Rasulullah Saw. Bersabda: "Ya Allah aku berlindungA kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain.”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati". (HR. Bukhari dan Muslim).
- Kerja cerdas dengan merencanakan dan memperhitungkan segala sesuatu secara baik.
Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila kalian mengerjakan sesuatu (pekerjaan) maka pikirkanlah akibat dan dampaknya. Jika perbuatan itu baik, kerjakanlah dan jika pekerjaan itu buruk, maka tinggalkanlah.” (HR. Ibnu Mubarok).
d) Bekerja dengan Amanah, jujur dan profesional
Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya (bekerja secara profesional).” (HR. Thabrani).
e). Kerja secara berjamaah serta membangun networking yang kuat. Perhatikan firman Allah dalam QS. Ash-Shaff [61] ayat 4.
"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash-Shaff [61]: 4).
Sayyidina Ali ra berkata: "Kebenaran yang tidak diorganisir dengan rapi dan teratur, akan dikalahkan (hancur) oleh kebathilan yang diorganisir dengan rapi”.
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (QS. Al-Mulk: 15)
Dalam Surat Al-Mulk ayat 15 di atas, Allah menjadikan bumi itu mudah bagi manusia. Maka itu, manusia mestinya berjalan di segala penjuru bumi dan memakan sebagian rezeki yang dianugerahkan oleh Allah. Hanya kepada Allah manusia kembali setelah mereka semua dibangkitkan.
Cendekiawan Muslim, Yusuf Al-Qaradhawi, merespons ayat tersebut dengan penjelasannya, bahwa hendaknya umat Islam menjadikan hal itu sebagai prinsip utama. Maknanya, umat tidak boleh malas apalagi tidak bekerja. Tak bekerja atau malas bekerja tak dibenarkan dengan dalih apa pun, dengan alasan karena seorang Muslim sibuk ibadah dan bertawakal. Di antara yang dikecam dalam Islam, sambung Al-Qaradhawi, yakni seorang yang terus-menerus mengandalkan uluran tangan dari orang lain, padahal dirinya masih kuat dan bisa bekerja.