Memang, tidak bisa 'memukul rata' Â kemampuan murid. Ada juga faktor-faktor lain yang juga menentukan rendahnya pencapaian nilai murid, seperti minat murid terhadap mata pelajaran tertentu, faktor ekonomi keluarga, peranan orangtua dalam mendidik anak di luar sekolah, dan lain sebagainya.
Namun, harus tersedia alat ukur, supaya ada target, sasaran yang ingin dicapai. Bukan sekadar ujian tanpa tujuan yang jelas di balik pelaksanaannya.
Dengan adanya hasil ujian, ada pemetaan kompetensi murid. Kalau tidak ada nilai ujian; untuk apa ada pengajaran, pendidikan, dan ujian?
Evaluasi diri
Sudah saatnya becermin, mengevaluasi diri setiap saat. Kebijakan, apa pun itu, tidak ada satu pun yang sempurna.
Penggunaan ujian semi daring sudah seharusnya dievaluasi, apakah menguntungkan atau justru malah merugikan murid.
Keterbukaan, transparansi nilai ujian menjadi parameter karena itulah yang membuktikan hasil belajar murid dan juga hasil mengajar yang dilakukan guru.
Apakah hasil belajar murid sesuai harapan atau tidak?
Nilai ujian, di sisi lain, juga terkait dengan kinerja dan kompetensi guru dalam mengajar dan mendidik.
Apakah guru sudah mempersiapkan program pengajaran dengan baik sebelum mengajar?
Apakah guru telah mengeksekusi program yang disusun sebelumnya dengan cermat dan terukur?
Apakah guru sudah menggunakan ujian semi daring sebagai alat evaluasi yang tepat sesuai situasi dan kondisi yang ada?Â