Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Riuh Komentar Warganet dan Berita Media, Setop Merundung Praveen/Melati

28 Juli 2021   21:11 Diperbarui: 28 Juli 2021   21:24 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, kata salah senior wartawan yang juga guru menulis olahraga saya, dalam menulis olahraga tidak cukup hanya mengandalkan referensi.

Seorang wartawan kalau perlu juga merasakan langsung. Semisal menulis bulutangkis atau sepak bola, ya mereka bisa bermain dan merasakan situasi saat pertandingan. Supaya tulisannya punya ruh.

Dalam hal ini, saya membandingkan dengan bagaimana media Malaysia merespon tersingkirnya pasangan Chan Peng Song/Goh Liu Ying di fase grup. Bayangkan, finalis/perah medali perak Olimpiade 2016 out di fase grup setelah kalah tiga kali beruntun.

Memang, warganet Malaysia bersuara keras pada kegagalan Chan/Goh itu. Namun, sejauh pengamatan saya berita yang muncul tidak ada yang menyebut CPS/GLY merusak reputasi bulutangkis Malaysia.

Media Malaysia seperti Bernama, Malaysiakini, atau thestar.com lebih menonjolkan sisi humanis ketika Goh Liu Ying menangis seusai pertandingan dan memilih judul akhir yang pahit.

Pada akhirnya, menerima kekalahan memang tidak mudah. Tapi, kita harus ingat, mereka turun ke lapangan bukan untuk kalah. Mereka juga ingin menang. Mereka sudah berusaha. Begitu juga dengan Praveen dan Melati.

Perihal merespons kekalahan ini, saya tertarik dengan komentar Liliyana Natsir. Dalam wawancara dengan detiksport yang dilansir dari badmintalk_com, Ci Butet bilang begini.

"Pasti menyayangkan dengan hasil ini. Kalau mau dibilang kecewa mereka lebih kecewa kali. Mereka pasti sedih. Ekspektasinya kita kan minimal lolos dan medali. Saya tak bilang medali warnanya apa, tapi minimal dapat medali. Tapi ini ya harus kita terima, kenyataannya mereka tidak bisa mendapat medali. ya harus legawa dan harus mengakui pemain China itu lebih siap, lebih bagus".

Ya, meski kecewa, kita perlu untuk tetap menghargai perjuangan para atlet yang berjuang di Olimpiade sana. Tentu saja, kita semua berharap atlet-atlet kita bisa meraih medali emas.

Tapi ingat, lawan mereka pun demikian. Mereka punya tujuan yang sama. Dan dalam pertandingan bulutangkis, hanya ada satu pemenang. Salam bulutangkis.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun