"Nak, kamu kenapa?" tanya Nida sambil melangkah menghampiri Rena yang tengah memegang kepalanya seakan menahan sesuatu agar tak ke luar dari kepalanya.
"Ma, di kepalaku seperti ada yang mendesak ke luar. Aku takut ...."
"Tenangkan dirimu, Nak. Atur nafas ...," jawab Nida sambil memeluk tubuh ringkih Rena. Mata perempuan itu tertuju pada pecahan botol yang berhamburan di atas lantai.
      "Aku harus membuat Rena tenang tanpa bergantung pada obat," batinnya.
      "Rena, dengar, Nak! Kamu itu istimewa, kamu pintar, cerdas, dan baik hati. Mama sayang kamu, Nak. Pelan-pelan lupakan semua hal negatif itu. Lawan, Nak ... lawan!" seru Nida berusaha menyemangati Rena.
      "Buktikan, kamu bisa kuliah, ke Paris, kerja ...," cetus Nida sekali lagi berusaha membangkitkan energi positif dari dalam pikiran putrinya.
"Aku menyerah di atas bara cinta yang menyesatkan ...," batin Rena.
Â
Â
Â