Sebelum mimpi itu selesai, aku sudah terbangun dan malam itu aku mendengar suara ketukan pintu, buru-buru aku bangun dan keluar dari kamar, antara masih bermimpi dan tidak aku mengira itu adalah mas Dwi.Â
Ternyata dua orang bertubuh tegap mengenakan jaket hitam berdiri tepat di depan pintu.
" Selamat malam bu, kami dari pihak kepolisian ingin menanyakan apakah betul ini rumah Bapak Dwi."
" Ya betul pak, saya istrinya, apakah bapak sudah menemukan suami saya ada di mana."
" Sebaiknya ibu ikut kami ke kantor polisi, sementara ini kami ingin lakukan pengeledahan atas rumah ibu."
" Penggeledahan, memangnya kenapa pak, suami saya narkoba, bukan pak nggak mungkin, suami saya kerja di pabrik, suami saya rajin ibadah sering ke masjid."
" Biar kami jelaskan nanti di kantor polisi, ibu tenang saja, kami akan perlakukan ibu dengan baik sesuai dengan protap yang berlaku, sementara biarkan anggota kami menggeledah rumah ibu."
Sekitar delapan sampai sepuluh orang polisi berpakaian hitam lengkap dengan senapan laras panjangnya masuk ke dalam rumah kontrakkan kami, namun hanya satu orang saja yang nampak wajahnya.
Saya melihat ada pak RT dan mas Mul di sana dan juga beberapa warga yang di halangi jaraknya oleh para anggota polisi. Â Saya berteriak memanggil nama mas Mul, ia hanya bilang nanti menyusul dan begitu saya keluar dari gang terlihat beberapa mobil polisi berwarna hitam berjejer parkir bertuliskan densus 88.
Di kantor polisi di ceritakanlah semua kepadaku, aku tak percaya mas Dwi terlibat serangkaian pengeboman yang memang akhir-akhir ini ramai pemberitaanya di TV hingga kemarin ternyata salah satu mayat yang teridentifikasi oleh tim labforensik polri yaitu mayatnya mas Dwi. Â Aku lemas seperti tak mempunyai tulang sempat pingsan beberapa kali di kantor polisi hingga akhirnya tim mereka membawa saya ke rumah sakit terdekat sebab merujuk kondisi tubuh saya yang tiba-tiba menurun.
Saya mendapat pengawalan ketat di rumah sakit, saya masih tidak percaya kenapa mas Dwi tega menghancurkan hidupnya sendiri, menghancurkan keluarganya, menghancurkan cita-citanya dan yang baru saja aku tahu ia telah menyia-nyiakan anak yang tengah ku kandung ini. Tak ada gelagat mencurigakan selama hidup dengannya. Semua normal, semua baik-baik saja, jangankan mau berbuat jahat, bohongpun ia tidak pernah, ia lelaki yang jujur, setia, baik.Â