Dua alasan laga final Euro 2020 berujung adu penalti
Benarkah prediksi Carra  itu?
Ah namanya juga prediksi. Bisa keliru. Bisa tepat.
Seorang mantan pemain dan pundit yang kerjaannya menganalisis pertandingan pun bukan jaminan bakal bisa menebak hasil pertandingan dengan benar. Karena memang mereka tidak datang dari masa depan.
Tetapi memang, cukup masuk akal bila menyebut laga final Piala Eropa 2020 ini bakal berakhir dengan adu penalti. Ada beberapa pertimbangan yang mengarah ke sana.
Pertama, seperti kata Carragher, kedua tim finalis Euro 2020 ini sama-sama memiliki pertahanan kokoh. Sulit ditembus.
Italia yang dari dulu identik sebagai tim dengan pertahanan rapat, hanya kemasukan tiga gol dari enam pertandingan. Satu gol di antaranya dari titik penalti saat mengalahkan Belgia di perempat final.
Inggris bahkan baru kemasukan satu gol. Itu terjadi ketika The Three Lions mengalahkan Denmark 2-1 di semifinal. Gol itu lahir lewat tendangan bebas. Artinya, gawang Inggris belum pernah jebol lewat permainan terbuka (open play).
Kedua, pertemuan terakhir kedua tim di babak gugur Piala Eropa juga diakhiri lewat adu penalti. Itu terjadi di babak perempat final Piala Eropa 2012 silam.
Kala itu, peserta Piala Eropa 2012 masih 16 tim. Turnamen terbagi menjadi empat grup. Delapan tim yang lolos dari fase grup langsung tampil di perempat final. Tidak ada babak 16 besar.
Nah, laga di Kyiv itu berakhir 0-0. Tidak ada gol hingga babak perpanjangan waktu 2x15 menit. Adu penalti pun jadi penentu siapa tim yang bakal lolos ke semifinal.