Mohon tunggu...
harry purnama
harry purnama Mohon Tunggu... Konsultan - gembira menulis dengan seni. Cinta filsafat rakyat

Mature Leadership Center (MLC) Kota Depok Jabar 0821 3147 7119

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Transhuman

8 Desember 2019   10:28 Diperbarui: 8 Desember 2019   10:49 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era tahun 1960-an, Amerika mulai demam dengan vocabulary teknologi baru, bionic & cyborg. Bionic terkesan feminin dan cyborg lebih masuk ke dunia maskulinitas. Terbukti karya Jack E Steele sempat sangat populer di dunia ketika itu, lewat Six Million Dollar Man & The Bionic Woman. Sebuah serial tv top karya pilot tempur Martin Caidin, tahun 1972 yang diangkat dari novel Caidin, Cyborg. Caidin terinspirasi oleh karya Jack E Steele tentang bionic.

Tontonan serial tv itu menyebar laris ke seluruh dunia, sampai juga ke Indonesia. Ketika itu, Indonesia juga tertular virus bionic & cyborg. Saya menonton penuh takjub dan terheran-heran betapa perkasanya si Six Million Dollar Man, dengan tubuh cyborgnya  yang tak bisa mati (sakti). Begitu juga si betina bionic woman otot kawatnya bisa mengalahkan 10-20 orang laki-laki yang mengeroyoknya.

Kami semua ketika itu terbengong-bengong apakah itu bisa menjadi nyata, bukan hanya di film? Mereka perkasa luar biasa berkat mesin yang diimplan ke tubuh mereka. Imaginasi dan kreatifitas bahwa manusia bisa lebih hebat dengan bantuan mesin, ternyata sangat bisa.       

Dibelahan dunia lain di waktu yang hampir bersamaan, tepatnya di kota London Inggris ketika itu juga sedang bergulir gerakan dan pemikiran baru yang serupa dengan ide bionic & cyborg  di Amerika.

Namun ilmuwan Inggris berfikir lebih besar dari sekedar mesin elektronik. Ide besarnya adalah bagaimana membuat manusia jauh "lebih hebat" dari sekedar memakai tubuh biologis yang serba terbatas. Mereka menyasar satu pilihan: teknologi baru yang dahsyat. Ahli genetik Inggris, J.B.S. Haldane tahun 1923 berfikir seandainya ada teknologi baru yang dahsyat, bisa memperkuat tubuh fisik, sekaligus intelektualitas dan psikologis manusia untuk menuju ke masa depan.

Ia meramunya dalam esai: Daedalus: Science & the Future."  Gagasan Haldane ini, dianggap sebagai cikal bakal lahirnya konsep baru: "transhumanism." Mimpi Haldane, kemudian diperjelas oleh ahli biologi Inggris, Julian Huxley yang membuat esai berjudul: Transhumanism, tahun 1957. Huxley, dianggap sebagai pelopor pertama ide transhumanism.

Gagasan Huxley tentang transhumanism kemudian diperjelas lagi oleh banyak futurist lainnya dari berbagai sisi: FM-2030 (Immortality movement tahun 2030), Max More (Cryonics movement), Nick Bostrum (World Transhumanist Association), N.F. Fyodorov (Russian transhumanist), James Hughes (Bioethicist), I.J. Good (Intelligence explosion through technological singularity), Marvin Minsky (Human & artificial intelligence), Hans Moravec (Cognitive robotics), Raymond Kurzweil (Technological singularity), Eric Drexler (Engines of creation), Frank Tipler (Physicist & cosmologist), Kevin Warwick (Modification of neuron system), Anders Sandberg (Whole brain emulation), dst.

Pemikiran transhumanism tak terlepas dari gagasan global yang sedang hit, yaitu: posthumanism (after humanism or beyond humanism). Gagasan posthumanism sebagai payung besarnya, terlalu menarik, sehingga memiliki banyak pemikirnya, terutama dari Inggris dan Amerika. Posthumanism muncul sebagai response akibat krisis yang dihadapi manusia (refleks zaman).

Hampir semua filsuf-filsuf awal yang membahasnya memiliki kesimpulan yang sama. Posthumanism harus menjadi solusi integratif atas keinginan manusia terbebas dari krisis kemanusiaan (kesengsaraan dan kematian). Mereka adalah: Nick Land (Penggagas artificial intelligence), Ted Schatzki (Philosophical posthumanism), Robert Pepperell (Posthuman condition), N. Katherine Hayles (How we become posthuman), Donna Haraway (Feminism cyborg), Pramod Nayar (Posthumanism).

Posthumanism kemudian menemukan bahasanya sendiri. Ia adalah a superbeing by today's standards. Keadaan manusia yang melampaui batas kemampuan manusia normal melalui penguasaan & penggunaan teknologi, seperti antara lain: biotechnology, genetic technology, nanotechnology, artificial intelligence, cognitive science, superintelligence, mind uplodaing and cryonics. (Nick Bostrum, transcendentalist, the Future of Humanity Institute at the University of Oxford, newscientist.com, David Cohen, 8 May 2013). 

Nick Bostrum dan David Pearce, mendirikan World Transhumanist Association (WTA) tahun 1998, lalu diubah menjadi Humanity+ dan didaftarkan sebagai lembaga non-profit di Amerika tahun 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun