"Iya ya, mungkin saja", timpal teman saya.
Kami mendekati ibu penjual tiket di dekat  meja check-in, setelah meja check-in terlihat sepi.
"Gimana cik, semua datang?" tanya kami.
"Semua datang".
Kami pun lemas mendengarnya. Sudahlah, dua diantara kami harus terbang dengan semua barang. Tiga lainnya akan tinggal lagi di sini menunggu kapal laut yang akan ke Saumlaki, entah kapan. Namun kami belum memutuskan, siapa yang harus pergi siapa yang tinggal.
Pesawat mulai parkir dan akhirnya pintu terbuka. Satu persatu penumpang dari Saumlaki turun. Sampai terakhir kami lihat dua pilot turun paling akhir dari pesawat.
"Lah itu Pak N, pilot dulu itu".
Ternyata benar, pilot yang turun itu adalah Pak N, pilot yang kami kenal di Saumlaki beberapa bulan lalu. Karena ini lapangan terbang kecil dan bangunan ruang keberangkatan dan kedatangan juga menjadi satu dan kecil, kami pun dapat mudah bertemu sang pilot.
"Pak N, apa kabar" sapa kami.
"Eh kalian, mau ke Saumlaki?" tanya sang pilot.
"Iya Pak, tapi ga kebagian tiket. Kami kira ada penumpang cancel, ternyata full", terang kami.