Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami pada alam semesta dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Tuhan menyaksikan segala sesuatu “.[4]
Dengan demikian, Tuhan itu unik. Dalam artian, Dia adalah Kemaujudan yang Mesti, segala sesuatu selain Dia bergantung kepada diri dan keberadaan Tuhan. Kemaujudan yang Mesti itu harus satu. Nyatanya,walaupun di dalam Kemaujudan ini tak boleh terdapat kelipatan sifat-sifat-Nya, tetapi Tuhan memiliki esensi lain, tak ada atribut-atribut lain kecuali bahwa Dia itu ada, dan mesti ada. Ini dinyatakan oleh Ibnu Sina dengan mengatakan bahwa esensi Tuhan identik dengan keberadaan-Nya yang mesti itu. Karena Tuhan tidak beresensi, maka Dia mutlak sederhana dan tak dapat didefinisikan.
Teori Pemikiran Ketuhanan oleh Ibnu Sina
Konteks Ketuhanan disini adalah sifat-Nya yang Maha Mengatur dan Maha Tahu. Diterangkan dalam kitab Al-Isyarat :”Maha tahu adalah perwakilan dalam undang alam semesta, dalam pengetahuan abadi, dalam suatu waktu tertentu”. Undang pelimpahan Tuhan dalam bentuk hirarki dan kekhususan adalah dengan pelimpahan rasionil.
Keterangan tersebut menyebabkan orang dapat melihat bagaimana Ibnu Sina menguraikan tentang sifat Maha Tuhan dan mengenai baik dan buruk. Orang akan merasa pesimis dan memberikan uraiannya bahwa antara baik dan buruk, baiklah yang akan menang.
Tuhan menghendaki baik oleh karena itu ia menyempurnakan wujud-Nya. Makhluk adalah baik, dan kesempurnaan makhluk hakikatnya terdapat pada diri makhluk itu sendiri. Sebab, segala kebaikan dan kesempurnaan datang dari Tuhan. Pun diperjelas dengan sifat Tuhan yaitu Rahman dan Rahim. Dia akan menjelma dalam setiap apa yang dikuasai-Nya.
Selama dunia ini tersusun dari kebutuhan dan kemungkinan, dunia ini terjadi dari benda bentuk, potensi dan hakikat, serta kejahatan yang selamanya pasti ada. Meskipun jika memang makhluk adalah baik, maka dapat disimpulkan bahwasannya kejahatan lebih sedikit daripada kebaikan.
Namun, dengan adanya nafsu dalam diri makhluk, sebuah kejahatan dapat timbul dari makhluk itu sendiri. Ibnu Sina menggambarkan tentang pengertian benda itu sebagai seorang perempuan yang tidak cantik. Ia memutuskan untuk memakai topeng sekedar untuk menutupi ketidakcantikannya.