Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Pelopor di Tanah Papua, C.W. Ottow dan J.G. Geissler Namanya

29 Mei 2024   22:33 Diperbarui: 29 Mei 2024   22:55 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2 sang Pelopor Injil di tanah Papua, C.W. Ottow & J.G. Geissler pada tanggal 05 Februari 1855. (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

Jembatan antara Injil kasih karunia Allah dengan manusia berdosa. Keselamatan manusia berdosa terletak pada Injil. Letakkanlah Injil tersebut dengan bahasa yang sederhana dan komunikatif."

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memberikan gambaran tentang struktur hidup dan pola berfikir orang Papua di dalam "agama suku".

Di dalam kepercayaan agama suku, orang Papua menganggap bahwa orang putih adalah orang mati yang bangkit kembali.

Apalagi ketika Ottow dan Geissler turun dengan barang-barang bawaan yang banyak, walaupun kita ketahui bahwa para pekabar Injil itu miskin dan semua yang dibawa itu diperoleh dari uang hasil pemberian atau sokongan, tetapi di mata orang Papua mereka adalah orang-orang terkaya yang pernah hidup di Mansinam. Mereka ini adalah orang yang datang dari tempat kematian (perut bumi) membawa banyak barang.

Perintisan dan permulaan pekabaran injil (1855-1863). UZV memperluas pekerjaan dari Gossner yang dirintis Ottow dan Geissler (1863-1907). Pembentukan resort-resort (1907-1924).

Resort dan jemaat-jemaat diintesifkan (1924-1942). Masa PD II masa pencobaan dan ujian (1942-1945). Pembangunan kembali "pembentukan jemaat, Klasis dan Resort dan persiapan menuju GKI yang berdiri sendiri"(1945-1956).

Dalam pengalaman sejarah pekabaran Injil di tanah Papua, diberbagai tempat terjadi pengalaman-pengalaman bahwa pada permulaan abad ke-20, sewaktu mulainya gerakan peralihan kepada Kekristenan, unsur-unsur budaya mengalami tantangan berat karena dianggap unsur-unsur kafir yang patut ditiadakan.

Sikap konfrontatif sesungguhnya bukan berasal dari masyarakat pemilik kebudayaan, tetapi bersumber dari para pekabar Injil.

Akibat dari pandangan yang keliru terhadap kebudayaan menyebabkan terjadinya pergeseran nilai yang menimbulkan krisis identitas budaya.

Ketika nilai-nilai budaya setempat mengalami Invasi oleh nilai-nilai baru dari luar, sehingga terjadi benturan-benturan nilai antara yang lama dan baru.

Biasanya nilai-nilai baru dari luar dianggap lebih kuat dan unggul terhadap nilai-nilai setempat. Kadangkala terjadi bahwa akibat dari benturan-benturan nilai itu, orang kehilangan pegangan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun