Pentingnya membawa teman banyak omong dan kuat melek
Sekitar pukul 21.30 tugas-tugas kantor itu selesai. Dan, selesai berarti awal dari perjalanan pulang. Tentu, perjalanan malam akan berbeda dari siang tadi. Harus lebih waspada karena situasi gelap. Hal pertama yang kami lakukan adalah melakukan pergantian sopir.
Teman yang memegang kemudi saat perjalanan berangkat, kali ini beristirahat. Posisinya digantikan teman satunya. Anggap saja sopir cadangan.
Entah apa jadinya bila dari kami berlima hanya seorang saja yang bisa menyetir dan menguasai medan jalanan yang kami lalui. Itu tentu akan menjadi tantangan berat bagi teman yang menyetir.
Kami berlima juga mengatur tempat duduk.
Teman yang masih segar dan terkenal 'cerewet', duduk di depan. Di samping sopir. Saya dan teman yang menjadi sopir pertama, duduk di bangku tengah.
Sedangkan teman yang mengaku sudah lelah dan berasa mengantuk, memilih duduk di bagian paling belakang. Maklum, pagi tadi, dia harus menempuh perjalanan bermotor satu jam dari rumahnya menuju titik pertemuan di rumah teman.
Berpamitan dengan Trenggalek, kami melintasi ruas jalan nasional yang memberlakukan dua arah. Tentu saja itu menuntut kewaspadaan tinggi.
Utamanya ketika harus mendahului truk atau kendaraan berat di depan yang berjalan santai. Harus menghitung jarak kendaraan yang melaju dari awah berlawanan.
Apalagi, teman yang menyetir (bukan mobilnya) sesekali berujar mengabarkan kondisi mobil yang kami tumpangi.
"Bro, persneling mu alot (keras). Wayahe digowo mbengkel, (waktunya ke bengkel)".