Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Aksara Mimpi || Bab 4 Skizofrenia Paranoid

8 Oktober 2023   13:07 Diperbarui: 8 Oktober 2023   13:42 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gegas, Nida memasuki ruang yang dihuni oleh putri satu-satunya. Terlihat seorang gadis muda terbaring lemas tak berdaya. Ya, dia lah Rena.

Menyadari kedatangan sang ibu, Rena pun membuka matanya. Keduanya pun menangis bersamaan.

"Maaf kan, aku Ma. Aku tak mengerti mengapa ini semua dapat terjadi? Seakan-akan aku bermimpi. Tak ada yang dapat aku percayai. Penglihatanku, pendengaranku, langkah kakiku, bahkan pikiran, dan hatiku sudah tak dapat aku percayai lagi!" jerit Rena histeris. Mamanya tampak terpukul melihat ulah Rena yang tak biasanya.

Mendengar suara gaduh dari dalam, kedua polisi pun segera masuk ke dalam kamar. Rupanya, diikuti oleh seorang perawat dan seorang pria.

"Ada apa, ini?" tanya salah satu polisi berlogat Bali. Seketika ibu dan anak itu terdiam, mencoba untuk mencari-cari kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi.

"Bu, Nida! Anda telah ditunggu Dokter Richard di ruangannya." sela seorang perawat bergigi gingsul mencoba menengahi.

Nida merasa ada yang ganjil, buru-buru ia beranjak pergi menuju ruangan Dr. Richard, meninggalkan Rena sendirian ditemani oleh dua orang polisi dan salah seorang perawat. Rena terlihat cemas, ia takut akan ditanyain macam-macam. Beruntung kedua polisi itu tak bertanya apapun jika tanpa ada orang tua yang mendampingi Rena. Rupanya, dua orang polisi dan seorang perawat itu memang diminta oleh Dr. Richard untuk menjaga Rena sebelum Dokter khusus datang untuk memeriksa Rena lebih dalam lagi.

Siang mulai beranjak, semakin siang rumah sakit bercat hijau itu mulai dipenuhi oleh para pasien dengan berbagai keluhan penyakit. Sayup-sayup terdengar desau angin yang berembus masuk melalui jendela ruangan tempat Rena di rawat. Rena menghirup dalam-dalam udara segar yang masuk, tanpa ia sadari badannya bergerak turun dari ranjang, lalu berjalan menuju ke jendela. Namun, selang infus berhasil mencegah gerakannya. Ia tak kehilangan akal, dicabutnya jarum yang sedari subuh bertengger di punggung tangan kirinya, lalu cepat-cepat ia berlari menuju jendela. Ia hampir saja akan melompat ke luar jendela, jika saja tak dicegah oleh dua orang polisi.

"Lepaskan, lepaskan aku! Aku harus bertemu Salvat." teriak gadis berusia belasan tahun itu. Melihat pasiennya mulai berulah, dengan sigap perawat berjilbab merah itu menyuntikkan sesuatu ke lengan kanan pasiennya hingga selang beberapa saat tubuh gadis berkulit sawo matang itu mendadak lemas, lalu tertidur.

"Sepertinya ini sudah bukan dalam ranah kami," celetuk salah satu polisi dengan bordir nama 'Santoso' diseragamnya.

"Ya, kau benar. Sebaiknya kita tak meneruskan kasus ini. Khasian gadis ini, dia terlalu muda untuk menjadi gila ...," sahut rekan polisi yang berlogat Bali. Dua orang polisi itu pun segera undur diri, tak hanya raga mereka, tapi juga atas kasus yang menimpa Rena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun