Mendadak, layar laptopnya berkedip. Jantung Senja seakan berhenti berdetak. Tidak. Tidak. Tidak sekarang. Dia belum menyimpan revisi terakhirnya!
Lima detik.
Dalam gerakan panik, jari-jarinya menari di atas keyboard, berusaha menyimpan file yang masih terbuka. Tapi laptopnya membeku. Tidak merespons.
Tiga.
Dua.
Satu.
Tepat ketika suara azan subuh mulai mengalun dari masjid terdekat, layar laptopnya mati total. Gelap. Seperti malam yang perlahan tersapu fajar.
Senja terduduk kaku di kursinya. Air mata mulai menggenang. Lima hari tanpa tidur, dan sekarang...
Tapi kemudian, sesuatu yang ajaib terjadi. Bersamaan dengan cahaya fajar yang mulai merayap masuk dari sela-sela tirai, laptopnya menyala kembali. Dan di sana, di tengah layar, file skripsinya terbuka. Tersimpan otomatis.
Senja tertawa. Tawa yang bercampur isak tangis lega. Dia bangkit, berjalan ke arah jendela, dan menyibak tirai. Fajar telah datang, membawa secercah harapan baru.
Dia teringat perjalanannya sampai ke titik ini. Enam bulan yang lalu, ketika proposal skripsinya ditolak untuk ketiga kalinya. Saat itu, dia nyaris menyerah. Tapi Bu Ratih, dosen pembimbingnya yang terkenal galak, justru memberikan dorongan yang tak terduga.