Di sisi lain, berkenaan dengan fenomena “anjay” tadi, kembali ke judul, bukan salah Komnas PA kalau keliru menyampaikan aspirasi. Seharusnya kalau generasi masa kini terindikasi mengalami penurunan kualitas moral, itu semua adalah salah kita semua yang mempunyai andil terbesar dalam menanamkan nilai-nilai moral yang baik bagi generasi penerus.
Dalam persepsi saya, ada tiga pihak yang menentukan sikap, perilaku, karakter, dan tutur kata generasi muda. Tiga pihak ini yang paling berperanan dalam menanamkan nilai moral pada anak-anak kita.
Siapa saja tiga pihak tersebut?
Pertama - Orangtua
Saya yakin, semua orang akan setuju kalau orangtua adalah garda terdepan yang menentukan nasib anak sepuluh, dua puluh, bahkan tiga puluh tahun ke depan atau lebih, dimulai sejak anak itu lahir ke dunia.
Orangtualah yang sangat berperanan paling besar dalam tumbuh kembang anak, khususnya dalam menanamkan nilai-nilai agama kepada anak. Menabur nilai-nilai kebajikan dari kitab suci bukan tanggung jawab guru agama di sekolah saja, tapi tanggung jawab orangtua juga.
Bagaimana orangtua membiasakan anak untuk berdoa, membaca kitab suci dan merenungkannya, serta melakukan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari adalah kewajiban orangtua yang diberikan Sang Pencipta untuk mendidik anak menjadi generasi unggul dan bermartabat.
Selain itu, orangtua juga wajib mengajarkan tentang disiplin waktu, bagaimana menjalani hidup sehat, etika berbicara pada orang yang lebih tua, dan lain sebagainya.
Pengalaman saya sebagai guru bahasa Inggris di berbagai Sekolah Dasar (SD) selama kurang lebih 20 tahun memberi saya wawasan kalau semakin tahun bertambah, anehnya, orangtua semakin melepaskan tanggungjawabnya dalam mendidik anak. Mereka sepenuhnya menyerahkan tugas mendidik anak pada sekolah.
Tidak semua orangtua seperti itu, tapi kebanyakan seperti itu. Bahkan, ada salah seorang ibu beberapa tahun yang lalu, yang berprofesi sebagai dosen dan suaminya juga dosen, tapi sayangnya mereka tidak mempunyai waktu untuk mendidik putra mereka.
“Saya dan suami sudah sibuk sekali dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam hari. Tidak bisa mengurus anak. Ibu saya yang kami serahi tugas untuk mengasuh dan mendidik putra kami di rumah,” dalih Bu Donna (bukan nama sebenarnya).