Mohon tunggu...
Hallo SobatKampus
Hallo SobatKampus Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hallo semangat yaa!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laksmana Laut Bintan

27 Desember 2024   12:44 Diperbarui: 27 Desember 2024   12:44 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karya Eni

Pada zaman dahulu terdapat la h satu keluarga yang cukup terpandang di kalangan masyarakat suku laut di desa Panglong yang terletak di Bintan Pesisir. Masyarakat di sana menghormati keluarga tersebut sebagai kepala suku. Keluarga tersebut hidup rukun dan damai. Dalam keluarga itu terdapat seorang anak laki-laki yang sangat tampan dan gagah. Anak tersebut bernama Ali Baba. Ali mempunyai ayah yang bernama Bone dan ibunya yang bernama Maria. bone adalah kepala suku yang disegani oleh masyarakat disana. Selama bone menjabat sebagai kepala suku masyarakat disana hidup rukun tanpa ada sedikitpun masalah, semuanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin oleh bone. Bone merupakan kepala suku yang bijaksana sehingga sangat disenangi masyarakat desa panglong. Pada suatu hari seperti biasa ibu Maria telah bangun di subuh hari untuk menyiapkan bekal yang akan di bawa anak dan suaminya pergi ke laut untuk mencari ikan.  

Ali : "Makkk.... tengok kail ali tak?" tanya ali kepada bu maria yang sedari tadi sudah di dapur menyiapkan makanan.

Buk Maria : "Tidak nakk, cobe tanye bapakmu biasanya dia yang nyimpan alat-alat kail." tedengar suara buk Maria dari dapur menjawab pertanyaan anaknya.

Ali : " oh iye, bapak belom balek?" tanya ali sambil mengerutkan keningnya.

Bu maria : "iye dah dari tadi bapakmu pegi tapi belom balek-balek, mungkin banyak sangat air di perahu tu." Jawab bu maria sambil menyendok nasi ke mangkuk bekal suami dan anaknya.

Tampak muka ali yang sangat kusut karena belum mandi, seperti biasa Ali memang suka cari alat kail sebelum pergi mandi. Ali adalah anak yang rajin karena sering membantu bapak dan ibunya untuk mencari nafkah. Pak Bone yang sedari tadi telah pergi meninggalkan rumah untuk buang air sampan yang setiap hari harus di buang, karena kalau tidak di buang maka sampan akan karam. Tak lama berselang setelah ali selesai mandi dan telah duduk sarapan tampak dari kejauhan sosok laki-laki tua yang mempunyai kulit hitam dan badan besar menghampiri rumahnya, tidak salah lagi itu adalah sosok bapaknya  yang telah pulang dari membuang air perahu.

Ali : "nah itu bapak balek mak." Ujar ali kepada ibunya.

Bu maria : "oh iye itu bapakmu, nanti tanyekan je same die alat kail tu"       ucap bu maria kepada ali yang sedari tadi menunggu kepulangan bapaknya.  

Ali : "iye mak, bapak mang kalau naro barang tu susah di cari." Ucap ali sambil memakan gorengan yang telah di masak oleh bu maria.

Pak bone : "wah lah sarapan je anak bapak." Ucap pak bone sambil tersenyum

Ali : "iye ni pak. Duduk dulu lah sarapan pak." Tutur ali kepada bapaknya dengan sopan.

Pak bone : "iye nak, bapak juga lumayan lapar same haus juge. Banyak sangat air dekat sampan tu abis hujan tadi malam." Jelas pak bone sambil memegang kepala.

Pak bone memang suka bercanda kepada anaknya yang membuat keluarga itu sangat harmonis. Ali sangat menghormati bapaknya walaupun bapaknya suka bercanda. Begitu juga dengan bu maria. bu maria adalah orang yang baik hati, sopan dan pinter masak. Warga disana sangat mengagumi keharmonisan keluarga itu. Warga juga tidak segan-segan untuk memberikan pertolongan kepada keluarga mereka karena jasa pak bone yang sangat banyak kepada masyarakat suku laut itu. 

           

 

Pagi itu langit yang cerah tiba-tiba berubah menjadi gelap, awan hitam pun berlarian berkumpul menutupi matahari yang sedari tadi telah bersinar. Pak bone dan ali yang masih melahap gorengan dan kopi tampak berbincang hangat tentang pekerjaannya. Tak lama hujan rinting-rintik pun turun yang membuat pak bone dan ali menjadi tidak semangat untuk kerja. Biasanya walau pun hujan lebat pak bone dan ali tidak patah semangat untuk mencari ikan di laut karena mereka telah biasa melewati badai dan gelombang besar. Tapi hari ini tampak wajah pak bone yang agak berkerut melihat awan hitam yang telah menyelimuti sisi langit.

Pak bone : "tengok-tengok hari ni macam nak turun ribut, parah lah perahu kite penoh lagi same air."

Ali : "iye ni pak, bise tibe-tibe berubah cuace hari ni, tadi bagus na panas ni dah nak ujan pulak. Tido sedap ni." Ucap ali sambil tersenyum dan sedikit mengeluarkan tawa.

Ali : "mak, sini lah sarapan same-same."

Bu maria : "iye nak, nanti mak duduk sane" jawab bu maria yang tampak sibuk di dapur.

Bu maria tidak hanya memasak makanan untuk bekal anak dan suaminya tapi dia juga bikin kue untuk dijual di kampung panglong. Di kampung panglong banyak sekali orang yang suka dengan masakan bu maria karena menurut orang-orang disana selain rasanya enak masakan bumaria sangat bersih, karena rumah bu maria sangat di kenal dengan kebersihannya. Bumaria adalah orang yang rajin untuk bersih-bersih halaman dan dalam rumahnya. Hujan pun semakin deras dengan disertai petir yang menyambar, hati pak bone semakin tidak menentu karena banyak yang harus dipikirkan.

Pak bone : "Bu, bekal bapak dah siap?" tanya pak bone kepada istrinya yang sedang duduk didapur sambil memegang adonan kue.

Bu maria : "udah dari tadi siap pak, cume takkan lah bapak nak kelaut hujan gini pak" balas bu maria sambil mendongak ke arah pak bone.

Pak bone : "lah, kan cume hujan biase je maria, abang pernah melewati badai di laut tu, jadi kalau hujan macam ni dah baise." Tutur pak bone sambil tersenyum melihat ke arah ali.

Bu maria : "iye pak, pegi lah. Bpak kan jagok." Cetus bu maria tampak kesal kepada suaminya yang suka bercanda.

Pak bone : "ahahahhahahaha, tidak maria, bapak cume becande je." Tawa pak bone lepas mendengar ucapan istrinya yang tampak kesal.  Hujan semakin deras dari balik pintu tampak dua orang yang sedang duduk berbincang mesra sambil menghadap hidangan sarapan pagi. Ali tampak senang membicarakan tangkapan ikan yang beberapa hari lalu banyak dia dapat. Karna bebrapa hari belakamgam ini ali sangat banyak mendapat hasil tangkapannya, beda dengan ayahnya yang hanya dapat sedikit tapi ali selalu berbagi hasil dengan ayahnya. Ali adalah anak yang baik dan tidak perhitungan.

Ali : "macam mane ye pak, beberape hari ni ali teros yang dapat lebih dari bapak." Ali sambil tersenyum melihat menatap kearah air hujan yang turun dati atap rumahnya sambil tersenyum.

Pak bone : "ye alhamdulillah li, tapi ali tak pernah dapat sebanyak bapak." Jawab pak bone sambil tertawa memandang wajah ali yang berkerut setelah mendengar poerntataan pak bone.

Hujan pun tampak semakin deras, suara riuh dari atas atap rumah mereka membuat pembicaraan mereka jadi kurang terdengar. Setelah lama berbicara akhirnya ali larut dalam lamunannya. Memandangi ribuan rintik air yang jatuh dari atas atap rumah membuat ali terlena sambil memikirkan masadepan yang mungkin sangat tidak bisa dia terima karena diumur ali yang telah masuk keangka 27 tahun yang seharusnya sudah menikah tapi dia masih memilih untuk tinggal sama kedua orang tuanya an membantu membangkitkan ekonomi keluarga. Ketakutan Ali ketika jauh dari orang tuanya dan tidak mau memulai kehidupan baru dengan keluarga baru. Seketika lamunan itu terhenti, nampak dari kejauhan terlihat seorang yang sedang berlari menuju kearah rumahnya. Dengan cepat laki-laki dewasa itu berlari dan tiba dirumahnya dengan menghelus napas kelelahan. Setelah laki-laki dewasa itu sampai Ali baru tau kalau itu adalah Bajo.

Ali: jo kenape lari-lari tengah-tengah hujan nih,ko lah gile ke?

Bajo: Mane bapak kau, ade hal penting nak aku kasih tau nih,"sambil ngos ngosan nafas"

Ali: jo, pelan-pelan cakap tu, hal penting ape nih jo?

Bajo: ye, bapak ko mane dulu aku nak kasih tau same bapak ko je nih.

Ali: ye sebentar aku panggilkan dulu bapak ku.

Ali pun masuk ke dalam rumah, untuk memanggil bapaknya,karna ada hal penting yang nak disampaikan oleh Bajo. Setelah itu pak Bone pun keluar bersama istrinya yaitu buk maria.

Pak Bone: kenape li, tengah- tengah hujan gini ade tamu.

Ali: ini pak, si Bajo, kate die ade hal penting yang nak di kasih tau ke bapak.

Pak Bone: Ha, kenape jo? Hal penting ape sampai hujan-hujan gini lah kuyup badan.

Bajo: Gini pak, ade warga kite kehilangan sampan.

Pak Bone: sampan siape yang hilang jo. "Dengan panik menanyakan kepada Bajo''.

Bajo: Sampan Tok kasim pak.

Pak Bone pun langsung bergegas bersama Ali dan Bajo menuju kerumah tok Kasim. Setelah sampai di rumah tok kasim, Pak Bone menanyakan kepada tok Kasim tentang sampan nya yang hilang itu, lalu tok kasim pun menceritakan awal mula sebelum sampan nya hilang.

Pak Bone: tok macam mane pule bise ilang sampan tu?

Tok Kasim: gini bon, subuh semalam tok turun ke laut, siang jam 1 tok balek, tok penat jadi balek langsong tido, dah tu tok lupe barang- barang tok masih kat sampan tu, hujan-hujan tadi tu lah tok nk ambek barang- barang tok dekat sampan, dah sampai kat tepi sungai tu sampan tok dah tak ade. '' Dengan raut muka sedih"

Pak Bone: siape agaknye yang curi sampan tok nih ye.

Tok Kasim: Ntah lah Bon, cume itu lah satu satunye sampan yang tok punye untuk cari nafkah di laut nih.

Tok kasim pun sedih karna sampannya yang hilang itu, tok kasim adalah warga panglong yang bisa di bilang kurang mampu, karna Cuma sampan nya itulah satu -- satunya untuk mencari kebutuhan hidupnya sehari- hari. Setelah mendengarkan cerita dari tok Kasim Pak Bone, Ali, dan Bajo ikut sedih. Setelah itu hari semakin malam, hujan pun semakin deras  pak Bone, Ali, dan Bajo pamit pulang kepada Tok Kasim.

Pak Bone: Tok, Bone dan Anak pamit balek dulu ye, hari dah malam hujan pun makin deras

Ali: iye tok Ali, Bapak, dan Bajo pamit balek dulu ye.

Tok Kasim: ye hati- hati ye hujan makin deras jalan licin

Bajo: iye tok.

Setelah itu pak Bone, Ali, dan Bajo pulang. Sesampai pulang di rumah, bu Maria masih menunggu pak Bone dan Ali, pak Bone pun duduk di ruang tamu sambil memikirkan cara untuk membantu tok Kasim yang telah kehilangan sampan nya, Bu Maria pun menanyakan kepala suami dan anaknya tentang sampan tok Kasim.

Bu Maria: pak, kenape bise hilang sampan tok kasim tu, kasian die nak kelaut takde sampan lagi.

Pak Bone: Itu lah bu, kasian tok Kasim takde sampan nk turun ke laut tu,macam mane ye buk care nak bantu tok kasim tu. " sambil memegang kepalanya"

Bu Maria: kasih lah pinjam sampan bapak tu, bapak bise cari yang baru lagi " Ucap bu Maria sambil memujuk pak Bone"

Pak Bone: boleh juge buk, tapi nk beli sampan baru tu agak laen buk, karne sampan yang lame tu lah yang bantu rezeki kite nih. " Tiba-tiba ali datang mendekati bapak dan ibunya"

Ali: Betul kate ibu pak, kasih je pinjam sampan kite ke tok Kasim tu, kasian pak tok Kasim cume itu lah satu satu nye die cari nafkah dengan turun ke laut.

Pak Bone: iyelah bu, nak nanti bapak pikir dulu, bapak juge kasian dengan tok Kasim tu.

Hari pun semakin malam, hujan semakin deras pak Bone, bu Maria dan Ali pun tidur. Keesokan paginya dengan cuaca yang sangat cerah, matahari hangat menyinari dedaunan yang masih basah dengan sedikit air di atasnya sisa hujan semalaman. Bu Maria membangunkan suaminya untuk mengecek sampan di tepi pantai. Bu maria pun juga membangunkan Ali setelah membangunkan suami dan anaknya bu maria menyiapkan sarapan suami dan anaknya. Dalam perjalanan pergi melihat sampan pak Bone masih kepikiran tentang sampan pak kasim yang raip entah kemana. Beberapa hari ini memang sering kelihatan kapal-kapal besar yang lewat di selat kampung panglong yang tidak di kenal entah kapal dari mana. Tapi dengan kejadian sampan pak kasim hilang pak bone pun pelan-pelan menyiasati kejadian itu tapi dia tidak mau menuduh orang tanpa ada bukti. Setibanya di tepi pantai pak bone melihat ada tiga orang anak kecil yang sedang bermain di tepi pantai. Tiba-tiba datang Ali dan temannya yaitu Bajo....

Ali: pak, ape tengah buat?

Pak Bone: Tak li, ini bapak tengah tengok sampan kite takotnye ilang pule.

Bajo: iye pak, kalau tak di tengok ilang pule nanti, biase kalau dah ilang satu nak ilang teros.

Ali: Iye pak, Ali masih kepikiran hilangnya sampan tok Kasim tu, siape agak-agaknye ye yang curik tege betol.

Pak Bone: Iye bapak juge masih kepikiran, tapi firasat bapak nih tak sedap

Pak Bone makin penasaran dengan kapal- kapal besar yang entah dari mana melewati perairan laut kampung panglong itu. Rasa penasaran pak Bone pun semakin besar, pak Bone terus menyelidiki kapal-kapal besar itu. Siang mulai panas setelah hujan semalaman, pak Bone, Ali, dan Bajo pun pulang. Sesampai di rumah pak Bone termenung, tiba-tiba buk Maria menghapiri suaminya dengan segelas teh hangat.

Bu Maria: Pak kenape termenung dari tadi? "sambil meletakan segelas teh di atas meja"

Pak Bone: gini bu, bapak penasaran dengan kapal- kapal besar tu yang masuk di daerah perairan kampung kite buk.

Bu Maria: kenape dengan kapal-kapal besar tu pak?

Pak Bone: Akhir-akhir ini kapal tu sering lewat di perairan kampung kite, ape jangan-jangan ade sangkut pautnye dengan hilangnya sampan tok Kasim itu ye? "ucap pak bone sambil meminum teh yang di buat oleh bu Maria".

Bu Maria: eiss pak, jangan asal nuduh dulu sebelum ade bukti, dah lah ibu nak masak dulu untuk makan siang kite ye.

Bu Maria pun langsung pergi ke dapur,  melanjutkan masak siang untuk anak dan suaminya. Namun, pak Bone pun makin penasaran terhadap kapal-kapal besar itu, dengan rasa penasarannya pak Bone ingin menyelidiki apa maksud kedatangan kapal-kapal itu. Sore pun tiba, tiba- tiba Ali datang menghampiri bapak nya.

Pak : "air dah nak pasang ni, kite tak kelaut?" tanya ali sambil memegang baju yang biasa dipakai untuk ke laut.

Pak Bone : "iye nak, pegi lah kite cuace pun agak bagus ni, siapkan lah kail tu!" jawab pak bone tersadar dari lamunan panjangnya.

Tampak jelas diwajah pak bone yang seakan resah dengan musibah yang menimpa pak kasim. Tapi pak bone tetap bersemangat untuk kelaut karena sudah dua hari mereka tidak mencari ikan.

Pak Bone : "mak ali mane ye, dah dari tadi bapak tak nampak die."

Ali : "mak lagi nganta kue pak di kedai, tadi mak ngaba kalau bekal dah siap di tarok diatas meje makan pak."

Pak bone : "oh, iye lah. Bapak nak madi dulu biar ganteng, wangi jadi ikan suke makan kail bapak" ucap pak ali sambil tertawa kecil

Ali pun tertawa mendengar candaan bapaknya yang seakan memuji paras anaknya yang menawan dan selalu wangi walaupun mau kelaut. Ali duduk di meja makan sambil menungg bapaknya selesai mandi dan bersiap-siap. Tak lama terdengar suara orang berjalan sambil berbicara, suara itu terdengar lembut dari arah jalan mendekati rumah Ali. Tidak salah lagi itu adalah suara ibu maria yang sudah pulang dari warung mengantarkan kue jualannya, seperti biasa bu maria memang suka membawa tamu setelah pulang mengantarkan kue.

Bu maria : "semalam tu dalam hujan bajo datang kerumah ngaba kalau sampan pak kasim ilang, kasian nengok basah kuyup." Tutur bu maria kepada lawan bicaranya.

Bu Hasnah : "oh iye, jadi macam mane masalah tu bu maria, kasian juge tengok pak kasim tu sampan satu-satunya. Die tu tak bise kerje lain. Kalau nak harapkan bini die tu tak bise juge, gaji kerje arang tu berape lah cume bu maria, cume cukup untuk makan sehari-hari je." Balas bu hasnah kepada bu maria membuat pembicaraan semakin enak dan membawa mereka kedepan pintu rumah.

Bu maria : "yok lah masuk dulu bu hasnah, kite lanjut bebual di dalam tadi ade kopi same teh dah saye buat. Kopi dah habis, diminom anak dengan suami   saye tapi kalau teh tak disentuh same sekali." Bu maria mengajak masuk kedalam rumah sambil mengentikan langkahnya kedepan pintu rumah.

Bu hasnah : "boleh lah, sedap bebual ni. Lagian saye dah beres juge kerje rumah jadi takde ape lagi yang nak saye buat di rumah tu. Bu maria masih ade kerje rumah, kalau masih ade saye balek je bu maria buat lah kerje rumah tu."

Bu maria : " saye dah dari tadi siap kerje rumah, buat bekal untok suami saye dengan ali kelaut. Jadi bise lah kite santai-santai bebual. Yok lah masok!" ajak bu maria lagi dan bu hasnah menganggukan kepalanya sambil tersenyum tipis.

Bu maria : "assalamuallaikum" ucap bu maria kepada orang yang ada di dalam rumah. Tiba-tiba keluarlah kepala pak bone dari jedela rumah.

Pak Bone dan Ali : "waalaikumsallam" jawab pak bone sambil tersenyum lebar melihat kepulangan istrinya.

Bu maria : "eh bapak ni, belom pegi kelaut lagi ikak?" tanya bu mari sambil mengerutkan mukanya melihat kelakuan suaminya yang suka bercanda itu. Bu hasnah seakan menahan tawa melihat lucunya tingkah pak bone.

Bu maria : "yok lah bu hasnah kite masok!" ajak bu maria kepada bu hasnah teman yang biasa dia bawa untuk berceloteh di rumahnya.

Bu hasnah : "ye buk maria" jawab bu hasnah sambil melangkahkan kaki mengikuti ajakan bu maria. mereka pun duduk di ruang tamu.

Bu maria : "sebentar ye buk, saye ambilkan teh dulu." Bu maria meninggalkan bu hasnah untuk mengambil air teh yang sudah dia buat. Tampak mata bu hasnah yang melirik di sekitar rumahnya seakan kagum melihat kebersihan rumah bu maria yang setiap pagi dibersihkan.

Dalam perjalanan mengambil air di dapur tampak lah Ali yang sedang duduk di meja makan dan telah mengenakan pakaian untuk kelaut.

Bu maria : "eh, anak mak dah ganteng je, lagi nunggu bapak ye nak?" puji bu maria kepada anaknya yang sedang duduk manis menunggu bapanya yang sedari tadi bersiap-siap untuk pergi kelaut.

Ali : "iye ni mak" dari tadi bapak tak siap-siap.

Bu Maria : "iye bapak tu mang agak lame kalau siap-siap." Ungkap bu maria tampak kesal melihat tingkah laku pak bone.

Pak bone : "ayy, bapak pon nak ganteng juge bia ikan suke makan kail bapak. Ini asek ali je yang dapat lebih." Sahut pak bone sambil keluar dari pintu kamar yang telah siap untuk kelaut. Dengan rambut disisir rapi, minyak wangi yang semerbak membuat ali tersenyum kecil melihat tingkah bapaknya yang lucu.

Pak bone : " nah, kalau macam ni kan sedap ikan nengok. Pasti banyak lah bapak dapat hari ni" ucap pak bone sambil mengedipkan matanya kearah ali yang terus melihatnya. Semua mata terarah ke pak bone namun tidak ada suara sedikit pun mereka hanya tersenyum.

Pak bone : "lah, kenape diam?" tanya pak bone sambil tersenyum salah tingkah.

Ali : "tidak pak, ali jadi miker bapak mude pasti ganteng" ucap ali sambil tersenyum.

Bu maria : "ganteng lah sangat" jawab bu maria sambil berjalan menuju teman bicaranya dengan membawakan dua gelas air teh dan kue sisa jualannya.

Bu maria : "eh, maaf ye bu hasnah lame nunggu."

Bu hasnah : "iye takpe bu maria." jawab bu hasnah.

Pak bone : "jelas ganteng lah li, kalau tak ganteng mane nak mak ali same bapak." Tegas pak bone sambil tertawa. Ali pun tertawa mendengar ucapan bapaknya tadi.

Bu maria : "dah lah bang, hari dah makin siang ni, air pon dah dari tadi pasang bile lagi ikak nak pegi." Tutur bu maria kepada suaminya.

Pak bone : " iye, ni dah nak pegi." Jawab pak bone sambil menyandang tas bekal yantg akan dia bawa kelaut.

Ali : "mak, makcik. ali pegi dulu ye. assalamuallaikum" pamit ali sebelum melangkah meninggalkan rumah.

Bu maria : "iye nak hati-hati. Waalaikumsallam." Jawab bu maria

Bu hasnah : "iye ali, waallaikumsalam." jawab bu hasnah

Pak bone : "abang pegi juge ye maria, doakan semoge dapat lebih. Ha, bu hasnah duduk lah dulu ye. "Assalamuallaikum." Ucap pak bone sambil melangkah kaki keluar rumah berpamitan kepada bu maria dan bu hasnah.

Bu maria : "iye bang, aamiin. Hati-hati ye bang. Kalau ade sengat jangan di pegang bang." Jawab bu maria sambil tersenyum melihat suaminya.

Bu hasnah : "iye pak bone"

Pak bone dan ali pun berjalan meninggalkan rumah untuk menuju ke pinggir pantai tempat mereka meletakan sampan. Perjalanan mereka tampak sedikit cepat dengan matahari yang telah tinggi terik menyinari.

Bu hasnah : "ali tu sopan ye bu maria, selain sopan die tu rajen bantu bapaknye kelaut."

Bu Maria: alhamdullilah bu, ali termasuk anak yang berbakti kepada orang tua tak pernah lah saye dengar die bentak- bentak bapak die maupun saye." Dengan wajah bu maria yang tersenyum tipis"

Bu Hasnah: iye bu, saye kalau jadi ibu nya Ali saye pun bangge punye anak macam Ali." Ucap bu hasnah. Oh iye bu jadi macam mane ye masalah sampan pak Kasim tu, tak turunlah die ke laut karne tak ade sampan.

Bu Maria: itulah bu, sian tengok pak Kasim duduk rumah jelah die.

Bu hasnah: iye bu, nak ngarapkan arang tu pun tak macam dulu, sekarang pemerintah dah melarang pohon bakau tu di bakar, nak cari bakau kering pun jarang ade, musim hujan teros."ucap buk hasnah kepada bu Maria"

Bu maria: itulah bu, pemerintah dah melarang mengolah bakau, karne bakau di lindungi. Satu satu nye jalan pak Kasim untuk mencukupi kebutuhan nye sehari- hari ke laut itulah bu.

Bu Hasnah: tege orang yang curi sampan pak Kasim tu ye." Ucap bu Hasnah sambil melanjutkan minum tehnya".

Setelah berbincang-bincang tiba-tiba petir menyambar "Darrrrrrrrr" terdengar suara petir, mereka pun terkejut, awan semakin hitam, hujan mulai turun rintik- rintik  pohon-pohon berguncang guncang, angin mulai ribut. Bu Hasnah segera pulang kerumah nya sambil pamitan kepada bu Maria. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, bu Maria merasa cemas kepada suami dan anaknya  yaitu Pak Bone dan Ali, yang baru saja turun ke laut.

Hari sudah larut malam, hujan semakin deras, udara semakin dingin. Bu maria segera menutup pintu rumahnya dan bergegas masuk ke kamar untuk tidur. Sementara Pak Bone dan Ali masih berada di tengah laut, mereka berteduh di dekat pulau seberang yang tidak jauh dari kampung panglong tersebut.

Ali: pak hujan makin deras, ape sebaiknye kite balek aje?

Pak Bone: iye li, hujan deras tapi kalau kite nak balek macam mane pulak petir-petir gini nyebrang tengah laut, sebaiknye kite betedoh dulu je dekat bakau-bakau nih sampai hujan redah.

Pak Bone dan Ali pun menunggu hujan redah sambil memakan bekal yang sudah di siapkan oleh istrinya. Setelah semalaman hujan pagi itu matahari tampak cerah menyinari dedaunan bakau yang basah sisa hujan semalam. Burung- burung seakan riang bernyanyi. Pak Bone terjaga dari tidurnya lalu membangunkan Ali yang tampak tidur pulas karna kelelahan.

Pak Bone: li,li bangun nak dah pagi nih.

Ali: "Mmm" iye pak "Ali pun terjaga dari tidurnya"

Ali pun langsung bergegas mengambil air untuk cuci muka. Sedangkan pak Bone melepaskan tali sampannya yang di ikat di pohon bakau. Setelah melepas tali pak Bone langsung menghidupkan mesin sampannya dan mereka melanjutkan perjalanan ketengah laut. Dalam perjalanan Ali pun membuka tempat bekal, setelah di lihat ternyata isi bekal tinggal sedikit, Ali pun langsung menutup kembali tempat bekalnya. Setelah sampai di tengah lautan Ali pun bertanya kepada bapaknya.

Ali: kite pasang kat sini ye pak kail pancing nye? Perasaan bede dengan tempat yang kemarin.

Pak Bone: iye nak kite cobe je kat sini dulu.

Ali: oh iyee pak, bapak dah makan belom? " Tanya ali kepada bapaknya"

Pak Bone: udah nak, tadi bapak dah makan sikit, itu bapak sise kan sedikit untuk Ali.

Ali: Oh... kalau gitu Ali makan ye pak dah agak lapa juge nih " Ali sambil memegang perutnya"

Pak Bone pun langsung memasang umpan di kailnya, dan mencampakan kailnya di tengah laut entah mengapa pak Bone hari ini sangat beruntung karena tak lama pak Bone melemparkan kailnya ke laut beberapa menit kemudian kail pak Bone langsung di sambar oleh ikan besar  

Pak Bone: lah lah lah li, bapak dapat ikan besar ni li

Ali: angkat cepat pak " teriak Ali melihat bapaknya kegirangan karna mendapatkan ikan besar"

Pak Bone: Bantu bapak li angkat kail nih .

Ali pun langsung bergegas meninggalkan makananya, ternyata ikan yang di tangkap pak Bone itu sangat besar, sehingga pak Bone dan Ali kualahan mengangkat ikan itu ke sampan.

Waktupun terus berlalu tangkapan Ali dan pak Bone semakin banyak. Matahari pun telah tegak di atas kepala menandakan hari sudah siang pak Bone pun sudah merasakan lapar, tetapi bekal yang mereka bawa sudah habis. Mereka pun berencana untuk pulang, ketika di jalan pulang mereka melihat dua buah kapal yang sedang bersandar di selat. Ali dan bapaknya berencana naik ke kapal itu untuk meminta sedikit makanan.

Pak Bone: li, di depan ada kapal, kapal siape ye macam tak asing je.

Ali: ye pak, kapal nih emang sering bersandar kat sini, cube kite naek cobe kapal tu.

Pak Bone: iye li, siap-siap ikat kan tali tu di kapal " ali dan pak Bone pun naik di kapal itu".

Kapal itu sangat besar tetapi tampak sepi seperti tidak ada penghuni. Tiba tiba keluar sosok laki-laki berbadan besar menghampiri mereka.

Pak Bone: maaf pak, saye lancang dah naek kapal nih sebenarnya.

Ali: begini pak,kami kan dari laut mancing ikan, jadi kami 1 hari 1 malam di laut, kedatangan kami kesini nak minta sedikit makanan. Oh iye kalau boleh tau name bapak siape?

Mail: Name saye Mail, "jawab mail singkat,sambil menantap Ali, dan Pak Bone"

Pak Bone: oh... mail, kalau boleh tau kapal ini dari mane? "tanyak pak bone, kepada mail"

Mail:  kami dari Kalimantan. Bapak nih siape nama?

Pak Bone: saye Bone, kepala suku di kampung panglong.

Mail: ooo bapak kepale suku dekat kampung tu "ucap Mail kepada pak Bone"

Wajah ali tampak curiga dengan kapal yang di naikinya, ali semakin penasaran dan ingin melihat sekeliling kapal yang di naikinya.

Ali: kalau boleh tau, tujuan bapak kesini nak buat ape?

Mail: tujuan kami kesini untuk jualan baju,bawang, sayur-sayuran.

Ali semakin curiga, dengan gerak gerik pak Mail itu.

Ali: kalau gitu boleh kah kami menengok di sekeliling kapal ini?

Mail: oh iya silahkan "jawab mail tanpa rasa curiga sama sekali dengan pak Bone dan Ali.

Dan mereka pun berjalan berkeliling kapal itu. Setengah perjalanan di kapal bagian belakang Ali melihat sebuah sampan yang tidak asing ditutupi. Tidak salah lagi itu adalah sampan milik tok Kasim. Ali pun melihat wajah pak Bone sambil mengedipkan matanya seolah-olah menyuruh pak Bone melihat ke arah sampan itu dan pak Bone langsung melirik ke sampan itu. Tidak salah lagi itu adalah sampan tok Kasim yang hilang. Setelah berkeliling Ali dan pak bone semakin curiga dengan kapal asing itu, tapi pak bone dan ali tampak biasa saja di depan mail si penjaga kapal asing itu.

Ali : "besar juge ye kapal ni pak mail" tagas ali kepada mail.

Mail : "iye lumayan lah nak, kalau perjalanan jauh tu memang harus kapal besar gini" ucap mail lembut kepada ali seolah-olah dia orang baik yang hanya numpang berdagang di perairan Bintan.

Pak bone : "dari tadi saye tengok mail sendiri je, mane yang lain?" tanya paj bone kepada mail yang sedang berbicara kepada ali, seketika itu mail pun langsung menghadap ke pak bone

Mail : "ohh, yang lain lqgi keluar untuk beli makan, karne stok makanan kami juge sudah srdikit mengurang. Dah dari tadi mereka pergi, mungkin sebenta lagi balek lah" jawab mail sedikit tersenyum melihat pak Bone

Pak bone : "ohh iye, kalau boleh tau mail ni kapten kapal ni ye?" tanya pak bone lagi.

Mail : "tidak pak, saye ni cume nunggu kapal, kapten kapal pun ikot naik ke darat untuk membawa anak buahnye belanje." Jawab mail dengan santai.

Ali : "ohh cume penunggu kapal ye pak!!"

Mail : "iye nak."

Pak bone : "ohh, kalau gitu saye dengan ali mintak diri dulu ye, nak balek. Nanti takut dah terlalu petang pulak, payah orabg rumah nunggu." Pamit pak bone kepada nail si penunggu kapal itu.

Mail : "lah, tadi kate bapak nak minta makanan, tak jadi ye pak?" tanya mail agak sedikit heran melihat pak bone yabg berubah pikiran.

Ali : "oh iye, bapak sampai lupe nak minta makanan, kalau ade sikit stok makanan boleh lah kami mintak untok makan di perahu." Tegas ali langsung menjawab pertanyaan itu agar mail tidak mencurigai mereka.

Mail : "haahahahahaha, pak bone ni sampai lupe same makanan. Kenape, heran ye tengok kapal besar gini?" cetus mail sambil tertawa, mail mengira bahwa pak bone kagum dengan kapal itu, padahal pak bone ingin segera pulang untuk memberi tahu warga kampung bahwa ada penyamun yang masuk di kawasan mereka.

Pak Bone : "hahahahahaa, iye lupe saye. Maklum lah dah tue, iye kan ali?" ucap pak bone sambil tertawa memandangi anaknya.

Ali : "iye, dah tue sangat bapak ni sampai lupe."

Mail : "baik lah kalau gitu saye ke bawah dulu ambil kan sikit makanan sise kami tadi, tunggu sebenta ye." Tegas mail kepada ali dan pak bone, Mail pun turun ke bawah.

Ali : "pelek lah, pak mail ni nampak macam orang baek je pak, macam orang melayu die pakai bahase melayu." Tutur Ali kepada bapaknya dengan suara pelan.

Pak bone : "ahhh, kite jangan mudah terkecoh dengan orang gini ali, dah jelas-jelas itu sampan tok kasim. Orang ni pandai bersandiwara. Jadi kite jangan sampai temakan cakap orang ni." Tegas pak mail tampak emosi dengan mail.

Pak bone : "abis die kasih makanan ni kite langsung balek je, tapi pamit dengan baek-baek supaye die tak curiga same kite." Jelas pak bone kepada ali. Ali hanya mengangguk kan kepalanya mendengar perintah bapaknya.

Mail : "maaf lah pak bone lame nunggu, ini ade dikit pisang, same roti. Cume ini yang tersise, jadi mohon diterime lah pak bone." Ungkap mail sambil membawakan kantong yang agak lumayan besar. Ali pun langsung menerima pemberian mail itu.

Pak bone : "oh iye, takpe mail. Ini dah lebih dari cukup, terimekaseh atas kebaikan mail." Tegas pak bone.

Pak bone : "kalau macam tu kami balek dulu ye, sekali lagi makasih ye mail." Ucap pak bone sambil melangkah kan kaki untuk turun ke perahu mereka.

Ali : "terime kaseh ye pak mail, ali balek dulu" ucap ali sambil mengikuti bapaknya turun ke perahu.

Mail : "same-same psk bone, ali. Hati-hati ye." Ucap mail sambil menunduk kebawah melihat mereka turun ke perahu. Matahari tampak semakin condong, sinarnya pun tidak seterang tadi. Hari semakin sore, ali dan pak bone pun bergegas untuk pulang. Dalam perjalanan pulang tampak lah satu perahu yang memuat hampir belasan orang, dalam perahu itu terdengar riuh suara tertawa, bercerita. Tidak salah lagi itu adalah perahu kapten kapal penyamun itu, bahasanya pun berbeda, mereka tidak menggunakan bahasa melayu seperti mail. Disini ali tambah penasaran dengan mail.

Ali : "pak, nampaknye itu sampan oranng kapal tadi." Teggas ali kepada pak bone.

Pak bone : "iye nak, orang ni memang dari kalimantan lah, bahase die je lain dengan bahase kite." Ucap pak bone kepada ali sambil membuka kulit pisang yang diberikan mail.

Ali : "jadi, sampan yang kite tengok tadi tu betol sampan pak kasim?" taanya ali

Pak bone : " dah jelas tu sampan pak kasim, bapak tau betol bentuk, cat, same ukuran sampan pak kasim tu, persis macam tu." Jelas pak bone

Ali : "jadi, ape rencane kite ni pak untok nangkap penyamon dari kalimantan tu?" tanya ali lagi kepada pak bone.

Pak bone : "nanti sampai di kampung ali langsung pergi kasih tau same orang kampung kalau malam ni kite ade pertemuan di rumah." Tegas pak bone kepada ali.

Ali : "baik pak"

Akhirnya mereka pun sampai di pinggir pantai tempat biasa pak bone meletakkan perahunya. Ali mengikat tali perahu di kayu yang telah dibuat pak bone untuk mengikat tali perahu dan pak bone langsung mengangkat ikan hasil tangkapannya.

Pak bone : "akhirnye hari ni bapak menang ye li, hasil tangkapan bapak yang paling banyak, ikan ni memang nak cari yang ganteng dan wangi nampaknye. Lain kali bapak harus wangi dan ganteng kalau nak kelaut." Ucap pak bone sambil tertawa memngingat hasil kailnya lebih banyak dari Ali.

Ali : "ay pak, cume kalah satu ekor je, itu pon karne ali lambat campak kail karne ali makan." Tegas Ali sambil tersenyum melihat bapaknya.

Setelai menaruh perahu, mereka pun berjalan menuju tempat mereka menjual ikan. Biasanya pak Bone dan Ali cuma membawa ikan kerumah hanya sedikit dan hanya cukup untuk mereka makan.

Pak bone : "bapak pergi ke rumah tok samen jual ikan ni, ali pegi kasih tau orang kamping darat sane kalau malam ini kite ade pertemuan di rumah kite." Suruh pak bone kepada Ali.

Ali : "iye pak, nanti kite jumpe di rumah aje ye, kalau gitu Ali pegi dulu." Jawab Ali menuruti perintah bapaknya.

Ali pun berjalan meninggalkan bapaknya karena berbeda tujuan, pak Bone kerumah tok Samen untuk menjual ikan dan Ali pergi memberi tahu warga kampung darat tetang berita yang didapatkan ketika masih di laut. Keduanya pun saling berpencar mengemban tugas masing-masing. Ali lamgsung menuju ke rumah Bajo, seperti biasa Bajo selalu setia untuk menemani Ali ketika pergi kerumah-rumah warga, karena Bajo ada suka dengan gadis desa itu.

Ali : "assalamuallaikum, Bajo, ooo Bajo." Panggil Ali. Dari dalam rumah tampak Ibu Bajo yang mendengar suara ali tampak sayup. Ibu Bajo pun langsung bergegas menuju ke jendela maemastikan suara itu berasal dari siapa.

Mak Bedah : "oh, Ali. Ali cari Bajo ye!"

Ali : "iye ni mak Bedah, ade perlu sikit same Bajo." Ucap ali dengan lembut.

Mak Bedah : "oh iye, tunggu sebenta ye li, mak pegi bangonkan die dulu. Die baru balek dari dapur arang."

Mak Bedah pun langsung pergi membangunkan Bajo yang baru sebentar tidur karena capek pulang dari kerja.

Mak Bedah : "Bajo, bangon nak, itu di depan ade Ali." Suruh mak bedah kepasa bajo sambil menggoyangkan badan bajo. Namun Bajo belum bangun.

Mak Bedah : " jo, bangon nak. Ali tu nunggu di depan, ade perlu same Bajo." Ucap mak Bedah dengan suara agak sedikit keras.

Bajo : "hmmmmmmmmm, iye mak. Ape pulak Ali tu?" tanya bajo sambil mengusap kedua matanya yang masih ngantuk.

Mak Bedah : "kate ali die ade perlu same bajo, cobe je bajo kelua tanye sendiri." Suruh mak Bedah kepada anaknya.

Bajo : "iye lah mak." Bajo pun langsung berjalan agak sempoyongan karena masih ngantuk.

Bajo : "aku tau ni, pasti kau mintak teman pegi ngasih tau warga kan!" ucap Bajo yang sudah tau apa maksud kedatangan Ali kerumahnya.

Ali : "iye ni jo, ayok lah ikot aku. Ade berita heboh ni jo, kite harus basmi orang-orang ni." Tegas Ali membuat Bajo penasaran.

Bajo : "berita ape ni li, aku tak suke ni lah kau tu suke bikin orang penasaran dulu."

Ali : "ade lah, makenye ayok ikot aku. Nanti di jalan aku cerite."

Bajo : "ayok, tunggu sebenta aku kasih tau mak aku dulu."

Bajo : "mak, Bajo pegi temankan Ali sebenta ye."

Mak Bedah : "iye nak, abis tu langsung balek ye!"

Bajo : " iye mak. Bajo pegi dulu ye mak."

Mak Bedah : "iye lah nak"

Bajo dan Ali pun berjalan menuju rumah-rumah warga, dalam perjalanan Ali menceritakan apa yang terjadi di laut tadi. Bajo pun tampak bengis mendengar cerita Ali, karena tidak terima jika kampungnya di buat rusuh sama orang asing. Rumah demi rumah pun telah berlalu, Ali dan Bajo pun berhenti di bawah pohon.

Ali : "dah takde lagi rumah yang nak kite datang ni. Jadi, kalau kau nak balek dulu kerumah, balek lah." Ucap Ali kepada temanya.

Bajo : " iye lah, aku balek dulu je. Nanti mak aku sibok pulak becari dengan aku."

Ali : " iye lah kalau macam tu jo, makasih ye dah temankan aku."

Bajo : "iye, same-same li. Nanti jumpe di rumah kau ye, dah aku nak balek dulu."

Ali : "iye jo."

Mereka pun berpisah untuk pulang kerumah masing-masing. Dalam perjalanan ali selalu saja teringat dengan pak Mail. Ali masih mengira kalau pak Mail itu orang baik. Sesampainya di rumah, Ali melihat pakaian yang di gunakan bapaknya kelaut sudah terjemur, menandakan bapaknya sudah di rumah. Dari luar terlihat bapaknya yang sedang asik ngobrol dengan bu Maria.

Ali : "assalamuallaikum." Ali mengucap salam sebelum masuk rumah.

Pak bone dan bu maria : " waallaikumsallam." Terdengar kompak jawaban pak bone dan bu maria.

Bu maria : " eh, dah balek anak mak. Langsung mandi ye nak." Suruh bu maria kepada Ali hang tampak sedikit kotor dan berkeringat.

Ali : " iye mak. oh iye, pak. Tadi ali dah pergi kerumah-rumah orang kampong ni, ali ngaba, abis maghrib kumpul di rumah kite." Ucap ali kepada bapaknya.

Pak Bone : "oh, abis maghrib ye nak. Iye lah kalau gitu." Jawab pak bone.

Ali pun langsung bergegas mandi dan waktupun terus berlalu. Keesokan harinya...

Semua warga telah berkumpul di tepi pantai untuk menangkap penyamon itu. Peperangan pun terjadi dalam perang melawan penyamon itu banyak memakan korban jiwa, ali sedikit terluka, mail mati karna jatuh ke kaut dan penyamon nbanyak juga yang mati dan sebagian di amankan di kampung. Setelah orang desa memenangi perang itu pak Bone dan Ali merasa bersalah karna telah membunuh pak Mail, karna pak mail orang yang baik hati, dia hanya di jadikan budak keadaan. Pak mail berasal dari pulau sebrang. Mail dulunya berkerja di dapur arang. Semenjak arang tidak boleh di olah lagi oleh pemerintah, orang di sana pun hilang pekerjaannya.  Pak mail pun di desak istrinya untuk mencari kerja, akhirnya dia mendapatkan pekerjaan untuk menjaga kapal penyamon. Pak mail juga mempunyai seorang anak perempuan yang cantik, berbakti, dan baik hati. Setelah pak Bone mengetahui itu, pak Bone langsung mengambil keputusan untuk menikahi anaknya Ali dan anak pak Mail. Ali pun menyetujui itu walaupun Ali belum merasakan jatih cinta yg dalam. Akhirnya ali dan wanita itu menikah dan hidup bahagia.

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun