"Apakah kondisi si pelapor yang anda kenal ini dalam keadaan mabuk?"
"Tidak Yang Mulia, mulutnya tidak tercium bekas minuman, lagi pula si saudara pelapor tidak berjalan sempoyongan ketika saya ajak untuk menepi ke tempat yang lebih tinggi"
"Satu lagi, apakah anda melihat gerak-gerik mencurigakan dari si pelapor?"
"Tidak Yang Mulia, sore itu pantai sedang sepi, fokus saya hanya ke dia seseorang, tak ada yang mencurigakan"
Sang hakim pun mulai frustasi. Pertanyaan yang diajukan, baik untuk si pelapor maupun saksi, tak ada hasil yang signifikan. Sudah 20 tahun lebih sang hakim bekerja sebagai pengadil, berbagai kasus telah sukses ia sidangkan, mulai dari perceraian hingga pencurian. Semuanya berjalan sukses. Â Namun baru kali ini ia mengalami kebuntuan. Di tengah kegalauannya, ia pun memiliki sebuah ide, bagaimana kalo ia menanyakan apa penyebab si pelapor melaporkan perkara tersebut ke pengadilan.
"Apakah pelapor memiliki alasan lain perihal pelaporan pencurian ombak ini?" tanya hakim
"Saya, Yang Mulia, saya marah yang mulia, setiap peselancar mendambakan ombak yang besar dan bagus, namun saya tak mendapatinya lagi. Saya merasa ini pencurian. Saya tau orangnya, dia siluet hitam, saya bertatapan dengannya" tegas si pelapor yang kekeh dengan pendiriannya
"Apakah saksi melihat ada sosok seperti yang dibicarakan si pelapor," tanya hakim kepada saksi.
"Tidak Yang Mulia, suasana pantai begitu sepi. Hanya dia, orang yang berselancar di sore itu, kebanyakan hanya bermain air di pinggir pantai," ujar saksi.
"Apakah pelapor punya bukti kuat untuk perkara pencurian ini?" tanya hakim kepada pelapor.
"Ada Yang Mulia, tapi kini sudah hilang," ujar pelapor.