Mohon tunggu...
Hans Hayon
Hans Hayon Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filsafat Estetika: Kegelisahan Strukturalisme

16 September 2017   14:02 Diperbarui: 16 September 2017   16:12 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Puisi: Logosentrisme Serentak Representasi Kenyataan

Banyak sastrawan menggunakan karyanya bukan sekedar bentuk ekspresif dari jiwa melainkan cerminan masyarakat, alat perjuangan sosial, aspirator kaum tertindas (lihat contoh puisi-puisi Rendra) juga mengenai realisme, naturalisme, dan realisme sosialis (Faruk, 2010: 45). Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra juga tidak lagi mengacu pada intensi penulis sebagai produsennya, tidak lagi diarahkan pada orang atau kelompok tertentu melainkan mengambang bebas yang dapat terarah dan mengacu pada kemungkinan apa saja dalam ruang dan waktu.

Apa lagi yang bisa ditahan? beberapa kata

bersikeras menerobos batas kenyataan-

setelah mencapai seberang, masikah bermakna,

bagimu, segala yang ingin kusampaikan?

(Dalam sajak 'Empat Seuntai V').

Mengutip John Macionis, bahasa sebagai sistematisasi dari simbol-simbol dengan arti-arti standard dengannya setiap anggota masyarakat dapat berkomunikasi (Raho, 2008: 61) sesungguhnya menegaskan kemanusiaan manuisa sebagai makhluk yang menggandrungi serta menerjemahkan simbol-simbol (animal symbolicum).

Jadi, untuk melihat budaya sebuah kelompok sosial, kita cukup melihat transaksi pertukaran tanda dengan memperhatikan sistem tanda yang ada dan bagaimana para anggotanya menggunakan sistem tanda tersebut sebagaimana oleh Umberto Eco bahwa, "humanity and society exist only when communicative and significative relationships are established" (Eco, 1979: 22).

Bahasa sebuah puisi sebenarnya merupakan pengorganisasian simbol dan tanda atau dapat dikatakan sealur dengan logosentrisme. Yang perlu mendapat perhatian lebih yakni proses sistematisasi pemaknaan atau significationatas aneka simbol dan tanda tersebut sebagai sebuah 'kenyataan yang terselubung/realitas simbolis'. Secara singkat dapat dikatakan bahwa puisi merupakan bentuk bahasa dalam simbol yang paling lugas dan dalam guna membahasakan kenyataan tertentu.

Ruangan yang ada dalam sepatah kata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun