Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Dosen Teknik Informatika Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pria yang Kehilangan Ombaknya karena Dicuri*

21 Maret 2016   22:01 Diperbarui: 22 Maret 2016   15:50 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa bisa hilang? Bukankah hal itu sangat penting?" tegas hakim.

"Alat bukti saya adalah air mata, kini telah hilang Yang Mulia, apakah Yang Mulia mampu memanen air mata di saat kemarau berkepanjangan?"** ujar pelapor.

Sang hakim pun kini terdiam. Ia pun mengarahkan pandangannya kepada bapak berseragam kepolisian yang ikut hadir di dalam persidangan. Sang hakim berencana untuk menanyakan alat bukti dan juga kelanjutan investigasi dari pencurian yang tidak masuk di akal ini.

"Bapak dari kepolisian, ada yang saya ingin tanyakan, bagaiaman kelanjutan soal barang bukti dan juga pencarian orang yang selama ini katanya masih belum ditemukan" tanya sang hakim kepada pihak kepolisian.

Salah seorang dari pihak kepolisian pun berdiri ia membacakan beberapa lembar kertas yang sedari tadi ia genggam, bentuknya sudah tak lagi rata, kini melingkar layaknya bentuk koran yang digengam pengguna krl setiap pagi.

"Sampai saat ini, ciri-ciri pelaku tak bisa kami cari. Tak ada bekas jejak, tak ada bekas cipratan air, tak ada alat bukti lain, seperti papan selancar atau kantung pencuri ombak yang berbekas di pantai tersebut" ujar polisi tersebut.

"Lalu apakah bukti air mata tak dapat ditemukan?" ujar hakim.

"Siap Yang Mulia, kami telah melakukan segala daya upaya, sayangnya air mata sepertinya telah terbawa ombak, jauh. Kami kesulitan. Bantuan radar dari Lapan*** juga sudah kami gunakan. Sayangnya hasilnya nihil" keluh sang polisi.

Akhirnya sidang pun diskors untuk sementara waktu. Diam-diam, si pelapor mendapatkan simpatik dari para penonton sidang yang kebanyakan adalah wartawan. Beberapa menulis bahwa pencurian ombak adalah tindakan pelanggaran HAM berat. Sebab ombak yang dicintainya, dicuri oleh orang lain.

"Oh, betapa sedihnya, yang dicintainya ditinggalkan"**** gumam salah satu wartawan yang terlihat sibuk mencatat sedari tadi.  

Setelah skors, sang hakim pun memberikan pernyataan. Pernyataan tersebut adalah perihal bahwa kasus ini tak dapat dilanjutkan. Sebab kurangnya alat bukti dan juga kurangnya saksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun