Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Habakuk dalam Rancangan Tuhan

22 Maret 2024   09:42 Diperbarui: 22 Maret 2024   09:42 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tentunya kita masih ingat lagu pujian yang syairnya demikian "Tuhan menetapkan Langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya. Apabila ia jatuh tak akan tergeletak sbab Tuhan menopang tangannya".

 

Sebagian besar orang Kristen mungkin  sudah hafal dengan syair lagu ini. Namun yang menjadi pertanyaan apakah kita sudah benar-benar mengeti, memahami dan menjalankannya. Jangan-jangan kita hanya hafal dan suka lagunya. Sangat disayangkan jika kita hanya sekedar hafal dan suka saja, tetapi tidak mengeti makna dan tidak mau melakukannya. Apa sih hidup yang berkenan kepada Allah itu?.

 

Hidup berkenan kepada Allah merupakan kehidupan yang memenuhi standar Allah, yaitu orang yang menyerahkan hidupnya kepada Allah serta siap meninggalkan sikap ego dan manusia lamanya. Karena orang yang berkenan kepada Tuhan akan diberikan hikmat oleh Tuhan dalam segala hal, sehingga setiap keputusan dalam hidupnya ada penyertaan Tuhan dan Tuhan sendiri yang akan memberi keberhasilan dan kemenangan.

Setiap orang bisa hidup berkenan kepada Allah jikalau membangun sebuah hubungan yang intim dengan-Nya serta hidup percaya dan berserah kepada Tuhan dalam keadaan apapun yang sedang terjadi, seorang yang berkenan kepada Allah pasti mampu menghadapi tantangan karena kekuatan pasti Allah berikan untuk bisa melewatinya.

Kasih kristus adalah kasih yang sempurna, karena Kristus telah mati untuk setiap orang yang mengasihi Dia, jadi hiduplah tetap dalam kerendahan hati, karena kerendahan hati membawa kepada perkenanan Tuhan, sehingga apa yang tidak pernah dipikirkan, akan timbul dalam hati serta melihat semua yang disediakan Tuhan bagi setiap orang yang berkenan kepada-Nya.

Supaya mengalami perkenanan Tuhan dan menerima janji-janji Tuhan, syarat dan kuncinya adalah hidup berkenan, dengan cara menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan, hidup terus percaya, berserah dan bersandar kepada Tuhan serta selalu hidup dalam kerendahan

Kalau kita perhatikan dan kita baca dengan seksama kisah dari nabi Habakuk ini, maka dapat kita Tarik kesimpulan bahwa Habakuk mempunyai karakter yang luar biasa.  Habakuk memiliki karakter yang lemah lembut, tidak menyukai dengan kekerasan, perhatian dan peduli kepada orang lain. Habakuk juga peduli kepada orang-orang yang susah, menderita dan teraniaya. Yang jelas karakter dari pada Habakuk dia penuh kasih, seperti Yesus yang adalah KASIH.

Dengan karakter yang dimiliki sedemikian mulai, maka tidak salah jika Habakuk ini dapat digolongkan sebagai orang yang hidupnya berkenan dihadapan Allah. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya permasalahan yang dihadapi oleh Habakuk tersebut Tuhan punya rencana yang luar biasa dalam kehidupan Habakuk. Apakah rencana Tuhan dalam kehidupaan Habakuk? Tentunya rencana Tuhan terhadap Habakuk juga berlaku kepada kita Sebelum membahas hal ini mari kita lihat sepintas sejarah dari pada Habakuk ini,

 

Sejarah Kehidupan Habakuk

Sangat sedikit informasi mengenai latar belakang pribadi Habakuk, sehingga banyak yang berspekulasi mengenai pemberitaan dan zamannya.  Namun, pendapat umum dewasa ini menempatkan masa hidup Habakuk pada akhir abad ke-7 SM. Ia hidup kira-kira sezaman dengan nabi Zefanya, Yeremia, Nahum dan mungkin juga Yoel. Kondisi yang ia hadapi tentu berkaitan dengan orang-orang Kasdim (Babilonia). Karena bangkitnya bangsa Kasdim ke tampuk kekuasaan terjadi pada sekitar tahun 612 SM, kita dapat mengasumsikan bahwa Habakuk aktif pada masa itu, sehingga ia berasal dari masa yang sama dengan Yeremia dan Zefanya. Namun, sumber-sumber Yahudi tidak mengelompokkannya dengan kedua nabi itu, yang seringkali ditempatkan bersama-sama, sehingga ada kemungkinan bahwa ia sedikit lebih awal daripada kedua nabi yang disebutkan tadi. Ia hidup pada masa pemerintahan raja Yoyakim yang lalim.

Pokok Pewartaan Habakuk didasari oleh keprihatiannya yang besar bagi bangsa Yehuda dan kehidupan iman mereka. Dalam pewartaannya ia menyampaikan bahwa TUHAN akan menggunakan bangsa asing sebagai alat untuk menyampaikan keadilannya. Iapun menyatakan nilai kesabaran, ketekunan dan pemahaman akan makna penderitaan, tanpa kehilangan optimisme hidup. Habakuk mengajak semua orang untuk memahami rencana TUHAN secara jangka panjang, sehingga seseorang tidak memaksakan kehendaknya tetapi memahami rencana itu dalam kesabaran dan penuh pengertian. Selain itu, Habakuk juga menyampaikan pesan yang keras dan tajam kepada orang-orang yang masih mempertahankan kejahatan moral, politis dan ritual, demi kepentingan dan kesenangan sendiri.

Habakuk sebagai nabi, bingung melihat penghakiman Allah yang tampaknya terus tertunda, sementara semangat umat yang tersisa dari pembaruan Yosia di Yehuda dilemahkan oleh penyelewengan para pemimpin bangsa. Habakuk prihatin dengan masalah moral, yaitu orang Kasdim yang dibangkitkan TUHAN untuk memberlakukan penghakiman atas orang Yehuda, padahal kekejaman dan kebiadaban orang Kasdim itu menyangkal kebenaran TUHAN. Kebingungannya ini menyebabkan Habakuk dikatakan sebagai nabi yang unik di antara para nabi, karena dialah satu-satunya yang mempertanyakan hikmat Allah. Namun, pada akhirnya Habakuk melihat bagaimana TUHAN berkarya dalam sejarah demi keselamatan umat manusia.[ Habakuk menekankan bahwa TUHAN adalah TUHAN yang setia, adil dan membela umatnya, walaupun umat dalam penderitaan. Habakuk meyakini bahwa orang benar akan hidup dan orang fasik akan musnah

Mengapa Tuhan Memperlihatkan Kelaliman Tersebut:

Kalau Tuhan mengizinkan untuk memperlihatkan kejahatan demi kejahatan terjadi saat itu, tentunya Tuhan punya alasan atau rencana yang baik terhadap kehidupan rohani Habakuk maupun rakyat Kasdim. Apakah rencana tersebut:

Mengingatkan Bahwa Setiap Orang Pasti Punya Permasalahan

Penderitaan, sakit penyakit dan kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan oleh manusia. Tidak pandang bulu, baik itu pria ataupun wanita, baik usia muda, belia maupun orang tua, baik kaya ataupun miskin, baik yang berpendidikan ataupun tidak, baik yang di desa ataupun di kota, semua akan mengalami permasalahan itu.

Semasa kita masih hidup pasti kita akan mengalami permasalahan. Setelah kita mati barulah permasalahan itu tidak ada pada kita. Setiap orang mempunyai permasalahan yang berbeda-beda tergantung bagaimana kita menyikapinya. Orang yang percaya pada Tuhan ataupun yang tidak percaya, juga mempunyai permasalahan. Berikut ini adalah ini adalah contoh hamba-hamba Tuhan yang mempunyai permasalahan cukup berat menurut ukuran manusia.

Ada seorang ibu rumah tangga yang mengalami permasalahan yang sangat berat, karena kedapatan anak satu-satunya mengkonsumsi narkoba. Anak ini telah ditegor dengan kasih oleh ibunya, dari waktu ke waktu sekalipun telah di doakan siang dan malam, namun kebiasaan terlarang yang dilakukan oleh anaknya tersebut tidak juga berkurang tetapi justru bertambah parah.

Hari berikutnya anaknya sudah mulai berani menipu dan membohongi kedua orang tuanya, selain itu juga sudah berani memakai uang kuliah yang seharusnya dia bayarkan dia pakai untuk membeli narkoba, dan yang lebih parah lagi anak ini juga sudah berani menjual barang-barang yang ada di rumah. Sekalipun sudah lama, tetapi untuk tidak membuat suaminya banyak pikiran, ibu ini sengaja tidak memberitahukan keadaan anaknya kepada suaminya. Di rumah doapun ibu ini juga tidak memberitahukan padahal ibu ini seorang pendoa.

Karena bertambah hari bertambah parah, akhirnya ibu ini terpaksa memberitahukannya kepada tim pendoanya di greja, dia juga memberanikan diri untuk memberitahukan kepada suaminya. Ketika mendengar berita ini suaminya kaget bukan kepalang, setiap saat dan setiap waktu dia selalu memikirkan anaknya, akhirnya suami jatuh sakit dan terpaksa harus di rawat di rumah sakit.

Mendengar bapaknya di rawat dirumah sakit, bukannya si anak bertobat tetapi justru semakin menjadi-jadi, bahkan ketika bapaknya meninggal dunia dia pun juga tidak menyesalinya. Pada akhirnya anak itu sendiri menyusul bapanya meninggal dunia karena over dosis.

Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang juga mengalami pergumulan berat seperti yang dialami ibu ini. Misalnya bapak Pendeta Hamba Isa yang melayani gereja GGP di Jawa Barat. Hamba Tuhan ini mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa, anak laki-lakinya meninggal dunia karena sakit dan anak perempuannya meninggal dunia karena kecelakaan, jadi sekarang hamba Tuhan ini hanya berdua bersama istrinya.

Demikian halnya dengan Bapak Pendeta Hengky Benaya yang merupakan mantan ketua Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) di Indonesia. Pergumulan yang dialami oleh beliau juga tidak kalah beratnya, setelah anak satu-satunya meninggal akibat kanker lidah, tidak lama kemudian beliau sendiri di panggil Tuhan karena sakit.

Dari ketiga hamba Tuhan yang mengalami permasalahan berat ini, siapakah diantaranya yang paling berat permasalahannya. Pasti dua diantaranya yang mengatakan paling berat, yaitu ibu pendoa dan ibu pendeta Hengky Benaya, sebab keduanya kehilangan anak dan suaminya.

Jika dibandingkan dengan penderitaan Ayub, lebih berat mana? Adakah orang yang mau mengalaminya? Mungkin kalau lebih dulu diberitahukan kalau nanti keadaan Ayub akan dipulihkan, pasti tidak sedikit orang yang mau mengalaminya, apalagi kalau anak-anaknya yang sekarang sering mengecewakan orang tua semua.  Tetapi kalau tidak diberitahukan pasti semua orang yang ada di dunia ini tidak ada yang mau mengalaminya.

Coba bayangkan mula-mula Ayub kehilangan lembu, domba, keledai dan semua hartanya. Kehilangan sedemikian memang berat, tetapi pasti masih tertahankan. Maka dari itu kalau kita harus memilih antara kehilangan kekayaan, keluarga, kesehatan, atau teman-teman, kita pada umumnya akan memilih kehilangan kekayaan. Mengapa? Karena selama nyawa masih di kandung badan, dan kita dalam keadaan sehat, ditambah anak dan istri baik-baik, harta toh bisa di cari lagi.

Tetapi kenyataan dalam waktu hampir bersamaan Ayub kehilangan semua anak-anknya. Namun syukurlan, ia sendiri dan istrinya masih sehat. Itu berarti jika harta hilang tinggal dicari lagi, maka anak hilang tinggal diproduksi lagi.

Kemudian ternyata dalam waktu singkat Ayub yang sehat menjadi sakit mulai dari telapak kaki sampai ke ujung kepalanya. Tetapi syukurlan ada istri yang diharapkan dapat merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ternyata istrinya, satu-satunya orang yang dikasihinya yang masih tinggal, justru mengutuk dan menyuruhnya mati saja.

Dari peristiwa ini mengingatkan kepada kita semua, selama kita masih hidup pasti ada permasalahan, namun kita sebagai anak Tuhan harus percaya bahwa hidup kita ada ditangan Bapa. Bapa yang ada di dunia saja sangat menyayangi anaknya, apalagi Bapa yang di sorga yang adalah Bapa yang maha pengasih dan maha penyayang.

Menanggapi Permasalahan 

Sudah dijelaskan diatas bahwa setiap orang yang masih hidup pasti punya permasalahan, ketiga kesaksian tersebut menggambarkan betapa beratnya permasalahan yang mereka hadapi. Berhasil tidaknya ketiga hamba Tuhan tersebut dalam mengatasi masalah hal itu tergantung dari bagaimana mereka menanggapi masalah itu. Biasanya ada 2 hal yang dilakukan oleh manusia yaitu melalui cara pandang manusia dan cara pandang Allah.

Cara Pandang Manusia

Cara pandang manusia biasanya serba instan. Contoh sederhana ketika kita sakit, maka hati kita akan lega, ketika kita sembuh, ketika listrik rumah kita dicabut, maka hati kita akan lega apabila kita punya uang untuk membayarnya, ketika rumah kita disegel, maka hati kita akan tenang apabila kita bisa melunasinya, ketika mobil kita akan diderek, maka hati kita akan tentram apabila bisa membayarnya.

Cara  pandang seperti ini, jelas akan menjerumuskan manusia lebih dalam, dalam menghadapi permasalahan, jika demikian maka tidak heran apabila manusia akan cepat menghilang dari peredaran (mati), bagaimana tidak!  Sebab tidak semua yang kita harapkan akan terwujud, ada yang sudah bertahun-tahun menderita sakit, dan sudah berkali-kali masuk rumah sakit tetap saja tidak sembuh. Ada yang sudah berusaha kemana-mana mencari dana untuk pembayaran listrik, pembayaran rumah, cicilan mobil dan lain sebagainya, tetapi tidak juga memperoleh dana. Kalau menghadapi masalah seperti ini, tidak jarang kita menjadi stress, berlanjut kepada stroke dan akhirnya meninggal dunia.

Tidak kita sadari bahwa biasanya semua yang kita inginkan melebihi dari kebutuhan, artinya sebenarnya kita sudah tercukupi akan kebutuhan kita, tetapi keinginan kita lebih besar. Misalnya sebenarnya dengan gaji Rp. 10 juta per bulan, sudah tercukupi semua kebutuhan kita, tetapi keinginan kita lebih besar dari itu, itulah yang namanya nafsu.

Untuk mengatasi nafsu ini biasanya ditempuh dengan cara instan, yaitu melalui korupsi, melalui pungli, catut sana catut sini. Segala cara ditempuh untuk memenuhi nafsu ini. Semua cara diatas memang sudah lazim ditempuh oleh orang selama ini. Tetapi anehnya sekarang ini, ada cara yang tidak lazim mulai dilakukan oleh banyak orang yaitu dengan menggugat orang tuanya sendiri, semuanya itu dilakukan hanya untuk memperoleh keuntungan besar bagi diri sendiri tidak mamperdulikan orang lain walaupun itu orang tuanya sendiri.

Keinginan besar untuk segera terselesaikan dari masalah, kadang-kadang juga membuat kita mengabaikan kedaulatan Tuhan. Bagi kita yang terbiasa berpikir bahwa satu-satuya jalan kelegaan adalah melalui pemulihan keadaan, maka dengan sendirinya ketika masalah menimpa, kita datang kepada Tuhan dengan satu-satunya tujuan yaitu meminta-Nya untuk memperbaiki situasi buruk kita sesuai dengan kehendak dan rencana kita sendiri.

Akibatnya tanpa disadari kita tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan tetapi menggunakan-Nya sebagai sarana semata-mata. Kita memanfaatkan Allah dengan segala kuasa-Nya untuk membantu, mensukseskan, mencapai apa yang kita inginkan. Kita menjadi sangat berminat mencari formula-formula yang menjanjikan akan membuat Allah menjadi alat efektif. Misalnya seperti Doa dengan visualisasi, kita harus membayangkan semua detil permintaan kita. Atau ajaran-ajaran tentang bagaimana memiliki Iman Pemindah Gunung agar Allah mau memenuhi permintaan kita.

Kita juga akan mengukur Tuhan dari perspektif kegunaan dan manfaat-Nya dalam memperbaiki situasi kita. Kalau  Ia memang "Alat" yang benar-benar bermanfaat, maka akan kita gunakan di kesempatan berikutnya. Sebaliknya kalau tidak terbukti bermanfaat bagi penyelesaian masalah kita, ya kita buang saja.

Kita percaya bahwa kelimpahan pemberian membuat kita merasa puas. Sehingga setiap pemberian Tuhan yang kita terima, tidak peduli berapapun banyaknya, akan memacu kita untuk mendapat lebih dan lebih banyak lagi. Kita adalah nafsu yang berjalan. Coba tanyakan, rekening bank dengan jumlah uang berapakah sampai kita tidak menghendaki uang lebih banyak lagi? Dari sepeda kita ingin sepeda motor, kemudian mobil, kemudian rumah, kemudian villa dan seterusnya.

Semakin banyak Allah memberi, samakin kita berpaling pada pemberian-pemberian itu. Kita makin tidak pernah datang kepada Allah itu sendiri karena kekurangan waktu, bahkan waktu kita habis untuk mengatur semua pemberianNya. Kita terikat pada pemberian-pemberian itu sendiri. Kita menikmati ciptaan dan bukan Pencipta-Nya. Maka dari itu, siapapun yang berpegang pada apa yang ada di dalam dunia, akan menghabiskan seluruh hidupnya tanpa kemajuan berarti untuk kaya di hadapan Tuhan. Barang-barang telah mengisi tempat yang seharusnya ditempati Allah.  

Cara Pandang Tuhan

Sudah barang tentu cara pandang manusia sangat berbeda dengan cara pandang Tuhan. Tuhan punya cara tersendiri di dalam memecahkan masalah. Bisa saja Tuhan menyelesaikan masalah kita dengan instan, misalnya ketika Yesus membelah laut, memberi makan bangsa Israel di padang gurun melalui mana dan burung, memberi makan lima ribu orang, mencelekan mata orang buta, menyembuhkan orang sakit, bahkan sampai membangkitkan orang mati (Lazarus). 

Selain dengan cara instan, tidak sedikit Tuhan juga memecahkan masalah kita dengan memakan waktu, tentu saja waktu kita tidak sama dengan waktu Tuhan. Tuhan tidak bisa didekte oleh manusia, Tuhan mempunyai kedaulatan sendiri. Misalnya ketika Lazarus menderita sakit parah, tentu saja saudaranya Maria dan Marta menginginkan Yesus segera datang dan menyembuhkan Lazarus. Ternyata tidak demikian, Yesus sengaja mengulur waktu sampai Lazarus mati. Empat hari kemudian baru Yesus datang.

Ketika perempuan Kanaan datang dan berteriak-teriak minta tolong kepada Tuhan Yesus, karena anak satu-satunya sakit parah kerasukan setan. Perempuan Kanaan ini berharap segara anaknya disembuhkan. Tetapi ternyata tidak demikian Yesus diam saja, Yesus tidak mengindahkan teriakan perempuan ini. Demikian halnya dengan Paulus, ketika Paulus minta pertolongan untuk menyembuhkan penyakit di dalam tubuhnya, Yesus tidak segera menyembuhkannya. Yesus sengaja membiarkan Paulus menderita kelemahan.

Membandingkan apa yang Allah lakukan atas Paulus dengan apa yang dilakukanNya atas perempuan Kanaan, kita mendapatkan kebenaran berikut: pada perempuan Kanaan, Tuhan memproses dulu diri wanita ini baru kemudian menyelesaikan penderitaannya. Sedangkan pada Paulus Tuhan memproses diri Paulus tanpa menyelesaikan penderitaannya, karena penderitaan itulah sarana yang Tuhan pakai dalam proses pembentukan itu. Kelemahan dan penderitaan yang Paulus minta agar Allah ambil justru dipertahankan Allah untuk tetap berada di dalam hidupnya demi menghasilkan kebaikan yang lebih tinggi daripada yang bisa dihasilkan melalui menyelesaikan masalah itu. Dengan membiarkan duri itu terus berada dalam dagingnya, Allah menghancurkan sikap sombong rohani dan membentuk hidup yang bergantung terus menerus kepada anugerah-Nya.

Jadi jelas jika kita sakit kemudian kita minta pertolongan Tuhan, sudah berdoa siang dan malam, serta berpuasa untuk kesembuhan penyakit kita, tetapi ternyata tidak ada perubahan. Seolah-olah Yesus mendiamkan kita, Yesus tidak mau menolong kita. Jangan berprasangka bahwa dengan diamnya Yesus itu berarti Yesus tidak perduli dengan kita, tetapi sebaliknya Yesus sedang mempersiapkan kita menjadi orang-orang yang berharga.  

Agar kita Tetap Takut Akan Tuhan

Tuhan izinkan nabi Habakuk melihat semua kejahatan tersebut agar supaya nabi Habakuk tetap takut akan Tuhan. Apakah arti "Takut akan Allah" Amsal 8:13 dikatakan kepada kita "Takut akan Allah adalah membenci kejahatan". Takut akan Tuhan berarti tidak menerima kejahatan lagi dan di waktu yang sama membuang segala jenis kejahatan dan dalam hati kita.

Jika kita benar-benar takut akan Tuhan, kita seharusnya melakukan yang terbaik untuk membuang semua kejahatan, dan bergumul melawan dosa dan menjauhkannya sampai pada penumpahan darah. Seperti murid-murid yang belajar dengan keras untuk memastikan masa depan yang lebih baik, kita juga seharusnya melakukan yang terbaik untuk takut akan Allah dan melakukan sepenuhnya tugas seorang manusia untuk menikmati kasih dan berkat Allah.

Dalam Alkitab, kita dapat menemukan perintah-perintah Allah yang diberikan kepada anak-anakNya seperti, "lakukan ini, jangan lakukan itu; simpan ini, dan buang itu." Di sisi lain, Allah berkata kepada kita bahwa yang seharus dilakukan anak-anak Allah, "berdoa, kasih, mengucap syukur, dan banyak hal lagi". Di sisi lain, Allah memerintah kita untuk tidak melakukan hal-hal yang memimpin kepada kematian seperti kebencian, perzinahan, kemabukan dan semua kejahatan.

Menjadi seorang Kristen menurut pengertian Alkitab adalah sesuatu yang sama sekali mustahil dengan kekuatan kita sendiri. Ini sesuatu yang Allah kerjakan di dalam kita. Saya telah melihat banyak orang, ketika mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat keluar dari kejahatan, jauh dari merasa gembira karena hanya Allah yang dapat menyelamatkan mereka, malah, menjadi tidak senang. Mengapa? Karena mereka tidak mau menundukkan kehidupan mereka secara total kepada Penguasaan Kristus atau menundukkan diri di bawah pemerintahan Kristus. Jika kita dapat mengeluarkan diri dari yang jahat ke dalam yang baik dengan kekuatan kita sendiri, kita dapat menyelamatkan diri kita dan masih menjadi penguasa ke atas kehidupan kita, Tapi kalau kita tidak menyelamatkan diri kita, kita bukan lagi penguasa ke atas kehidupan kita. Ketika kita bergantung pada Allah untuk menyelamatkan kita, maka kita harus memilih Dia untuk menjadi Penguasa ke atas kehidupan kita, kalau tidak kita tidak akan sampai kepada yang baik sama sekali. Jika Allah adalah Penguasa atas kehidupan kita, itulah yang dinamakan takut akan Tuhan. Ia mungkin akan memerintahkan kita untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin kita lakukan!   Namun kalau kita mau disebut seorang yang takut akan Tuhan, maka kita akan dapat melaksanakannya melalui pimpinan Roh Kudus.

Bagi banyak orang di dalam pikiran mereka Allah itu seorang yang begitu senang "membunuh sukacita" kita. Ia selalu "membunuh" sukacita yang kita miliki. Ia selalu mengambil benda-benda yang kita senangi, dan memberikan kita hal-hal yang tidak kita inginkan. Dan kita pikir, Ia menginginkan uang kita. Ia hendak menjadikan kita sama seperti pengemis. Tidakkah Ia berkata "Berbahagialah orang miskin"? Apakah Allah kita Allah yang demikian? Tentunya tidak, ingat kisah Ayub Allah telah membuat Ayub menjadi kaya raya, apalagi ketika Allah memulihkannya, kekayaan Ayub melonjak menjadi 3 kali lipat. Demikian juga Allah telah mengakat Yusuf menjadi pengusaha di tanah Mesir (tentu kaya).

Menjadi seorang Kristen bukan hanya sulit, tapi mustahil. Sekarang kita melihat alasannya. Yang jahat adalah maut, dan yang memegang kuasa atas yang jahat, perwujudan yang jahat, adalah iblis. Iblis yang memegang kuasa maut. Dan kita tidak dapat bergerak dari yang jahat kepada yang baik, sama seperti kita tidak dapat bergerak dari dalam maut ke dalam hidup. Atau bergerak dari kuasa iblis kepada kuasa Allah, dengan kekuatan kita sendiri. Ini sesuatu yang sama sekali tidak mungkin! Tidak ada caranya kita dapat bergerak dari kerajaan iblis ke dalam kerajaan Allah, dari dalam maut ke dalam hidup, jika bukan oleh kuasa kebangkitan. Yakni, oleh kuasa Allah, satu-satunya kuasa yang memiliki kuasa kebangkitan.

Menjadi seorang Kristen yang takut akan Tuhan, maknanya bukan hanya dibabtis dan pergi ke gereja setiap minggunya, tetapi mereka yang telah bergerak dari dalam maut ke dalam hidup oleh kuasa Allah yang memberikan hidup, yakni kuasa kebangkitan itu.

Agar Kita Tetap Andalkan Atau Percayakan Hidup Kita PadaTuhan

Kalau boleh saya artikan mengandalkan sama artinya dengan mempercayakan. Kalau kita mengandalkan sepenuhnya kepada Tuhan, itu berarti apa yang terjadi dalam kehidupan kita, kita percayakan atau kita serahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Misalnya kalau kita percaya bahwa lift ini bisa membawa kita ke lantai 5, tetapi jika kita tidak masuk ke dalam lift, tidak mungkin kita bisa sampai ke lantai 5. Kita harus memasuki lift itu. Inilah artinya mempercayakan. Mempercayakan di sini berarti mempercayakan diri ke dalamnya. Jika kita mempercayakan diri kita ke dalam lift untuk membawa kita ke lantai 5, ini berarti kita mempercayakan diri kita kepada lift. Kita tidak hanya sekedar percaya bahwa lift itu mampu melakukannya, tetapi kita membiarkan lift itu membawa kita ke lantai 5.

Dalam hal mempercayai Yesus, kita tidak dapat diselamatkan hanya karena kita percaya bahwa Yesus mampu menyelamatkan kita, iblis juga percaya bahwa Yesus mampu menyelamatkan, tetapi ia tidak akan diselamatkan hanya karena ia percaya. Karena itulah Yakobus berkata, di surat Yakobus 2:19, bahwa kita percaya bahwa Allah itu benar, bahwa hanya ada satu Allah saja. Itu baik. Iblis juga percaya akan hal itu tetapi kepercayaan itu tidak menyelamatkannya. Kita harus percaya dengan sedemikian rupa sehingga kita menyerahkan diri kita kepada-Nya.

Apakah kita berani mempercayakan hidup kita pada Dia? Itulah persoalannya. Jika kita tidak yakin bahwa Allah itu dapat dipercaya untuk memelihara kita dalam hidup ini, atas dasar apa kita berkeyakinan bahwa kita akan memiliki hidup kekal pada zaman yang akan datang? Kita hanya dapat berharap moga-moga setelah kita meninggal dunia, suatu hari nanti kita akan dibangkitkan, bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya. Tapi kita tidak terlalu pasti. Kita hanya berharap Ia akan menggenapi janji-Nya. Jika kita tidak dapat mempercayainya sekarang, bagaimana kita dapat mempercayai untuk masa datang.

Walaupun kita sudah mengandalkan atau mempercayakan sepenuhnya kepada Tuhan, itu bukan berarti kita hanya berongkang-ongkang. Menjadi seorang Kristen bukan sesuatu yang pasif, di mana kita duduk santai dan berharap supaya segala sesuatu dijatuhkan dari langit ke atas pangkauan kita. Menjadi seorang Kristen melibatkan satu kualitas yang dinamis dalam mencari, meminta dan mengetuk, dan kemudian Allah menanggapi. Allah tidak mau kita menjadi sekelompok orang yang pasif. Dan Ia tidak menghendaki kita menjadi wayang golek. Ia menghendaki kita mengambil inisiatif untuk mencari. Kita tidak dapat melakukan semua ini tanpa anugerah-Nya yang memberikan kekuatan, tapi anugerah itu tidak begitu saja jatuh ke atas pangkuan kita. Kita harus mengejar, dan seraya kita mengejar, Ia mampukan kita untuk melakukan apa yang perlu kita lakukan. Kehidupan Kekristenan merupakan satu interaksi yang terus menerus diantara Allah dan kita.

Jadi jangan diartikan firman Tuhan yang tertulis dalam Matius 7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu",  Dengan ayat ini bukan berarti ketika berdoa minta kepada Tuhan, langsung berkat itu jatuh dari langit kepangkuan kita tanpa usaha.  

Agar mengasihi Tuhan lebih sungguh  

Fiman Tuhan katakan kasihilah Allah Tuhanmu, dan kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Kita mengasihi sesama, bukan karena orang itu menyenangkan dan elok. Perasaan bukanlah dasar bagi kasih. Kita saling mengasihi bukan karena kita menyenangkan atau saya orang yang mudah dikasihi, tapi karena Allah, dan Ia memerintahkan kita supaya saling mengasihi. Itu merupakan satu-satunya dasar teguh dimana kasih diantara manusia dapat bertahan.

Jika kita mencoba untuk membina satu komitmen berdasarkan perasaan saling menyukai, maka komitmen itu tidak akan bertahan lama. Orang itu hanya perlu satu kali menyinggung perasaan kita dengan mengatakan hal yang salah kepada kita, dan besar kemungkinan itu merupakan akhir dari komitmen kita kepadanya. Jika kita menyingkirkan unsur komitmen dari kasih, maka tidak ada lagi kasih untuk dibicarakan. Motif untuk mengasihi bukan karena kita menyukai atau tidak menyukai sesama. Dalam ajaran Tuhan, alasan kita mengasihi sesama bukan karena orang itu menyenangkan, tetapi karena Allah telah memerintahkan kita untuk mengasihi. Dengan kata lain mengasihi merupakan satu tindakan ketaatan kita kepada Tuhan.

Kita mengasihi karena Allah yang maha baik, telah memerintahkan kita untuk mengasihi orang yang tidak mudah dikasihi. Oleh karena itu, Tuhan Yesus bahkan menyuruh kita untuk mengasihi musuh kita. Menurut definisi, musuh adalah orang yang tidak menyenangkan, setidaknya di pandangan kita. Oleh karena itu jika kita mengasihi seseorang hanya karena ia menyenangkan, maka adalah mustahil untuk mengasihi seorang musuh. Cukup sulit untuk kita dapat mengasihi seorang teman, terutama jika kita mengenal kekurangannya, apalagi mengasihi seorang musuh.

Kita tidak dapat melakukannya, kecuali oleh kuasa Allah. Kita tidak dapat mengasihi musuh kita. Banyak istri mempunyai masalah untuk mengasihi suami mereka dan banyak suami mengalami kesulitan mengasihi istri mereka. Namun di mana terdapat komitmen, di situ ada anugerah. Anugerah, dalam pengertian ini, berarti kekuatan untuk melakukan sesuatu, yang oleh kekuatan kita sendiri, tidak mungkin dapat kita lakukan. Apabila kita hidup oleh kuasa Allah, kita akan mengalami realitas Allah. 

Kita tahu bahwa Allah itu nyata dalam kehidupan kita. Saya melihat banyak orang Kristen tanpa sukacita, tidak ada kegairahan dalam hidup mereka, karena bagi mereka Allah tidak nyata. Allah adalah kasih, jika kita mau hidup di dalam persatuan dengan Allah, kita harus hidup dalam kasih. 1 Yohanes 4:8, dikatakan:   Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.....Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barang siapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. 

Kesimpulan

Nabi Habakuk adalah seorang nabi yang perlu dicontoh oleh anak-anak Tuhan di zaman sekarang ini, apa sebabnya? Karena dia memiliki karakter yang sentimentil, perhatian terhadap orang lain, empati yang sangat tinggi, terbeban dengan jiwa yang terhilang serta tekun dan sabar.

 

Ketika nabi Habakuk melihat keadaan yang ada disekelilingnya banyak kejahatan terjadi, dia berkata pada Tuhan "Berapa lama lagi, Tuhan aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: Penindasan, tetapi tidak Kau tolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi. Itukah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul berbalik.

Dari pernyataan nabi Habakuk ini memperlihatkan bahwa nabi Habakuk sangat perasa dan peka terhadap sekelilingnya, lebih-lebih kepada anak-anak Tuhan. Oleh karena itu dalam ayat tersebut dikatakan nabi berteriak-teriak minta tolong, agar Tuhan menghentikan penindasan yang terjadi pada anak-anak-Nya. Hal ini sangat dimaklumi, karena inilah salah satu karakter seorang nabi, yang penuh dengan kasih. Kalau dia tidak bisa melakukan sesuatu kepada orang lainnya, maka hanya berdoa itulah yang dia lakukan.

Kalau Tuhan mengizinkan untuk memperlihatkan kejahatan demi kejahatan terjadi saat itu, tentunya Tuhan punya alasan atau rencana yang baik terhadap kehidupan rohani Habakuk maupun rakyat Kasdim. Apakah rencana tersebut: Mengingatkan kepada kita bahwa setiap orang pasti punya permasalahan, agar menanggapi permasalahan dengan cara pandang Tuhan, agar kita tetap takut akan Tuhan, agar kita tetap andalkan atau percayakan hidup kita pada Tuhan, dan agar kita mengasihi Tuhan lebih sungguh lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun