Mohon tunggu...
Haihai Bengcu
Haihai Bengcu Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hanya seorang Tionghoa Kristen yang mencoba untuk melakukan sebanyak mungkin hal benar. Saling MENULIS agar tidak saling MENISTA. Saling MEMAKI namun tidak saling MEMBENCI. Saling MENGISI agar semua BERISI. Saling MEMBINA agar sama-sama BIJAKSANA.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengaku Pengecut Jaya Suprana Menyebar Racun

2 April 2015   07:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:39 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Jaya Suprana, “suasana indah ini (tidak ada lagi PENINDASAN Cina)  hanya bisa terjadi berkat perjuangan almarhum Gus Dur, yang dilanjutkan Megawati, SBY, dan kini Jokowi” adalah pembohongan publik karena di Indonesia tidak ada PENINDASAN Cina. Yang pernah terjadi adalah pemberangusan kebudayaan Tionghoa dan agama Khonghucu serta diskriminasi orang Tionghoa oleh pemerintah. Itu bukan PENINDASAN Cina oleh masyarakat.

Pernyataan Jaya Suprana, “Akibat beberapa insan keturunan Tionghoa bersikap dan berperilaku layak dibenci maka seluruh warga keturunan Tionghoa di Indonesia dipukul-rata untuk dianggap layak dibenci” adalah pembohongan publik karena di Indonesia tidak ada kebencian terhadap kaum Tionghoa. Tidak ada BENCI Cina. Tidak ada gerakan Anti Cina. Tidak ada gerakan Pemusnahan Cina. Tidak ada gerakan tunggu kesempatan melampiaskan KEBENCIAN kepada Cina.

Pernyataan Jaya suprana, “kebencian terhadap kaum Tionghoa di Indonesia belum lenyap. Kebencian masih hadir sebagai api dalam sekam yang setiap saat rawan membara, bahkan meledak menjadi huru-hara apabila ada alasan” adalah pembohongan publik karena di Indonesia tidak ada kebencian terhadap kaum Tionghoa. Tidak ada BENCI Cina. Tidak ada gerakan Anti Cina. Tidak ada gerakan Pemusnahan Cina. Tidak ada gerakan tunggu kesempatan melampiaskan KEBENCIAN kepada Cina.

Korban ke 14 kerusuhan di atas memang Tionghoa namun semua kerusuhan itu bukan GERAKAN masyarakat melampiaskan KEBENCIAN kepada orang Tionghoa apalagi memusnahkan orang Tionghoa.

Kecuali kerusuhan 5-8 Mey di Medan dan kerusuhan 14 Mey di Jakarta dan Solo yang bertujuan untuk menciptakan kondisi negara dalam keadaan darurat agar presiden berhak bertindak sewenang-wenang dan sekelompok TNI boleh menembaki mahasiswa seenak jidatnya, maka kasus-kasus lainnya adalah fenomena biasa saja:

Masyarakat main hakim sendiri mengeroyok orang jahat. Masyarakat yang semula menonton keramaian terprovokasi  untuk ikut merusak dan membakar lalu menjarah. Bukan kebencian atas orang Tionghoa dalam sekam yang membara. Bukan Gerakan MENINDAS apalagi MEMUSNAHKAN orang Tionghoa. Kalau saja POLISI bertindak TEGAS sejak awal maka kerusuhan-kerusuhan tersebut di atas tidak mungkin terjadi.

Bagaimana cara membuktikan secara ilmiah dengan mudah bahwa di Indonesia tidak ada kebencian terhadap kaum Tionghoa? Cara mudah dan ilmiahnya adalah: Hendaklah setiap orang bertanya kepada dirinya sendiri, “Berapa banyak pembenci Tionghoa yang anda kenal? Berapa banyak pembenci Tionghoa yang sedang menunggu kesempatan untuk melampiaskan kebenciannya yang anda kenal?”

Permintaan Jaya Suprana kepada Ahok, “saya memberanikan diri untuk memohon Anda berkenan lebih menahan diri dalam mengucapkan kata-kata yang mungkin apalagi pasti menyinggung perasaan bangsa Indonesia,” meskipun santun namun FITNAH. Dia MEMFITNAH Ahok telah MENYINGGUNG perasaan bangsa Indonesia lewat kata-katanya. Sejak kapan Jaya Suprana menjadi juru bicara bangsa Indonesia? Dia pikir dirinya siapa sehingga UCAPANNYA adalah ucapan bangsa Indonesia?

Pernyataan Jaya Suprana, “Saya tahu, Anda seorang pemberani, apalagi sudah disemangati oleh mereka yang muak korupsi, tetapi tidak mau atau tidak mampu turun tangan sendiri, pasti sama sekali tidak takut menghadapi dampak ucapan kata-kata Anda.” meskipun santun namun FITNAH. Dia MEMFITNAH Ahok telah DIPERALAT oleh orang-orang PENGECUT. Dia memfitnah Ahok anti korupsi bukan karena dirinya orang BAIK namun karena DISEMANGATI!

Mungkinkah pernyataan Jaya Suprana, “Bukan sesuatu yang mustahil bahwa kata-kata tidak sopan anda menyulut sumbu kebencian sehingga meledak menjadi tragedi huru-hara yang tentu saja tidak ada yang mengharapkannya,” menjadi kenyataan? Mustahil! Kenapa demikian? Karena di Indonesia tidak ada sumbu kebencian pada orang Tionghoa yang menunggu kesempatan untuk meledak.

Jaya Suprana yang mulia (mulia dari hongkong?), kalau anda MEMBENCI Ahok, tolong jangan menghasut orang-orang Tionghoa untuk ikut membenci Ahok pula. Kalau mau melakukan pembohongan publik, selain melakukannya dengan santun, mbok lakukan sedikit lebih cerdas? Kalau mau memfitnah Ahok, langsung fitnah saja kisanak! Nggak perlu mengagul-agulkan diri PENGECUT dan PENAKUT serta SANTUN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun