Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Broken Youth [Chapter 4: Hold My Hand]

17 Juli 2016   21:12 Diperbarui: 17 Juli 2016   21:19 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rin bergumam panjang. “Boleh aku berbalik?”

“Ah, gomenasai,” kata Namie sesunggukan seraya melepaskan cengkeramannya, lalu mundur beberapa langkah. Ia menatap Rin yang mendekat padanya dengan pandangan malu-malu.

“Kalau kau juga keberuntunganku, berarti kita diharuskan bersama untuk saling menjaga,” Rin member kesimpulan dengan nada yang begitu ramah disertai dengan senyum terbaik. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. “Yosh! Namie-chan, ajari aku bela diri, ya. Kalau perlu, menembak juga,” sambungnya dengan meletakkan kedua tangannya di pundak seseorang di hadapannya. Pun memberikan tatapan bersinar yang memancarkan kesungguhan. Namie hanya mengangguk-angguk, seperti anak kecil yang kehilangan balonnya karena tersangkut di pohon, kemudian datanglah sang kakak yang akan mengambilnya.

“Mulai sekarang, jangan berjuang sendiri. Mari, lakukan bersama-sama,” ajak Rin. Sekali lagi, Namie hanya mengangguk-angguk sebagai persetujuan. Lantas, membuat hati Rin begitu terenyuh saat menatap mata sembab yang penuh dengan harapan baru itu.

Seseorang di balik pohon yang terletak beberapa meter dari tempat Rin dan Namie  pun mengambil sapu tangan dari dalam saku celana kainnya. Ia tidak kuasa lagi menahan tangis haru yang sedari tadi membuat hatinya tidak keruan.

Semoga kalian selalu beruntung, batin Hibari. Ia membalikkan tubuh, menyandarkannya pada batang pohon yang lebar itu. Ia berniat memandang langit hitam yang kala itu sedang penuh dengan kerlap-kerlip bintang. Beruntungnya, ia pun menyaksikan salah satu di antaranya jatuh dengan sangat cantik, seperti seorang pelukis yang mengusapkan warna pada kanvasnya. Ia tahu kalau membuat permohonan pada momen seperti itu hanyalah mitos. Akan tetapi, siapa tahu saja akan terkabul. Buru-buru ia mengatupkan kedua tangannya, kemudian membatin apa yang diinginkannya.

Rin yang arah menghadapnya sama seperti Hibari pun tahu akan sebuah fenomena astronomi tersebut. Ia kontan membalik tubuh gadis itu, lalu menyuruhnya untuk membuat sebuah permohonan juga. Tanpa berpikir panjang, mereka pun segera melakukannya.


[1] Makanan ringan khas Jepang yang dibuat dari beras atau tepung serelia yang lain. Biasanya berbentuk bundar, persegi, atau persegi panjang yang pipih. Dimasak dengan cara dipanggang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun