Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanusiakan Peserta Didik, Suatu Keniscayaan

23 Mei 2019   13:17 Diperbarui: 23 Mei 2019   15:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertegun. Pemberian yang sederhana, dari sepasang suami istri yang dalam keadaan kekurangan, tapi ikhlas memberi, walau pemberiannya mungkin tak berharga secara materi, tapi bernilai tinggi dari sisi kerendahan hati.

"Mohon maaf, Bu. Saya tidak bisa menerima. Kami, para guru, dilarang untuk menerima segala bentuk pemberian dari para orangtua murid. Lebih baik, buat keluarga ibu saja. Terima kasih banyak, Bu."

Ibu itu pun tersenyum, dan saya pun berlalu.

Memanusiakan Peserta Didik, bukan sekedar data di atas kertas  

Memanusiakan - v. menjadikan (menganggap, memperlakukan) sebagai manusia (sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima)

Semoga dengan melihat tiga pengalaman saya di atas, bisa memberikan manfaat, bukan saja bagi para guru, namun juga para orangtua, bahwa peserta didik, murid, bukan obyek, tapi subyek, mempersiapkan mereka sebagai pelaku, penemu, pemimpin, kelak di kemudian hari.

Saya merasa perlu untuk blusukan, karena kebanyakan para guru hanya menganggap kenakalan atau kemalasan peserta didik, karena kesalahan peserta didik semata.

Itu anggapan yang keliru.

Mereka, kebanyakan para guru, tidak melihat langsung kondisi keluarga dari peserta didik.

Dari 3 pengalaman di atas, kebanyakan yang menyebabkan malas atau sering bolos sekolah karena faktor ekonomi keluarga yang berada dalam tingkat menengah ke bawah.

Sebenarnya, masih banyak faktor lain, semisal perceraian orangtua, KDRT, orangtua sudah meninggal, dan lain sebagainya.

Kiranya, para guru lebih proaktif, terjun langsung, menjalin tali silaturahmi dengan orangtua atau wali peserta didik, karena itu lebih penting daripada hanya berlandaskan angka-angka, data-data yang ada di ruang kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun