"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam [68]: 4).
Beretika harus tercermin dalam seluruh tatanan kehidupan (pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa), termasuk dalam bekerja, baik bertani, berdagang maupun usaha lainnya.
Ajaran semangat atau etos kerja telah dicontohkan Rasulullah. Sejak masa remaja, beliau adalah seorang pedagang yang ulet dan jujur berdagang jauh sampai ke Negeri Syam. Berkat kerja keras dibarengi dengan etika dalam bekerja dan berusaha, maka berdagang sebagai pekerjaan Rasulullah saat itu berkembang pesat.
Suatu hari Rasulullah Saw. berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasul kepada Sa’ad. “Wahai Rasullullah,” jawab Sa’ad, “tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul, untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”. Seketika itu beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah tersentuh api Neraka”.Alangkah mulianya ajaran Islam tentang bekerja.
Dengan motivasi ibadah, bekerja semestinya selalu memberikan yang terbaik. Bekerja sebaik mungkin. Dengan ihsan (baik) dan itqan (profesional). “maka berbuat baiklah sebagaimana Allah SWT. telah berbuat baik kepadamu” (Al Qashash: 77)
Para Nabi dan Rasul juga mengajarkan tentang etos kerja. Nabi Nuh pandai membuat Kapal, Nabi Musa seorang pengembala, Nabi Sulaiman seorang insiyur yang hebat, Nabi Yusuf seorang akuntan, Nabi Zakaria seorang tukang kayu, Nabi Isa seorang tabib yang mumpuni. Meski sebagai Nabi dan Rasul, mereka bekerja dan tetap menjaga etos kerja.
Rasulullah Muhammad SAW, sarat keahlian yang tak diragukan, yaitu dalam bidang perniagaan. Rasulullah SAW menegaskan bahwa: Bekerja merupakan kewajiban. Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban setelah kewajiban yang lain. (HR. Al-Thabrani).
Allah SWT telah membuka peluang seluas-luasnya bagi umat untuk memanfaatkan karunia di bumi. Dengan itu diharapkan umat bisa mengangkat derajat hidupnya, tapi dengan syarat mutlak, harus dicapai melalui kerja. Beberapa kiat mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan bernilai di sisi Allah:
- Kerja ikhlas yaitu kerja dengan niat yang lurus ingin memanfaatkan ilmu yang dimiliki, karena Allah semata.
Rasulullah Saw. bersabda: "Seluruh manusia pasti mengalami kecelakaan, kecuali orang yang alim (berpengetahuan). Orang alim pasti mengalami kecelakaan, kecuali orang yang mau beramal (mengamalkan ilmunya). Dan orang yang beramal, pasti juga mengalami kecelakaan, kecuali orang yang ikhlas (beramal hanya karena Allah)."
Niat ibadah karena Allah, niat mencari rizki yang halal, niat memakmurkan bumi bisa bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Pada satu pagi Rasul Saw. dan para Sahabat sedang berkumpul kemudian mereka melihat seseorang yang kuat berjalan dengan cepat dan enerjik menuju kerja. Para Sahabat takjub terhadap orang tersebut. Maka para Sahabat berkata: Wahai Rasul Saw. bila saja ia berada dalam jalan Allah (fi Sabilillah) -pasti lebih baik baginya-. Maka Rasul Saw. berkata: “Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka itu berarti fi Sabilillah. Jika ia bekerja untuk kedua orangtuanya yang renta maka itu berarti fi Sabilillah. Dan jika ia bekerja karena riya dan kebanggaan maka itu di jalan Setan hingga esok. ”. (HR. Atabrani).
- Kerja keras yaitu kerja secara optimal, tidak malas, dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Artinyya:"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut [29]: 69).