Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Naik Pesawat Rasa Bus, Kami Mengaku Salah

6 Mei 2022   00:31 Diperbarui: 6 Mei 2022   00:36 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permukiman di Larat, dilihat dari Desa Lelingluan, Yamdena, pada 2006. (dok. Hanom Bashari)

"Iya ya, mungkin saja", timpal teman saya.

Kami mendekati ibu penjual tiket di dekat  meja check-in, setelah meja check-in terlihat sepi.

"Gimana cik, semua datang?" tanya kami.

"Semua datang".

Kami pun lemas mendengarnya. Sudahlah, dua diantara kami harus terbang dengan semua barang. Tiga lainnya akan tinggal lagi di sini menunggu kapal laut yang akan ke Saumlaki, entah kapan. Namun kami belum memutuskan, siapa yang harus pergi siapa yang tinggal.

Pesawat mulai parkir dan akhirnya pintu terbuka. Satu persatu penumpang dari Saumlaki turun. Sampai terakhir kami lihat dua pilot turun paling akhir dari pesawat.

"Lah itu Pak N, pilot dulu itu".

Ternyata benar, pilot yang turun itu adalah Pak N, pilot yang kami kenal di Saumlaki beberapa bulan lalu. Karena ini lapangan terbang kecil dan bangunan ruang keberangkatan dan kedatangan juga menjadi satu dan kecil, kami pun dapat mudah bertemu sang pilot.

"Pak N, apa kabar" sapa kami.

"Eh kalian, mau ke Saumlaki?" tanya sang pilot.

"Iya Pak, tapi ga kebagian tiket. Kami kira ada penumpang cancel, ternyata full", terang kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun