Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Habakuk dalam Rancangan Tuhan

22 Maret 2024   09:42 Diperbarui: 22 Maret 2024   09:42 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagi banyak orang di dalam pikiran mereka Allah itu seorang yang begitu senang "membunuh sukacita" kita. Ia selalu "membunuh" sukacita yang kita miliki. Ia selalu mengambil benda-benda yang kita senangi, dan memberikan kita hal-hal yang tidak kita inginkan. Dan kita pikir, Ia menginginkan uang kita. Ia hendak menjadikan kita sama seperti pengemis. Tidakkah Ia berkata "Berbahagialah orang miskin"? Apakah Allah kita Allah yang demikian? Tentunya tidak, ingat kisah Ayub Allah telah membuat Ayub menjadi kaya raya, apalagi ketika Allah memulihkannya, kekayaan Ayub melonjak menjadi 3 kali lipat. Demikian juga Allah telah mengakat Yusuf menjadi pengusaha di tanah Mesir (tentu kaya).

Menjadi seorang Kristen bukan hanya sulit, tapi mustahil. Sekarang kita melihat alasannya. Yang jahat adalah maut, dan yang memegang kuasa atas yang jahat, perwujudan yang jahat, adalah iblis. Iblis yang memegang kuasa maut. Dan kita tidak dapat bergerak dari yang jahat kepada yang baik, sama seperti kita tidak dapat bergerak dari dalam maut ke dalam hidup. Atau bergerak dari kuasa iblis kepada kuasa Allah, dengan kekuatan kita sendiri. Ini sesuatu yang sama sekali tidak mungkin! Tidak ada caranya kita dapat bergerak dari kerajaan iblis ke dalam kerajaan Allah, dari dalam maut ke dalam hidup, jika bukan oleh kuasa kebangkitan. Yakni, oleh kuasa Allah, satu-satunya kuasa yang memiliki kuasa kebangkitan.

Menjadi seorang Kristen yang takut akan Tuhan, maknanya bukan hanya dibabtis dan pergi ke gereja setiap minggunya, tetapi mereka yang telah bergerak dari dalam maut ke dalam hidup oleh kuasa Allah yang memberikan hidup, yakni kuasa kebangkitan itu.

Agar Kita Tetap Andalkan Atau Percayakan Hidup Kita PadaTuhan

Kalau boleh saya artikan mengandalkan sama artinya dengan mempercayakan. Kalau kita mengandalkan sepenuhnya kepada Tuhan, itu berarti apa yang terjadi dalam kehidupan kita, kita percayakan atau kita serahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Misalnya kalau kita percaya bahwa lift ini bisa membawa kita ke lantai 5, tetapi jika kita tidak masuk ke dalam lift, tidak mungkin kita bisa sampai ke lantai 5. Kita harus memasuki lift itu. Inilah artinya mempercayakan. Mempercayakan di sini berarti mempercayakan diri ke dalamnya. Jika kita mempercayakan diri kita ke dalam lift untuk membawa kita ke lantai 5, ini berarti kita mempercayakan diri kita kepada lift. Kita tidak hanya sekedar percaya bahwa lift itu mampu melakukannya, tetapi kita membiarkan lift itu membawa kita ke lantai 5.

Dalam hal mempercayai Yesus, kita tidak dapat diselamatkan hanya karena kita percaya bahwa Yesus mampu menyelamatkan kita, iblis juga percaya bahwa Yesus mampu menyelamatkan, tetapi ia tidak akan diselamatkan hanya karena ia percaya. Karena itulah Yakobus berkata, di surat Yakobus 2:19, bahwa kita percaya bahwa Allah itu benar, bahwa hanya ada satu Allah saja. Itu baik. Iblis juga percaya akan hal itu tetapi kepercayaan itu tidak menyelamatkannya. Kita harus percaya dengan sedemikian rupa sehingga kita menyerahkan diri kita kepada-Nya.

Apakah kita berani mempercayakan hidup kita pada Dia? Itulah persoalannya. Jika kita tidak yakin bahwa Allah itu dapat dipercaya untuk memelihara kita dalam hidup ini, atas dasar apa kita berkeyakinan bahwa kita akan memiliki hidup kekal pada zaman yang akan datang? Kita hanya dapat berharap moga-moga setelah kita meninggal dunia, suatu hari nanti kita akan dibangkitkan, bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya. Tapi kita tidak terlalu pasti. Kita hanya berharap Ia akan menggenapi janji-Nya. Jika kita tidak dapat mempercayainya sekarang, bagaimana kita dapat mempercayai untuk masa datang.

Walaupun kita sudah mengandalkan atau mempercayakan sepenuhnya kepada Tuhan, itu bukan berarti kita hanya berongkang-ongkang. Menjadi seorang Kristen bukan sesuatu yang pasif, di mana kita duduk santai dan berharap supaya segala sesuatu dijatuhkan dari langit ke atas pangkauan kita. Menjadi seorang Kristen melibatkan satu kualitas yang dinamis dalam mencari, meminta dan mengetuk, dan kemudian Allah menanggapi. Allah tidak mau kita menjadi sekelompok orang yang pasif. Dan Ia tidak menghendaki kita menjadi wayang golek. Ia menghendaki kita mengambil inisiatif untuk mencari. Kita tidak dapat melakukan semua ini tanpa anugerah-Nya yang memberikan kekuatan, tapi anugerah itu tidak begitu saja jatuh ke atas pangkuan kita. Kita harus mengejar, dan seraya kita mengejar, Ia mampukan kita untuk melakukan apa yang perlu kita lakukan. Kehidupan Kekristenan merupakan satu interaksi yang terus menerus diantara Allah dan kita.

Jadi jangan diartikan firman Tuhan yang tertulis dalam Matius 7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu",  Dengan ayat ini bukan berarti ketika berdoa minta kepada Tuhan, langsung berkat itu jatuh dari langit kepangkuan kita tanpa usaha.  

Agar mengasihi Tuhan lebih sungguh  

Fiman Tuhan katakan kasihilah Allah Tuhanmu, dan kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Kita mengasihi sesama, bukan karena orang itu menyenangkan dan elok. Perasaan bukanlah dasar bagi kasih. Kita saling mengasihi bukan karena kita menyenangkan atau saya orang yang mudah dikasihi, tapi karena Allah, dan Ia memerintahkan kita supaya saling mengasihi. Itu merupakan satu-satunya dasar teguh dimana kasih diantara manusia dapat bertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun