Ya, saya berharap Praveen/Melati bisa mengulang kembali penampilan heroik mereka saat mengalahkan Siwei/Yaqiong di Prancis dan Denmark. Itu penampilan yang tidak hanya super, tapi mentalitas mereka di laga menegangkan itu sangat luar biasa.
Tapi, harapan tinggal harapan. Tidak kesampaian.
Praveen/Melati kali ini justru nampak kurang tampil enjoy. Mereka beberapa kali melakukan kesalahan sendiri. Utamanya Melati yang kali ini nampak inferior melawan Huang Yaqiong di depan net.
Pada akhirnya, sang juara All England 2020 inipun, kandas di perempat final. Harapan Indonesia meraih medali di ganda campuran pun ikut kandas.
Riuh komentar warganet dan kaget dengan salah satu berita media
Menyoal kekalahan Praveen/Melati itu, saya tergoda untuk mencari tahu bagaimana komentar dari warganet dan para badminton lover di media sosial. Utamanya di beberapa akun Instagram yang rutin mengabarkan informasi dari arena Olimpiade, terutama bulutangkis.
Salah satunya di akun badmintalk_com. Ada 8 ribu lebih komentar pecinta bulutangkis dan warganet yang menumpahkan uneg-unegnya di kolom komentar.
Dari komentar yang mengapresiasi perjuangan mereka meski kalah. Ada yang menguatkan Pramel agar come back stronger. Ada yang menjadi penerawang dengan menyebut sudah menduga kekalahan itu.
Hingga mereka yang melakukan perundungan. Malah ada yang memainkan isu body shaming alias menyerang fisik Pramel sebagai penyebab kekalahan tersebut.
Mungkin itu hanya luapan kecewa karena saking besarnya harapan pada Praveen dan Melati.
Namun, meski kecewa, bukan kemudian kita melupakan perjuangan mereka. Bagaimanapun, Praveen/Melati telah mencoba berjuang untuk Indonesia di Olimpiade.