Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Warrior's Path 5

22 September 2024   13:23 Diperbarui: 10 November 2024   14:14 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Aku lengah, berandal yang terkapar itu tidak pingsan, ia melepaskan tendangan samping, tidak parah. Ia mulai memukul dengan membabi buta, kerumunan berkumpul disekitar ku melihat perkelahian ini. 'baiklah' ini harus segera diselesaikan. Aku menendang keras ke ulu hatinya, lalu melakukan bantingan terkeras yang kubisa.

Kali ini selesai, dia benar-benar pingsan, aku mendengus penuh kemenangan.

"Kiato" Denki menarik pundakku, membawa pergi ke sisi bangunan. "Yang kau lakukan tadi gila tahu! Seharusnya kau biarkan saja gadis bercelak itu" ia menekankan kata gila itu, ia terlihat agak marah sambil bersandar. "Lihat" serunya sambil menunjuk dengan dengan dagu, keamanan kota baru saja meringkus brandal tadi dengan tali.

"Siapa sebenarnya gadis bercelak itu" tanya Denki penasaran, memandangku dari atas hingga bawah. "Entahlah" aku membuang muka darinya, menjawab singkat. "Haah~" Denki sepertinya frustasi, tidak memaksa ku bertanya.

"Hei~, apa yang kalian lakukan disini" Kerlin melambaikan tangan sambil mendekat bersama Amara. "Aku dan Amara sudah memesan penginapan di pinggiran dengan harga murah" matanya menatap padaku dengan riang, kemudian beralih pada Denki, ia membisikkan sesuatu. Apapun itu, tapi Denki terkejut mendengarnya.

"Ayo!" Kerlin menarik tangan Denki pegi, apa yang akan terjadi, sepertinya akan menarik. Aku mengekori mereka menuju penginapan, tapi aku teringat sesuatu. "Mara, tolong bawakan tasku, aku ada seseorang yang harus ditemui" punggungku berbalik.

"Tapi, kemana?" Pertanyaannya terputus, tapi aku bisa mendengar Denki berkata "mungkin dia dapat pacar" sambil tertawa, aku tidak menggubris, percaya Amara tidak akan 'menelan' ucapannya.

Aku berbalik di blok selanjutnya, jika tidak salah Ozora juga lewat sini. Nihil, ia tidak ada, gemerlap Shijiki tidak membuatku tenang, gadis itu membuatku mulai memeta masa laluku yang kabur.

Aku mendengus pelan, kemudian mendekat kesalah satu kios yang baru buka, menjajakan Kise, sebuah balok tahu dingin yang dicelupkan dalam coklat. Aku menyerahkan 4 Diram untuk itu, lalu dengan terkulai duduk di kursi dekat situ. Kepalaku mendongak pada payung dan lampion yang membentang pada tali sepanjang blok ini.

Aku menghela napas putus asa.

"Ibu, itu dia!" Seseorang berseru. Aku menoleh, gadis itu ada disana, bersama seorang wanita yang lebih tua dan seorang laki-laki berambut kelabu yang jangkung disisinya. Dan semuanya memakai celak merah yang serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun