Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harta Karun Musiman

29 Januari 2016   20:37 Diperbarui: 29 Januari 2016   20:48 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Ini kamu, Rin? To be honest, I love you too…

            Ini pertama kali dalam hidupnya, Rin merasa kaget, gugup, dan tidak percaya secara bersamaan. Mimpi apa dia, tiba-tiba Gio mengirim pesan padanya di BBM seperti itu.

            “Oh, tidak, siapa yang mengirim pesan ini?” Mata Rin terbelalak. Kalimat “Ai lov yu” itu ternyata menjadi pemicu Gio untuk mengatakan perasaannya. Rin pun mengingat-ingat siapa saja yang memegang smartphone-nya hari ini. Dan, ia adalah… Isti.

            Jadi, ketika Rin mencari penutup luka untuk Isti, gadis cilik itu diam-diam memainkan smartphone Rin untuk membuat sebuah kejahilan.

            Gio, maaf, ya. Yang kirim pesan tadi bukan aku. Cuma seorang gadis cilik yang jahil. Rin mengetik balasan dengan menahan malu dan marah. Astaga, bagaimana bisa gadis cilik menulis pesan seperti itu? Apa gara-gara sering menonton sinetron?

            Kenapa, Rin? Apa kamu sudah memiliki pasangan? Aku betah sendiri karena… nunggu kamu.

            Sebenarnya, salah makan apa yang membuat Gio sampai-sampai mengetik kata-kata itu? Seingatnya, pemuda blasteran itu adalah tipikal orang yang pemalu. Keringat menyembul dari dahi Rin, tangannya sedikit gemetar. Jujur saja, ia ingin membalasnya, tapi, ia bingung.

            Beberapa saat kemudian, Gio menelepon dari aplikasi BBM. Rin kalang kabut, tidak siap berbicara dengan cinta monyetnya itu. Tapi, dengan ragu-ragu, ia akhirnya menerima panggilan itu. “Ha-lo,” ucap Rin.

            Gio lalu menanyakan kabar gadis itu. Dan, jawaban yang ia terima biasa-biasa saja.

            “Kamu di Kediri sampai kapan? Aku ke sini, ya.”

            “Hm…,” Rin menimbang-nimbang jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun