Mohon tunggu...
Hadhoro Bi Akhmad Ngupadi
Hadhoro Bi Akhmad Ngupadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

touring antar kota, ingin menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puisi "Perjamuan Khong Guan" karya Joko Pinurbo: Ibadah Puisi bersama Joko Pinurbo

1 Januari 2024   15:15 Diperbarui: 1 Januari 2024   15:22 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Puisi "Perjamuan Khong Guan" Karya Joko Pinurbo

Ibadah Puisi Bersama Joko Pinurbo

Oleh: Hadhoro Bi Akhmad Ngupadi (122221068) 

Selamat menikmati puisi-puisi khong guan yang disuguhkan Joko Pinurbo untuk kita semua.

Sebelum saya memulai penceritaan tentang pengalaman baca saya terhadap puisi "Perjamuan Khong Guan", saya akan mengulas sedikit tentang Joko Pinurbo.

Siapa Joko Pinurbo? Joko Pinurbo lahir pada tanggal 11 Mei 1962 di Sukabumi, beliau kerap dipanggil sebagai JokPin. Puisi-puisinya telah membentuk khazanah sastra Yogyakarta. Puisi yang berpadu antara humor dan ironi dikemas menjadi satu dalam sebuah karya indah yang lucu sekaligus menyentuh realitas sosial. Beliau merupakan lulusan  Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak kecil Joko Pinurbo gemar sekali membaca, kemudian menaruh minat dan bakat dalam puisi setelah beliau membaca karya milik Sapardi Djoko Damono dan Goenawan Mohamad.

Perjamuan Khong Guan

Mari kita buka isi kaleng Khong Guan ini : biskuit peyek keripik atau rengginang? Simsalabim. Buka! Waduh isinya ternyata bukan ponsel, kartu ATM, obat, jimat, dan kepingan-kepingan rindu yang sudah membantu.

Melihat ini, sedikit "menggelitik". Ya, lihat saja judulnya. Joko Pinurbo merubah Khong Guan menjadi puisi-puisi yang manis, lucu bahkan ada yang miris. Memang ada-ada saja.

"Perjamuan Khong Guan" salah satu karya Joko Pinurbo. Lihat dari latar sampul Khong Guan mampu menyampaikan tema klasik yang masih menjadi misteri dan perbincangan hangat, khususnya pendekatan puasa dan Ramadhan. Sampul bukunya juga memiliki desain serupa. 

Masih seputar dengan pertanyaan klasik, dimana ayahmu? Joko Pinurbo menulis puisi tentang ayah di dalamnya yang menjadi misteri, kenapa seorang ayah tidak ada di dalam label kemasan kaleng Khong Guan dan sampul buku kumpulan puisi karya JokPin tersebut. Di tangan Joko Pinurbo, biskuit khong guan menjelma menjadi sebuah puisi yang berbicara tentang agama, budaya, tradisi, dan hal-hal lain di sekitar lingkungan kita. Beliau kembali mampu menjadi seorang penyair yang bereaksi lebih akut dan kritis terhadap fenomena yang terjadi. 

Topik yang sering dibahas juga meliputi banjir di awal tahun yang kerap melumpuhkan aktivitas masyarakat  serta kinerja presiden dan wakil presiden baru juga dibahas dalam buku "Perjamuan Khong Guan". Bagi saya topik pembahasan ini sangat bagus, karena refleksi kita sebagai warga negara. Walau buku puisi ini terbit pada Januari 2020, JokPin ternyata sudah menulisnya sejak lama yakni di periode 2016 sampai dengan 2019, dan ketika muncul pada buku kumpulan puisi ini yakni pada tahun 2020 berbagai pertanyaan muncul di berbagai masyarakat yang telah membaca karya JokPin.

 "Perjamuan Khong Guan" merupakan salah satu dari  kumpulan puisi, dan memiliki suasana yang berbeda dari kumpulan puisi pada umumnya. Jadi sebenarnya berbeda  dengan  kumpulan puisi  ini yang judulnya terdengar seperti jajan santapan khas Idul Fitri bukan? Dalam hal ini membuat puisi berhasil menarik perhatian masyarakat yang membacanya, sehingga menarik jika latar belakang buku dan pengarang ada keterkaitannya. Isi  karya puisi ini dengan permasalahan sosial, permasalahan pembaca dan tentu saja kaitannya dengan kritik sosial maka sangat Itu akan menarik, kemudian dikemas  dan dimasukkan secara halus ke dalam diksinya. 

Melihat puisi ini, gaya bahasa yang bisa saya cerna dari buku kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan" menggunakan berbagai gaya bahasa dalam penyampaian makna setiap sajaknya, namun kecenderungan menggunakan gaya bahasa metafora dalam sajaknya.  Gaya bahasa metafora atau sama dengan majas metafora dengan kata lain metafora juga dapat dipahami sebagai gaya bahasa yang membandingkan suatu objek tertentu dengan objek lain  yang mempunyai ciri-ciri hampir sama, bahkan identik. Penggunaan gaya bahasa metafora dalam kalimat tentunya dapat menambah keunikan dan kekuatan karya pada setiap sajak pada kumpulan buku puisi "Perjamuan Khong Guan" ini sendiri.  Gaya bahasa dalam kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan" bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu secara tidak  langsung atau menggunakan bahasa yang tidak menunjukkan makna harafiahnya, serta digunakan untuk meramaikan suasana, menambah efek estetis, dan mendorong kemampuan pemaknaan dan imajinasi pembacanya.

Selanjutnya yang akan saya bahas adalah diksi, Diksi dalam  karya sastra puisi berperan menciptakan suasana dan menyampaikan makna dari penyair kepada pembaca, dan menarik perhatian pembaca dengan bahasa yang sederhana dan makna yang mendalam. Ada total 6 diksi dalam kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan"  tersebut antara lain: diksi khusus, kamus konotatif, diksi bahasa asing, diksi bahasa daerah, diksi ucapan khas, dan diksi yang memuat benda-benda dari yang ada di alam. Pada kumpulan sajak yang ada dalam buku puisi "Perjamuan Khong Guan" lebih mendominasi menggunakan diksi konotatif.

Diksi sendiri biasa digunakan untuk memberikan kesan keindahan terhadap sebuah karya sastra berbentuk puisi, gunanya agar pembaca dapat menghayati setiap sajak yang terkandung dalam buku kumpulan puisi karya JokPin ini. JokPin memilih diksi yang tepat dalam karya sastra berbentuk puisi, sehingga memberikan efek tersendiri terhadap pembaca karyanya. Saya juga disini sangat kagum terhadap pemilihan diksi karya JokPin tersebut, seolah ada ciri khas tersendiri.

Jadi diksi yang saya temukan dalam kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan", keindahan  sebuah puisi sangat dipengaruhi oleh permainan bahasa dan diksi yang tepat. Kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan" menggunakan banyak ekspresi berbeda untuk menghadirkan perasaan yang indah. Suatu karya sastra dan puisi mempunyai nilai estetika yang tinggi apabila menggunakan banyak diksi di dalamnya. Penggunaan diksi dalam kumpulan puisi ini juga memungkinkan terciptanya efek dalam ruang, waktu, nada dan pesan yang akan disampaikan  oleh JokPin.

Masuk ke dalam setiap kaleng "Perjamuan Khong Guan" kuyy..

Jadi buku kumpulan puisi karya Joko Pinurbo "Perjamuan Khong Guan" memiliki sub bab seperti novel atau drama, melainkan bukan sub bab lebih mengarah ke dalam ide penuangan yang bernamakan "kaleng". Terdapat kaleng satu sampai dengan empat, setiap kaleng memiliki pemaknaan dan penceritaan yang berbeda sehingga pembaca memiliki rasa ingin mengerti setiap kelanjutan kaleng pertama sampai kaleng ke empat. 

Seperti yang sudah saya jelaskan diatas dari judul saja sudah menggambarkan Khong Guan yang berarti biskuit yang umumnya menjadi ciri khas pada saat ramadhan atau Idul Fitri, disini pembaca juga dibuat penasaran oleh buku dari  Joko Pinurbo atau JokPin ini. Karena ditangan JokPin biskuit Khong Guan bisa disulap menjadi puisi-puisi, dan setiap sajak pada setiap kaleng berbeda penuangan idenya.

Disini saya tidak hanya membahas tentang buku kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan" saja, tetapi saya akan memberikan beberapa contoh yang terkandung dalam buku setiap kalengnya, dan juga akan membahas sajak setiap kalengnya. Berikut beberapa sajak setiap kaleng beserta pembahasannya:

  • Kaleng Satu

Pada kaleng satu Jokpin memberikan gambaran awal dan mencoba untuk menceritakan sebuah peristiwa penting yang beliau campur adukan dalam kaleng satu ini. Kaleng satu ini berisikan kritik politik yang selalu ricuh, keributan yang tidak ada ujungnya, keagamaan mengenai saat-saat ini manusia sudah banyak yang lupa akan keberadaan tuhannya pada kaleng satu JokPin memberikan gambaran awal dan mencoba untuk menceritakan sebuah peristiwa penting yang beliau campur adukan dalam kaleng satu ini. Kaleng satu ini berisikan kritik politik yang selalu ricuh, keributan yang tidak ada ujungnya, keagamaan mengenai saat-saat ini manusia sudah banyak yang lupa akan keberadaan tuhannya.

Menurut saya, kaleng satu  berisi puisi-puisi yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat yang terasingkan dari kemanusiaannya karena pekerjaan, perkembangan modern, dan teknologi digital. Kaleng Satu bisa saya dikatakan ibarat senter yang mencoba menyoroti berbagai peristiwa penting. Misalnya saja tentang kesibukan liburan akhir tahun karena masyarakat mudik ke kampung halaman untuk merayakan Natal dan Tahun Baru, tentang anak-anak yang pulang dari luar negeri, tentang orang-orang dengan  resolusi baru, tahun baru, pekerjaan baru, pribadi dengan hal baru.

Dan jika disuruh memilih  puisi favorit saya di sub bab ini, dengan yakin aku akan menjawab: "Doa Orang Sibuk Yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya". Puisinya pendek tapi cukup menarik. Joko Pinurbo seolah mengingatkan kita,  sesibuk apapun kita, untuk tidak pernah melupakan Tuhan. Puisi-puisi Kaeng Satu sepertinya ditulis  Joko Pinurbo untuk menggelitik pembacanya. Berikut  puisi yang ditulis dengan bahasa  tajam dan meyakinkan oleh Joko Pinurbo untuk membantu pembaca memahami suatu kondisi yang kita anggap biasa saja, namun juga di sisi lain tidak melupakan tuhannya. 

Berikut adalah contoh sajak-sajak dari kaleng satu beserta penjelasan menurut saya:

Doa Orang Sibuk Yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya

Tuhan, ponsel saya
rusak dibanting gempa.
Nomor-nomor kontak saya hilang semua.
Satu-satunya yang tersisa
ialah nomorMu.

Tuhan berkata:
Dan itulah satu-satunya nomor
yang tak pernah kausapa.

(2018)

Dalam salah satu sajak yang terkandung di kaleng satu, yaitu berjudul "Doa Orang Sibuk Yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya". Saya akan menjelaskan sedikit tentang sajak di atas, tidak ada salah apa benar tetapi ini menurut saya sendiri. Jadi disini ialah menggambarkan seorang yang melupakan tuhannya, namun bisa di istilahkan dengan sibuk bekerja di perkantoran. Disini kita disindir kerja terus menerus, diperbudak oleh gadget dan teknologi yang semakin maju, namun melupakan tuhan kita sendiri. Awalnya kita merasa baik-baik saja, namun ketika kita dihadapkan oleh suatu masalah yang berat dalam kehidupan kita disaat itulah kita ingat tuhan masih ada.

Ibarat nomor dalam gadget kita yang hilang semua, namun disisi lain ada nomor yang masih ada yakni nomor tuhan kita yang selalu ada untuk kita. Memang teman-teman tidak sadar akan semua permasalahan dalam kehidupan kita, namun tetap tuhan tidak akan melupakan kita sebagai umatnya. Makna yang sangat berarti dalam secuil puisi ini, tetapi sangat berkesan dalam beberapa bentuk kehidupan dari manusia yang melupakan tuhannya karena pekerjaan dan teknologi yang semakin kesini semakin berkembang pesat.

  • Kaleng Kedua 

Melanjutkan ke kaleng selanjutnya teman- teman. Pada kaleng kedua ini, puisi-puisi yang disajikan lebih fokus pada cinta atau romansa, namun JokPin tetap menyajikan beberapa puisi yang berkaitan dengan kritik sosial ke dalam karyanya. Kali ini juga Joko Pinurbo mengungkap harapan-harapannya yang belum tercapai, sekaligus harapan-harapan yang sebenarnya ingin beliau capai dalam hidup. Kritik terhadap fenomena sosial juga selalu hadir di kaleng dua ini.

Dan ya, bukan Joko Pinurbo  kalau tidak menampilkan sindiran dan humor di tengah karya puisinya. beliau ini benar-benar seorang penyair yang unik dalam lokalitas dan semangatnya. Apalagi tulisan satir menjadi favorit beliau. 

Buah Bibir

Buah bibir adalah ciuman:
manis yang tak mau habis,
segar yang takut hambar,
hangat yang ingin lekat,
sesap yang menyisakan senyap,
utuh yang berangsur luruh.
Buah cium adalah aduh.

(Jokpin, 2017)

Memaknai puisi "Buah Bibir", ungkapan-ungkapan yang terkandung selama ini kita pahami yang dimaksudkan sebagai buah bibir ialah bahan pembicaraan orang yang mengacu ke orang lain, entah itu disukai atau tidak disukai. Atau,  masyarakat pengguna media sosial pastinya sangat familiar dengan istilah trend. Dalam  karya puisi Jokpin, akibat bibir adalah ciuman, seperti baris pertama dalam sajak yang ditulis diatas.

Apakah ini arti baru dari kata buah bibir?

Tentu saja belum. Tentu, melalui puisinya ini, Jokpin seperti mengajak pembaca untuk mengapresiasi bagaimana rasanya membicarakan dirinya melalui keunggulan gaya bahasanya yang memang terkenal humor.

Ketika melihat puisi ini seperti tidak serta-merta menunjukkan sebuah makna dari sajak "Buah Bibir". Namun, kita seolah-olah dibawa larut dalam narasi pendek yang puitik tetapi kuat secara asonansi tentang apa itu buah bibir. Betapa tidak pendek, sajak dalam puisi ini hanya disusun dalam tujuh larik dan dua kalimat dalam satu bait saja. Tetapi, meskipun pendek asonansi yang demikian rapat pada sajak ini juga menimbulkan bunyi yang panjang.

Yuk simak larik-larik berikut ini menggunakan indera pendengaran kita: 

"manis yang tak mau habis, segar yang takut hambar, hangat yang ingin lekat, sesap yang menyisakan senyap, utuh yang berangsur luruh."

Nah, wajar sekali bukan? menggunakan disiplin asonansi ketat seperti ini, sangat wajar jika saya ataupun anda yang membaca akan mudah ingat sajak yang disusun dengan menggunakan cara JokPin ini..

Ketika menginterpretasi puisi "Buah Bibir" karya dari JokPin ini terdapat kejenakaan metafora buah bibir yang diisyaratkan Jokpin seperti sebuah ciuman. Sebenarnya topik yang terlihat seperti sesuatu yang abstrak tetapi dalam sajak JokPin kali ini itu bisa menjadi sebuah "materi? bagi JokPin tersendiri. Melihat ciuman tersendiri bukankah suatu proses yang sangat materiel? bahwasanya terdapat sebuah interaksi antara mencium dengan sesuatu yang dicium (apa malah sama-sama saling mencium?) yang dapat meninggalkan kesan. kesan maupun impresi dalam ciuman diibaratkan secara relatif sebagai sesuatu yang manis yang tidak mau habis maupun sesuatu sesap yang menyisakan senyap dan mungkin bisa menjadi sesuatu yang lekat.

Jadi, apakah buah bibir dalam sajak "Buah Bibir" ini menjadi sesuatu yang bergeser, menyimpang ataupun memiliki makna baru? 

Jika dirasa sepertinya tidak. Akan tetapi, dalam puisi ini seperti memberikan ilustrasi menjadi bagaimanakah suatu topik beserta kesan-kesannya dengan menggunakan penggambaran imajinatif menjadi sesuatu yang lebih reflektif. Refleksi itu dapat terlihat di penutup larik sekaligus kalimat akhir di sajaknya.

Buah cium ialah aduh.. Selain menciptakan ungkapan baru buah cium, di sini saya, kamu atau kita dapat memetik sesuatu refleksi dari kata aduh yang ditunjukkan Jokpin. Bukankah secara harfiah 'aduh' merupakan kata seru untuk menyatakan rasa heran, sakit, maupun sebagainya?

 

  • Kaleng Tiga 

Selanjutnya pada keleng ketiga ini, Joko Pinurbo memusatkan perhatiannya pada sosok perempuan yang bernama Minnah, entah dari mana  Minnah berasal, namun pada keleng ketiga ini semua judulnya mengandung Minnah, seperti Kelahiran Minnah, Rumah Minnah , Sekolah Minnah, Kepala Minnah, Bola Minnah dan Minnah Minnah. Lainnya. Mengenai puisi "Rumah Minnah" beliau menggambarkan rumahnya dikelilingi oleh buku sehingga terkadang rambut lurusnya  menjadi keriting saat membaca, namun Minnah menyukai buku sehingga hal tersebut tidak mengganggunya, karena baginya hidupnya seperti perpustakaan cinta, dia tidak akan pernah selesai membacanya.

Kaleng ketiga dan  keempat sepertinya mempunyai tema yang sama, yakni membahas topik atau pokok bahasan yang sama. Pada kaleng ketiga, topik utamanya menyangkut Minnah. Saya ingat salah satu puisi  pendek di halaman 85, berjudul "Hati Minnah". Puisi tersebut hanya terdiri dari 4 baris dan 10 kata, pendek namun menarik. Seperti inilah tampilan sajaknya:

Hati Minnah

Batu di gunung,
ombak di laut
bertemu
di dada Minnah.

(2019)

Jujur saya tidak tahu siapa Minnah sebenarnya. Tetapi hanya Joko Pinurbo dan Tuhan yang tahu Minnah sebenarnya siapa. Namun beliau pernah menyebutkan bahwa nama ini terinspirasi dari nama seseorang di negara Korea.

Menurut saya, Minnah adalah wanita lugu yang suka membaca, seseorang yang masih belajar tentang kehidupan, dan seseorang yang sedang belajar memikul beban seorang diri. Minnah punya dunianya sendiri, pergumulan batinnya sendiri, permasalahannya sendiri, kegalauan dan kegetirannya sendiri.

Saya pernah membaca salah satu karya sastra puisi berjudul "Episode Mariana", dalam buku kumpulan puisi "Hari Minggu Ramai Sekali" yang merupakan karya dari Eko Saputra Poceratu. Dalam sajak ini saya bisa mengambil makna juga sama seperti kaleng Minnah, namun berbeda karena "Episode Mariana" menceritakan tentang sosok perempuan yang gugur pada saat melahirkan anaknya. 

Ya,  menarik rasanya mengetahui ada karakter perempuan yang mewakili semangat perjuangan sesama perempuan. Tokoh yang kurang dikenal namun dapat mewakili suara masyarakat yang jarang terdengar namun penting untuk diketahui.

LAHIRNYA MINNAH

Minnah lahir 

dari rahim buku 

yang hangat 

ketika subuh rekah 

dan azan membagikan berkah.


Bunyi yang pertama kali 

meluncur dari mulut Minnah 

ialah igra. 

Dan ketika ia 

menjeritkan iqra, 

sepi terjaga 

dan mengepakkan sayapnya.


Sejak itu Minnah 

diasuh oleh buku 

agar pandai membaca 

yang tak terkatakan kata.

(2019)

Ya, di kaleng tiga ini ada sajak yang dari sekian pembaca merasa bingung bahwa Minnah sebenarnya siapa? Dan kenapa di dalam kaleng empat semua judul puisinya mengandung nama Minnah? 

Mungkin saya, kamu, atau kita juga berfikir siapa sih sosok Minnah yang dibahas JokPin sebenarnya? Saya mungkin bisa menafsirkan tentang Minnah dalam sajak-sajak kaleng empat kali ini. Seperti Minna, kita terlahir dengan kertas kosong, pikiran  masih kosong, hingga beliau mengingatkan  kita akan pentingnya  belajar, memahami segala sesuatu dengan membaca, iqra ialah pesan yang dibawa Minnah pada saat lahir.

"Minnah menjalani hari-harinya sebagaimana ia menyelami buku-bukunya. Menurut Minnah, hidup adalah pustaka cinta yang tak akan habis dibaca"

Disini kita juga belajar  menerima keadaan, terkadang kenyataan tidak sesuai dengan keinginan kita, seringkali kita  masih ragu dengan keadaan yang memaksa kita untuk berpikir ulang, berasumsi ragu-ragu, bahkan tanpa pikir panjang menyatakan bahwa hanya itu jalan satu-satunya yakni jangan pedulikan hati nuranimu. Dalam sajak diatas kalo teman-teman dapat mengamati mengandung pesan sebagai berikut: 

"Hidup tak seruntut buku, jalan menuju stasiun belum diedit, Centang perenang, penuh gosip, banyak tanda baca hilang."

Seperti sajak yang terkandung dari penggalan sajak diatas Minnah berpesan manusia masih dibutakan oleh glamornya  dunia maya, kita memilih untuk mendefinisikan harga diri kita di media sosial hingga menciptakan konflik antara rasa malu dan takdir dalam tubuh kita. Betapa rumitnya dunia sekarang, manusia  banyak bertopeng sehingga menipu diri sendiri, sungguh tragis.

  • Kaleng Empat

Sampailah kita pada kaleng terakhir di salah satu  kumpulan puisi  Joko Pinurbo "Perjamuan Khong Guan" ini teman-teman. Kaleng yang paling ditunggu dan dicari, seperti halnya wafer, ialah bintang dari pesona kue-kue yang muncul di dalam kaleng tersebut. 

Terdapat pula penjelasan mengenai sampul dan sifat misterius sosok ayah yang disampaikan dengan bahasa yang jelas. Kata Khong Quan diulang berkali-kali, terutama pada judul setiap puisi. Saat membaca keempat kaleng tersebut, pengulangannya seolah membawa kita pada rangkaian cerita dengan banyak makna berbeda dari Khong Guan. Rangkaian kata-kata sarkastik dan  humor kerap muncul dalam berbagai puisi sebagai ciri khas Joko Pinurbo.

Kaleng empat banyak membahas soal biskuit Khong Guan, dan berbagai pertanyaan tentang para pembaca kemana sebenarnya sosok ayah pada kaleng biskuit yang biasa kita mengetahui cuma ada sosok ibu dan dua anak?

Kaleng Khong Guan menggambarkan sebuah keluarga tanpa ayah, namun saya bertanya-tanya apakah ibu dan kedua anaknya ini bisa sepenuhnya menganut nilai-nilai kekeluargaan jika tidak ada ayah. Akankah keluarga mereka  harmonis tanpa ada perselisihan yang terjadi? Ya teman-teman, sampai sekarang itu masih menjadi misteri.

Kalau menurut saya sendiri, kue legendaris ini sangat erat kaitannya dengan tradisi  Indonesia, yakni kebersamaan ketika ramadhan atau saat Idul Fitri. Misalnya tradisi makan bersama keluarga atau berkumpul saat hari raya Idul Fitri, khususnya pada hari raya idul fitri, dimana Khong Guan dapat menjadi salah satu bentuk silaturahmi dengan keluarga dan kerabat besar. 

Ada sebuah artikel yang membahas tentang kebersamaan keluarga besar ketika berkumpul bersama, dan saya pernah membaca artikel tersebut tentang manfaat makan bersama sekeluarga. North Dakota State University menyatakan bahwa manfaat makan bersama selain menjaga keharmonisan juga memberikan kesempatan untuk menyebarkan nilai-nilai dan sikap kekeluargaan secara turun-temurun, sehingga anak-anak bisa dapat belajar banyak  tentang hal-hal penting dari orang tua mereka mengenai kebersamaan keluarga. 

Hal yang membuat saya penasaran dan suka terhadap buku puisi karya Joko Pinurbo, yakni beliau tetap konsisten terhadap unsur-unsur gejala sosial yang mengenai suatu negara dan kekuasaan, tetapi pada kaleng empat ini menautkan terhadap sosok keluarga inti maupun keluarga besar. Yang pada kaleng empat ini JokPin berimajinasi tentang keberadaan sosok seorang ayah tersebut. 

Di kaleng keempat, pembaca akan menemukan puisi dengan judul yang sama dengan buku ini, yaitu "Perjamuan Khong Guan". Ini bukti bahwa kotak keempat adalah inti atau pelat yang kita cari. Berikut puisi dan penjelasan sedikit dari saya mengenai sajaknya:

Perjamuan Khong Guan

 

Di kaleng Khong Guan

hidup yang keras dan getir

terasa renyah seperti rengginang

 

Berkerudungkan langit biru,

ibu yang hatinya kokoh membelah

dan memotong-motong bulan

dan memberikannya

kepada anak-anaknya yang ngowoh.

 

Anak-anak gelisah

sebab ayah mereka

tak kunjung pulang.

"Ayahmu dipinjam negara.

Entah kapan akan dikembalikan,"

si ibu menjelaskan.

 

Lalu mereka selfi di depan

meja makan: "Mari kita berbahagia."

 

Si ayah ternyata sedang ngumpet

menghabiskan remukan rengginang.

 

(2019)

Nah teman-teman, seperti sajak diatas yang sama dengan judul kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan", yang menceritakan kaleng empat yakni kemana sebenarnya ayah pada kaleng Khong Guan tersebut? 

Sajak diatas ternyata sudah menjawab atas semua pertanyaan pembaca bahwa kemana ayah pergi? Jawabannya adalah "Ayahmu dipinjam negara, entah kapan di kembalikan". Tetapi sebenarnya itu masih belum menjawab, sebab yang mungkin saya tangkap dari sajak diatas ialah "Si ayah ternyata sedang mengumpet menghabiskan remukan rengginang". Namun sebenarnya itu juga masih belum menjawab akan pertanyaan dari pembaca, itu hanya ide dari karya Joko Pinurbo agar puisinya dapat di pahami dan dijadikan sebagai acuan agar para pembaca mengetahui bahwa sebenarnya si ayah pergi kemana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun