Mohon tunggu...
hardiandarmawan
hardiandarmawan Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pancasila: Pilar Pemersatu Bangsa dari Masa ke Masa

23 Desember 2024   21:25 Diperbarui: 23 Desember 2024   21:25 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Hardian Darmawansah (Mahasiswa Unpam)

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman luar biasa. Dengan lebih dari 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, dan 700 bahasa daerah, tantangan utama bangsa ini adalah bagaimana menjaga persatuan di tengah perbedaan. Di sinilah Pancasila hadir sebagai pilar pemersatu yang telah menjaga keutuhan Indonesia sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga era modern.

Sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa, Pancasila memuat nilai-nilai universal yang relevan dari masa ke masa. Kelima sila dalam Pancasila tidak hanya menjadi pedoman untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga menjadi perekat yang menyatukan seluruh elemen masyarakat Indonesia.

Pancasila: Fondasi Kemerdekaan

Pada masa perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia menghadapi perpecahan yang sengaja diciptakan oleh kolonial melalui strategi divide et impera. Dalam kondisi seperti itu, para pendiri bangsa menyadari bahwa diperlukan sebuah dasar negara yang mampu mengakomodasi keberagaman masyarakat Indonesia.

Rumusan Pancasila yang disampaikan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945 menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut.

Sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa," menggarisbawahi penghormatan terhadap keberagaman agama di Indonesia.

Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," menjadi dasar untuk menjaga kesatuan di tengah perbedaan suku, agama, dan budaya.

Pada masa itu, Pancasila tidak hanya menjadi ideologi, tetapi juga menjadi semangat perjuangan yang menyatukan seluruh elemen masyarakat Indonesia dalam melawan penjajahan.

Pancasila di Masa Orde Lama

Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan baru berupa ancaman disintegrasi dan pergolakan ideologi. Pada masa Orde Lama, Presiden Soekarno sering menekankan pentingnya Pancasila sebagai pedoman untuk menjaga persatuan bangsa di tengah konflik ideologis yang muncul, seperti pertarungan antara komunisme, liberalisme, dan Islamisme.

Pada periode ini, Pancasila menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan negara yang bersifat inklusif. Misalnya, dalam menghadapi pemberontakan dan konflik horizontal, nilai-nilai dalam Pancasila digunakan untuk mengedepankan dialog dan kompromi.

Namun, tantangan terbesar pada masa ini adalah bagaimana menerapkan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat. Meski sering diangkat dalam pidato-pidato kenegaraan, penerapan nilai-nilai Pancasila masih terbatas pada lingkup formal.

Berikut link yang berkaitan: https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/26/150000979/penerapan-pancasila-pada-masa-orde-lama?page=all

https://images.app.goo.gl/2XLRfKZ13TNCsdXS8

Pancasila di Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru (1966--1998), Pancasila diposisikan sebagai asas tunggal yang harus dianut oleh semua organisasi sosial-politik. Pemerintah di bawah Presiden Soeharto menjadikan Pancasila sebagai alat untuk menciptakan stabilitas nasional.

Pendidikan Moral Pancasila (PMP) diperkenalkan di sekolah-sekolah untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda.

Namun, pada era ini, penerapan Pancasila sering kali bersifat formalistik. Nilai-nilai Pancasila digunakan sebagai legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan, sementara implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat belum sepenuhnya optimal.

Meskipun demikian, Pancasila tetap memainkan peran penting dalam menjaga persatuan bangsa di tengah tekanan globalisasi dan pembangunan yang tidak merata.

Berikut link yang berkaitan:

https://fahum.umsu.ac.id/penerapan-pancasila-pada-masa-orde-baru-kelebihan-dan-kelemahannya/

https://images.app.goo.gl/r56atg45VhBf4yTL9

Pancasila di Era Reformasi

Memasuki era reformasi, Indonesia menghadapi tantangan baru, seperti meningkatnya konflik horizontal, kebebasan politik yang tidak terkendali, dan ancaman disintegrasi. Dalam konteks ini, Pancasila kembali menjadi pedoman utama untuk menjaga keutuhan bangsa.

Sila keempat, yaitu "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan," menjadi dasar untuk membangun sistem pemerintahan yang lebih demokratis.

Selain itu, nilai-nilai Pancasila digunakan untuk mengatasi konflik sosial yang terjadi di berbagai daerah, terutama yang berkaitan dengan isu agama dan etnis. Melalui pendekatan yang berlandaskan Pancasila, bangsa Indonesia berhasil mengurangi potensi perpecahan dan memperkuat semangat persatuan.

Berikut link yang berkaitan:

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/11/120000079/penerapan-pancasila-pada-masa-reformasi

https://images.app.goo.gl/fx6GNy5zziaNjDSQ7

Pancasila di Era Modern

Di era globalisasi dan digitalisasi, tantangan baru muncul dalam bentuk intoleransi, radikalisme, dan ketimpangan sosial. Dalam kondisi seperti ini, Pancasila tetap relevan sebagai panduan moral dan etika bagi masyarakat Indonesia.

Sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa," mendorong masyarakat untuk menjaga kerukunan antarumat beragama.

Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," mengingatkan pentingnya solidaritas dan rasa kemanusiaan di tengah dinamika global.

Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," menjadi kunci untuk menghadapi ancaman disintegrasi akibat perbedaan pandangan politik atau konflik sosial.

Generasi muda memiliki peran penting dalam mengamalkan Pancasila. Penanaman nilai-nilai Pancasila melalui pendekatan yang relevan dengan era modern, seperti media digital dan seni budaya, menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan ideologi ini.

https://fkip.umsu.ac.id/relevansi-pancasila-di-era-modern/

https://images.app.goo.gl/8c7vYQYZM9YWzhJZ7

Kesimpulan: Pancasila sebagai Pilar Keberlanjutan Bangsa

Pancasila telah membuktikan dirinya sebagai pilar pemersatu bangsa sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga era modern. Sebagai dasar negara, Pancasila tidak hanya menjadi pedoman hidup, tetapi juga menjadi simbol persatuan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.

Tantangan zaman memang terus berubah, tetapi nilai-nilai Pancasila selalu relevan untuk dijadikan panduan. Generasi muda memiliki tanggung jawab besar untuk melanjutkan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman, Indonesia dapat terus maju sebagai bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur, tanpa kehilangan identitasnya di tengah arus globalisasi.

.........

Menurut saya, "Pancasila adalah simbol persatuan yang merangkul semua anak bangsa."

Yaitu menjadi dasar dan panduan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang mencakup semua golongan, suku, agama, budaya, dan latar belakang. Dengan nilai-nilai yang universal dan inklusif, Pancasila menyatukan keberagaman dalam bingkai kebhinekaan tanpa mendiskriminasi.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa:

Maknanya: Mengakui keberadaan Tuhan sesuai keyakinan masing-masing, tanpa memaksakan satu agama.

Contoh: Kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinan, seperti perayaan Idul Fitri, Natal, Galungan, Waisak, dan Nyepi yang diakui secara nasional.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Maknanya: Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, tanpa membedakan ras, etnis, atau agama.

Contoh: Bantuan kemanusiaan bagi korban bencana alam diberikan kepada semua warga, tanpa memandang latar belakang mereka.

3. Persatuan Indonesia:

Maknanya: Mengutamakan persatuan di tengah keberagaman.

Contoh: Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional untuk menyatukan berbagai suku dan daerah yang memiliki bahasa daerah masing-masing.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan:

Maknanya: Menekankan pentingnya musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama.

Contoh: Penyelesaian konflik antar daerah dilakukan melalui dialog dan musyawarah untuk menghindari kekerasan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

Maknanya: Mewujudkan keadilan ekonomi, sosial, dan budaya untuk semua rakyat.

Contoh: Program bantuan sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang diberikan kepada masyarakat miskin di seluruh Indonesia tanpa diskriminasi.

Dengan mengamalkan Pancasila, bangsa Indonesia mampu menjaga kerukunan dan persatuan di tengah keberagaman yang ada, menjadikannya sebagai simbol inklusivitas bagi seluruh anak bangsa.

Sekian terimakasih........

Tag :

#unpam #sasmitajaya #mahasiswa #sasing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun