tunduk menuruti perintah dan perkataan Yesus dibandingkan dengan mengandalkan pengetahuan, pengalaman dan keahliannya sendiri sebagai nelayan.
Â
Jadi jelas dari peristiwa ini maka dapat diambil kesimpulan, datangnya berkat semata bukan karena tempat yang diperintahkan Yesus untuk menebar jalanya lebih dalam, tetapi pada hakekatnya adalah karena Yesus sendiri sebagai sumber berkat bukan sarana berkat. Artinya jika kita focus pada Tuhan, maka berkat itu akan datang dengan sendirinyaÂ
Â
Masih ingat kisah seorang pemuda kaya, mengapa pemuda kaya ini tidak memperoleh kelegaan, bahkan dengan rasa sedih pemuda kaya ini meninggalkan Yesus. Semua itu penyebab utamanya adalah karena pemuda kaya ini hidupnya tidak focus pada Yesus. Pemuda kaya ini focus pada berkat, tidak focus pada sumber berkat itu sendiri yaitu Yesus.
Â
Sekuat apapun, sehebat apapun dan sekaya apapun, tidak mungkin kita akan memperoleh kelegaan, jika hidup kita tidak terfokus pada Yesus. INGAT jangan sampai Yesus kita jadikan hamya sebagai sarana untuk mermperoleh kelegaan atau berkat. Sebab jika Yesus kita anggap sebagai sarana untuk memperoleh berkat atau kelegaan, maka setelah kita menerima berkat itu pasti kita akan meninggalkan dan melupakan pemberi atau sumber berkat itu.
Â
Ketika tahun 1978 anak saya yang pertama dipanggil Tuhan, kemudian disusul anak saya yang nomor dua juga dpanggil Tuhan, tidak lama kemudian istri saya mengalami strock selama 13 tahun, dan pada akhirnya meninggal dunia juga, sudah pasti jika saya menganggap Yesus sebagai sarana untuk memperoleh kelegaan pasti saya kecewa dan meninggalkan Tuhan.  Yesus yang saya anggap sebagai sarana untuk memperoleh kelegaan ternyata sia-sia. Justru ketika saya berjalan  bersama Yesus persoalan demi persoalan, permasalahan demi permasalahan datang sil;ih berganti.
Â
Tetapi ketika focus utama saya hanya tertuju pada Tuhan, maka disitulah saya memperoleh pemahaman dan pengertian hidup yang sesungguhnya didalam Tuihan. Arti hidup sesungguhnya di dalam Tuhan adalah menyerahkan seluruh total kehidupan kita pada Tuhan, dan Ketika kita menyerahkan hidup kita seluruhnya pada Tuhan disitulah kita akan memahami apa maunya Tuhan dalam kehidupan kita. Kita akan mengerti sesungguhnya rencana Tuhan dalam kehidupan kita, dan kita tahu rencana Tuhan pasti yang terbaik untuk kita, karena Tuhan itu baik.
Â
Ketika Yusuf dalam penyertaan Tuhan, apakah kehidupan Yusuf baik-baik saja, tidak mengalami permasalahan dan pergumulan? Â Tentunya tidak, justru ketika Yusuf dalam penyertaan Tuhan, Yusuf mengalami penderitaan yang sangat berat. Yusuf sudah memperoleh ancaman pembunuhan Ketika dirumah, dan rencana pembunuhan itu terealisasi ketika Yusuf dimasukkan kedalam lubang sumur oleh saudara-saudaranya. Penderitaan Yusuf tidak sampai disitu saja, setelah di jual oleh saudara-saudaranya, kemudian Yusuf diseret oleh pedagang Mesir dengan keledai tunggangannya, Yusuf dijadikan budak di tanah Mesir, artinya Yusuf bisa diperlakukan apa saja seperti barang atau binatang dagamgan. Tidak hanya itu saja Yusuf juga di fitnah oleh istri Potifar serta di jebloskan ke dalam penjara.Â
Â
Demikian halnnya dengan Daud, Ketika Daud dalam penyertanaan dan berjalan bersama dengan Tuhan, apakah kehidupan Daud baik-baik saja? Tidak ada bedanya dengan Yusuf kehidupan Daud juga banyak mengalami penderitaan, bahkan rencana pembunuhan sudah direncanakan sejak Daud ada dalam kandungan oleh orang tuanya sendiri. Â Kemudian setelah hadir di dunia Daud juga tidak kehendaki di dalam rumah tangganya, hal ini terlihat jelas atas perlakuan orang tuanya dimana kakak-kakaknya dipekerjakan di istana sebagai prajurit, sermentara Daud dipekerjakan sebagai penjaga domba yang berjumlah hanya 3 ekor.Â
Â
Dari sikap orang tua Daud ini sudah jelas menunjukkan bahwa Daud tidak dikehendaki keberadaannya di tengah keluarga. Orang tua Daud berharap agar Daud segera mati diterkam binatang buas Ketika sedang menggembalakan dombanya, karena ketika binatang buas hendak menerkam dombanya, maka yang dihadapi pertamakalinya tentu Daud  Nyawa Daud tidak saja terancam oleh orang tuanya sendiri serta binatang buas, nyawa Daud juga terrancam oleh orang terkemuka di negeri itu.Â
Â
Yang akan membunuh Daud bukan orang sembarangan tetapi seorang raja yaitu raja Saul. Rencana pembunuhan bukan saja dilakukan oleh Saul sekali atau dua kali tetapi sering kali. Bagaimana perasaan Daud ket ika  ancaman pembunuhan itu datang. Tentunya sangat menderita.
Â
Namun karena Daud hidupnya terfokus hanya pada Tuhan maka perhatian Tuhan-pun juga terfokus pada Daud  Daud terhindar dari rencana pembunuhan, bahkan Tuhan mengngakat Daud menjadi orang terkemuka yaitu menjadi raja. Demikian halnya dengan Yusuf Ketika Yusuf memfokuskan hidupnya hanya pada Tuhan, maka Tuhan juga membela dan akhirnya Yusuf diangkat menjadi orang terkemuka nomor dua di tanah Mesir.Â
Â
Jika kita ingin berhasil di dalam segala aspek kehidupan kita, mari kita mulai sekarang jangan jadikan Yeus sebagai sarana untuk memperoleh berkat (kelegaan). Tetapi jadikan Yesus sebagai tujuan utama dalam kehidupan kita, Marilah kepada-Ku, Aku akan memberikan kelegaan bagimu. SPOUDE Tuhan Yesus memberkati. Â Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H