Untuk pertama kalinya dalam 45 tahun terakhir, final Piala Eropa bakal diakhiri dengan adu penalti.
Lagal final Euro 2020 antara Inggris melawan Italia di Stadion Wembley Senin (12/7) dini hari nanti, tidak akan selesai dalam 90 menit. Bahkan, babak tambahan 2x15 menit juga belum menemukan pemenang.
Bila begitu, final harus diakhiri adu penalti untuk menentukan siapa tim finalis yang juara dan boleh mengangkat trofi Henri Delaunay--nama trofi Piala Eropa.
Begitulah hasil 'penerawangan' mantan bek Timnas Inggris, Jamie Carragher (43 tahun) untuk laga final Euro 2020 nanti.
Carragher yang kini menjadi pundit Sky Sports menyebut tidak akan ada banyak gol di final yang bakal dipimpin wasit asal Belanda, Bjorn Kuipers tersebut.
Meski, Italia dan Inggris sudah mencetak banyak gol dalam perjalanan menuju final.
"I don't think there will be too many goals in the game. Italy are very strong defensively, so are England. I think it will be 1-1 and then go to penalties," ujar Carragher kepada Sky Sports UK.
Lalu, bila final bakal ditentukan lewat adu penalti, siapa yang bakal keluar jadi pemenang?
Bila yang bicara Carragher, Anda jelas tahu jawabannya. Sebagai komentator pakar yang bicaranya kental British dengan aksen Liverpool, Carra sangat nasionalis. Karenanya, dia memprediksi Inggris akan menang dalam adu penalti.
Dan memang, bila bicara turnamen antar negara, kebanyakan pundit bakal bersikap subyektif. Menjagokan negaranya sendiri. Meski, analisisnya kuat. Tidak asal bunyi.
"Inggris akan memenangi adu penalti. Kami sudah sangat siap bila harus menghadapi penalti. Jadi, kami tidak akan membuang kesempatan itu," sambung Carragher yang pernah gagal menendang penalti saat Inggris disingkirkan Portugal lewat adu penalti di perempat final Piala Dunia 2006.
Dua alasan laga final Euro 2020 berujung adu penalti
Benarkah prediksi Carra  itu?
Ah namanya juga prediksi. Bisa keliru. Bisa tepat.
Seorang mantan pemain dan pundit yang kerjaannya menganalisis pertandingan pun bukan jaminan bakal bisa menebak hasil pertandingan dengan benar. Karena memang mereka tidak datang dari masa depan.
Tetapi memang, cukup masuk akal bila menyebut laga final Piala Eropa 2020 ini bakal berakhir dengan adu penalti. Ada beberapa pertimbangan yang mengarah ke sana.
Pertama, seperti kata Carragher, kedua tim finalis Euro 2020 ini sama-sama memiliki pertahanan kokoh. Sulit ditembus.
Italia yang dari dulu identik sebagai tim dengan pertahanan rapat, hanya kemasukan tiga gol dari enam pertandingan. Satu gol di antaranya dari titik penalti saat mengalahkan Belgia di perempat final.
Inggris bahkan baru kemasukan satu gol. Itu terjadi ketika The Three Lions mengalahkan Denmark 2-1 di semifinal. Gol itu lahir lewat tendangan bebas. Artinya, gawang Inggris belum pernah jebol lewat permainan terbuka (open play).
Kedua, pertemuan terakhir kedua tim di babak gugur Piala Eropa juga diakhiri lewat adu penalti. Itu terjadi di babak perempat final Piala Eropa 2012 silam.
Kala itu, peserta Piala Eropa 2012 masih 16 tim. Turnamen terbagi menjadi empat grup. Delapan tim yang lolos dari fase grup langsung tampil di perempat final. Tidak ada babak 16 besar.
Nah, laga di Kyiv itu berakhir 0-0. Tidak ada gol hingga babak perpanjangan waktu 2x15 menit. Adu penalti pun jadi penentu siapa tim yang bakal lolos ke semifinal.
Inggris jadi penendang pertama. Mereka sempat unggul 2-1 ketika Steven Gerrard dan Wayne Rooney sukses memedaya Gianluigi Buffon. Sementara penendang kedua Italia, Ricardo Montolivo gagal.
Yang terjadi kemudian, dua penendang Inggris, Ashley Young dan Ashley Cole malah gagal. Sepakan Young menghantam mistar dan bola tendangan Cole ditangkap Buffon.
Sementara tiga penendang Italia, Andrea Pirlo, Antonio Nocerino, dan Alessandro Diamanti berhasil menjebol gawang Joe Hart.
Pirlo sebagai penendang ketiga, malah mempermalukan kiper Joe Hart lewat tendangan penalti ala Panenka. Italia pun menang 4-2.
Final terakhir Piala Eropa dengan adu penalti
Andai saja prediksi Carra itu jadi kenyataan alias final Italia vs Inggris nanti harus berakhir dengan adu penalti, itu akan jadi yang kedua dalam sejarah Euro.
Final Euro 1976 antara Jerman dan Chekoslavia merupakan yang pertama kalinya melakoni adu penalti. Kala itu, Chekoslovakia mengalahkan Jerman 5-3 setelah bermain 2-2 hingga masa perpanjangan waktu.
Adu penalti Cheko melawan Jerman itu mirip dengan cerita adu penalti Italia melawan Spanyol di semifinal Piala Eropa 2020.
Chekoslovakia mendapat giliran menendang pertama. Ketika skor sama kuat 3-3, penendang keempat Ceko kembali membuat negaranya unggul 4-3.
Lantas, penendang keempat Jerman, Uli Hoenes gagal menyamakan skor. Cerita kemudian, penendang kelima Ceko, Antonin Panenka maju. Bila gol, adu penalti itu pun selesai. Bila gagal, Jerman masih punya harapan asal penendang kelima sukses.
Yang terjadi adalah sejarah. Bukan hanya Chekoslovakia meraih gelar pertama di Piala Eropa. Namun, sejarah lahirnya 'genre' baru dalam menendang penalti.
Panenka menendang bola dengan cara tidak biasa. Unik. Bila kala itu, pemain lain menendang keras ke pojok gawang, Panenka tidak. Bola ditendangnya secara flick. Dicungkil dan mengecoh kiper Jerman.
Sejak saat itu hingga kini, tendangan penalti seperti itu disebut tendangan penalti Panenka. Termasuk yang dilakukan Pirlo ketika melawan Inggris di Euro 2012.
Nah, setelah final 1976 itu, Â setelah 45 tahun berlalu, bukan tidak mungkin adu penalti itu berulang.
Sebenarnya, beberapa kali final Piala Eropa setelah itu memasuki masa extra time. Tapi, tidak sampai adu penalti. Sebab, ada gol di masa perpanjangan waktu.
Itu terjadi di final Piala Eropa 1996 ketika Jerman membalas kekalahan dari Rep. Ceko. Jerman menang 2-1 lewat gol Oliver Berhoff di masa extra time.
Kala itu, Euro memberlakukan golden goal. Gol emas.
Artinya, tim yang mencetak gol di masa extra time bakal langsung juara. Sebab laga langsung selesai. Tidak berlanjut 2x15 menit sampai selesai seperti sekarang.
Penentuan pemenang lewat golden goal juga terjadi di final Piala Eropa 2000. Prancis yang juara setelah mengalahkan Italia lewat gol emas David Trezeguet setelah kedua tim berman 1-1.
Lalu, final Piala Eropa 2016 antara Prancis dan Portugal juga memerlukan perpanjangan waktu karena skor masih 0-0. Portugal akhirnya juara lewat gol Eder di menit ke-109.
Italia unggul di masa lalu, Inggris bisa mengejutkan
Lalu, bila ternyata laga final diakhiri adu penalti, apakah Italia bakal kembali menang dari Inggris? Belum tentu.
Kemenangan di Piala Eropa 2012 silam tidak menjamin Italia bakal kembali menang bila laga diakhiri adu penalti. Sebab, semua pemain yang tampil di adu penalti itu tidak tampil di Euro 2020 ini.
Meski, pemain-pemain Italia pastinya akan lebih percaya diri. Mereka akan menang secara mental karena pernah mengungguli Inggris di momen adu penalti.
Apalagi, di Euro 2020, Italia sebelumnya sudah pernah merasakan ketegangan adu penalti saat menyingkirkan Spanyol di babak perempat final. Situasi telah mengasah mental Jorginho dan kawan-kawan.
Meski, itu tidak bisa menjadi jaminan menang. Tidak ada garansi Italia bakal kembali menang bila menghadapi adu penalti. Malah, bukan tidak mungkin, Italia bakal bernasib seperti Swiss.
Memangnya ada apa dengan Swiss?
Kita tahu, sebelum tersingkir di perempat final, Swiss menjadi satu dari dua tim yang pernah melakoni dua penalti di Euro 2020 ini.
Di babak 16 besar, Swiss menang adu penalti 5-4 atas Prancis. Lima penendang mereka sukses menjalankan tugasnya.
Namun, ketika kembali melakoni adu penalti melawan Spanyol di perempat final, hanya satu tendangan pemain Swiss yang menjadi gol. Tiga penendang gagal. Swiss pun kalah 1-3.
Anda tahu, susunan penendang penalti Swiss melawan Spanyol itu sama persis dengan ketika melawan Prancis.
Artinya, kiper Spanyol, Unai Simon sudah mempelajari penendang penalti Swiss dari babak sebelumnya. Sementara Swiss 'buta' penendang penalti Spanyol.
Nah, situasi itu bisa saja terjadi pada Italia. Terlebih bila Pelatih Roberto Mancini kembali menurunkan algojo penalti yang sama dengan ketika mengalahkan Spanyol. Sebab, Inggris pasti sudah mempelajari itu.
Sementara kiper Italia, Gigi Donnarumma belum tahu bagaimana karater penendang penalti Inggris. Palingan Harry Kane karena sudah pernah menendang penalti di babak sebelumnya.
Artinya, Inggris bisa mengambil keuntungan karena mempelajari para penendang Italia saat adu penalti melawan Spanyol.
Terlebih, Kiper Inggris, Jordan Pickford pastinya paham bagaimana penalti Jorginho karena dalam tiga musim terakhir bermain di Inggris (Chelsea) dan beberapa kali menendang penalti.
Hanya saja, adu penalti itu kembali ke kesiapan mental pemain. Sebab, bukan rahasia bila pemain-pemain Inggris seringkali kurang tampil lepas ketika adu penalti. Padahal, mereka sebenarnya penendang hebat.
Itu yang membuat Inggris seringkali kalah saat adu penalti di turnamen besar. Termasuk di Piala Eropa. Perihal ini, silahkan dibaca ulasan saya sebelumnya di https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/60e5765a15251038fd6cc972/ngeri-ngeri-sedap-bila-inggris-harus-melakoni-adu-penalti.
Tapi, siapa tahu, semesta kali ini ternyata memihak Inggris. Setelah sekian ratus purnama merana di Piala Eropa, siapa tahu Inggris akhirnya merasakan nikmatnya juara. Salam.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H