Tindakan kecil tersebut adalah membiasakan diri menuliskan buah pikiran di buku kecil yang saya bawa kemana-mana (kecuali saat ke kamar mandi).
Salah satu dosen kami saat itu, S, yang "mengilhami" saya meskipun tidak secara langsung berkaitan.
S membawa sejumlah buku-buku kecil seukuran saku dengan ukuran sekitar 7 x 8 cm, cukup muat di saku kemeja atau kantung celana.
"Ini bapak dan ibu harus bawa kemana pun Anda pergi. Termasuk saat mandi dan 'nabung' di toilet. Khusus yang di toilet, itu sih kalau mau bawa," ujar S menyeringai lebar.
"Bapak dan ibu bisa membacanya di waktu luang, misalnya saat mengantre di ruang tunggu dokter, ketika mengurus perpanjangan STNK, waktu berada dalam urutan nomor pelayanan nasabah di bank, dan lain sebagainya.
"Dalam waktu senggang tersebut, Anda bisa gunakan untuk menghafal kosakata baru yang Anda tulis di buku kecil ini. Dengan begitu, perbendaharaan kata Anda jadi bertambah. Sayang kalau Anda menghabiskan waktu kosong tersebut dengan sekadar menunggu, melamun, atau malah bergosip," kata S. Waktu peristiwa tersebut terjadi, kinerja gawai dan internet belum sebaik sekarang.
Dari buku kecil ini, saya tergerak untuk melakukan lebih lagi. Alih-alih hanya membawa buku kecil karya S, saya membuat satu buku kecil yang saya buat sendiri dari kertas kuarto dan dibalut dengan kertas cover.
Lalu apa isi kertas-kertas kosong di buku kecil buatan saya itu? Nah, itulah tugas saya untuk mengisinya.
Saya menulis di kertas-kertas kosong tersebut. Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Waktu itu saya berpatokan pada perkataan abadi dari seorang filsuf dan politikus ternama di Kerajaan Inggris pada masanya, Francis Bacon.
Beliau mengatakan, "Reading maketh a full man; conference a ready man; and writing an exact man."
Apabila diterjemahkan kata per kata, maka artinya menjadi sebagai berikut:Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!