Sekitar 15-20 menit kami berada di rest area. Ketika merasa sudah kembali segar, kami memutuskan perjalanan.
Di sepanjang jalan tol, hanya ada satu dua kendaraan yang melintas. Itu bak godaan untuk melajukan kendaraan lebih  kencang. Mumpung jalan lengang. Godaan menjadi penguasa jalan tol.
Tapi, setiap mobil melaju dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai, ada teman nyelethuk.
"Nggak perlu ngebut-ngebut bro, sing penting selamet nyampe omah. Wes dienteni anak bojo".
Maknanya kurang lebih, tidak perlu ngebut, yang penting (selamat) tiba di rumah. Sudah ditunggu anak dan istri.
Dan memang, gelapnya malam seharusnya membuat pengguna jalan tol lebih waspada. Sudah banyak cerita, pengguna jalan tol mengalami kecelakaan tunggal ataupun menabrak kendaraan yang diparkir di pinggir jalan.
Alhamdulillah. Kami tiba di rumah sekitar pukul 01.00 WIB. Sudah dini hari. Perjalanan yang melelahkan. Juga sempat menegangkan. Utamanya ketika melintasi jalur dua arah dan mengebut di tengah gelapnya malam.
Untungnya, rumah saya dengan rumah teman yang jadi titik ketemuan itu tidak jauh. Jadinya, saya tidak harus menempuh perjalanan jauh lagi untuk tiba di rumah. Tiba di rumah, lantas disambut istri yang sudah membuatkan segelas teh hangat.
Saya mendadak tergoda untuk membagikan cerita perjalanan itu. Meski mungkin terdengar biasa saja.
Namun, pelajaran pentingnya, ketika kita hendak berpergian jauh, keselamatan berkendara harus benar-benar diperhitungkan. Dari mulai superpenting, hingga hal yang biasa. Seperti perlunya sopir cadangan dan mengajak teman yang bisa menghidupkan suasana lewat obrolan itu tadi.
Itu dulu juga sering saya alami ketika masih bekerja di pabrik koran. Ketika lumayan sering bepergian ke luar kota selepas deadline baik untuk hadir di acara kawinan teman ataupun undangan main bola.