Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Supervisi Sudah Direkayasa

6 Februari 2021   21:19 Diperbarui: 6 Februari 2021   21:27 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dua kali supervisi, saya melihat Bu Lidya kembali dengan gaya mengajar yang lama. Metode ceramah. Buka buku halaman berapa, membahas sekadarnya, memberikan PR kepada peserta didik sesudahnya, dan selebihnya terulang kembali di hari berikutnya.

Gaya seperti ini sama saja dengan gaya kebanyakan guru ketika saya masih mengajar di beberapa sekolah dulu. Ketika menghadapi supervisi, kebanyakan guru mempersiapkan materi ajar dengan maksimal, tapi setelah supervisi, persiapan mengajar menjadi sangat minimal, bahkan tidak ada persiapan sama sekali.

"Semua (materi ajar) sudah ada di sini," kata Pak Hadi (bukan nama sebenarnya), salah seorang rekan guru, sambil menunjuk dahinya dengan jari telunjuk kanan, "Tak perlu persiapan lagi."

Menurut saya, seharusnya ada juga supervisi "dadakan". Tentu saja, dalam hal ini bukan untuk mencari-cari kesalahan guru, tapi untuk menjaga kualitas pengajaran supaya tetap prima dan guru juga harus selalu siap setiap saat, semaksimal mungkin berupaya memberikan yang terbaik demi kemajuan pendidikan anak bangsa.

Untuk PJJ melalui Zoom, guru bisa merekam video terjadinya PJJ dari awal sampai akhir, dan setelah itu diunggah ke YouTube dengan pengaturan unlisted sehingga selain guru, cukup pengawas dan kepala sekolah saja yang bisa melihat video yang sudah diunggah.

Dengan adanya pengawasan tidak langsung seperti itu, guru tidak bisa "main-main" dalam mengajar. Adanya supervisi "dadakan" seperti itu akan membuat guru tetap fokus mengajar semaksimal mungkin karena ada pemantauan secara terus-menerus dan berkelanjutan, bukan hanya sekadar sekali atau dua kali supervisi dalam satu semester.

Jangan mengeluh (lagi)

Jangan mengeluh (lagi).

Kondisi saat ini juga dialami oleh negara-negara lain, bukan hanya oleh negara kita. Tak mudah memutuskan kebijakan di tengah pandemi covid-19. 

Tidak adanya pembelajaran tatap muka adalah langkah yang terpaksa diambil untuk mencegah penularan covid-19. Suka tidak suka, kita harus menghadapi pembelajaran jarak jauh (PJJ). 

Berikan segenap daya dan pikiran demi mencerdaskan anak bangsa. Meskipun corona menghadang, itu tidak akan merintangi kita untuk tetap berkarya dan berjuang demi mewujudkan pendidikan yang berhasil di Indonesia.

Tetap berjuang seraya berdoa. Lakukan sebaik mungkin tugas kita sebagai guru.

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun