Ibarat kata, memercayai jurnal tersebut seperti "berjudi". Bisa benar, bisa juga salah.
Makanya profil penulis jurnal atau status media sosial, dan latar belakang pembuat video YouTube adalah hal vital bagi warganet. Pastikan membaca jurnal, artikel, status media sosial, dan video YouTube dari orang-orang yang berkompeten di bidangnya, apalagi kalau menyangkut kesehatan.
Salah memercayai sumber yang tidak kredibel, nyawa taruhannya.
Bagi saya pribadi, buku tetaplah sumber referensi terbaik. Meskipun begitu, tetap saja, bukan persoalan penerbit mana yang menerbitkan buku tersebut, tetapi siapa penulisnya. Apakah penulis tersebut mempunyai rekam jejak yang baik dan sesuai dengan spesialisasinya atau tidak.
Ingat, peribahasa yang berbunyi 'jangan beli kucing dalam karung!'.
2. Cermati sejauh mana berbahayanya penyakit dan pilih metode berobat terampuh
Dalam kasus-kasus penyakit tertentu, berbagai pertimbangan memang berkecamuk dalam hati.
Tergantung seberapa berat kasus penyakit. Semakin berbahaya penyakit; penanganan pengobatan akan semakin ribet, lama, membosankan, dan membutuhkan biaya besar.
Herannya, P malah menyarankan supaya L berobat secara alami saja. Herbal.
Padahal istrinya mengidap penyakit kanker. Penyakit yang berbahaya dan mematikan.Â
Bagaimana bisa P berkata, "Tidak bisa, aku gak tahan lagi," kata-kata yang meluncur deras keluar setelah seharian menemani L, sang istri, untuk menjalani kemoterapi dan radiasi di rumah sakit. Baru terapi pertama. Bukan dia yang mengalami, tapi istri, namun lagak lagunya seakan P mengalami siksaan berat.
Memaksa L meminum air rebusan daun pepaya sampai tak tersisa setitik pun untuk mengobati kanker.