Pertimbangan lain adalah mengenai tempat di mana mereka akan menetap, maka Teluk Doreh sebagai tempat tinggal, karena daerah tersebut sangat strategis dan terlindung dari angin pada segala jurusan.
Penguasa (Residen Ternate dan gubernur Maluku) ternyata menyetujui pula daerah tersebut sebagai tempat tinggal kedua pekabar tersebut itu, bahkan Pdt. Hoveker menyebutkan adanya harapan bahwa pemerintah tidak lama lagi akan mendirikan pos di sana, sehingga demikian keberatan yang berhubungan keselamatan dan sepenuhnya ditiadakan.
Kesedihan dan kerjasama Residen dan Gubernur sangat dibutuhkan oleh kedua pekabar Injil tersebut, karena dengan begitu mereka bisa mendapat surat izin dari sultan Ternate untuk maksud perjalanan ke Papua.
Karena Sultan Ternate (Islam), sehingga Residen menilai bahwa ia tentu tidak suka kepada dua orang pekabar Injil ini ke Papua, maka tidak memberikan izin kepada mereka.
Agar tidak diketahui identitas mereka, maka ia mengemukakan seolah-olah kedua orang muda tersebut, yaitu Ottow dan Geissler di sebutlah peneliti ke daerah Papua.
Walaupun ada unsur rekayasa, namun hal itu pun kemudian diketahui sultan juga, tetapi sultan tidak bereaksi apa-apa malah berkata, ia agaknya sambil tersenyum: "Ah, mereka ini kan penginjil dan dalam surat ijin yang diberikan kepada mereka tanpa keberatan apa-apa dia menulis, 'pendeta atau penginjil'".
Sultan juga menulis surat kepada Korano (Kepala Kampung) Mansiman, agar setibanya kedua pekabar Injil itu mereka dapat dilindungi bahkan bila kekurangan makanan mereka dapat dibantu.
Kita mendapat kesan bahwa orang-orang Kristen di Ternate membayangkan kehidupan Papua sebagai petualangan yang romantis.
Seorang guru bahkan memberi izin kepada anak lelakinya Frits (12 tahun) untuk bersama Ottow dan Geissler lebih meyakinkan jaminan keselamatan dan penyertaan Allah, sehingga dalam catatan hariannya Ottow menulis: "Hanya seperti di duga orang tidak ada di sana, seandainya penduduk diperlakukan dengan baik, mereka akan berbuat baik pula bagi kami. Ia mengungkapkan bahwa Allah adalah pokok kekuatan yang telah menaklukkan Goliad di depan Daud kini masih hidup. Dialah yang akan mengangkat bagi kamu batu rintangan terberat dan membimbing kepada yang baik".
Pada tanggal 12 Januari 1855, perjalanan menuju Papua di mulai. Kedua Perintis (Pelopor) ini, yakni Ottow dan Geissler dengan Sekunar Ternate menuju masa depan mereka dengan diperlengkapi barang-barang bawahan secukupnya.
Perjalanan Ternate Ke Papua di tempuh kurang lebih tiga minggu, yaitu 25 hari, kemudian Ottow dan Geissler memasuki Teluk Doreh.