Buah Bibir
Buah bibir adalah ciuman:
manis yang tak mau habis,
segar yang takut hambar,
hangat yang ingin lekat,
sesap yang menyisakan senyap,
utuh yang berangsur luruh.
Buah cium adalah aduh.
(Jokpin, 2017)
Memaknai puisi "Buah Bibir", ungkapan-ungkapan yang terkandung selama ini kita pahami yang dimaksudkan sebagai buah bibir ialah bahan pembicaraan orang yang mengacu ke orang lain, entah itu disukai atau tidak disukai. Atau,  masyarakat pengguna media sosial pastinya sangat familiar dengan istilah trend. Dalam  karya puisi Jokpin, akibat bibir adalah ciuman, seperti baris pertama dalam sajak yang ditulis diatas.
Apakah ini arti baru dari kata buah bibir?
Tentu saja belum. Tentu, melalui puisinya ini, Jokpin seperti mengajak pembaca untuk mengapresiasi bagaimana rasanya membicarakan dirinya melalui keunggulan gaya bahasanya yang memang terkenal humor.
Ketika melihat puisi ini seperti tidak serta-merta menunjukkan sebuah makna dari sajak "Buah Bibir". Namun, kita seolah-olah dibawa larut dalam narasi pendek yang puitik tetapi kuat secara asonansi tentang apa itu buah bibir. Betapa tidak pendek, sajak dalam puisi ini hanya disusun dalam tujuh larik dan dua kalimat dalam satu bait saja. Tetapi, meskipun pendek asonansi yang demikian rapat pada sajak ini juga menimbulkan bunyi yang panjang.
Yuk simak larik-larik berikut ini menggunakan indera pendengaran kita:Â
"manis yang tak mau habis, segar yang takut hambar, hangat yang ingin lekat, sesap yang menyisakan senyap, utuh yang berangsur luruh."
Nah, wajar sekali bukan? menggunakan disiplin asonansi ketat seperti ini, sangat wajar jika saya ataupun anda yang membaca akan mudah ingat sajak yang disusun dengan menggunakan cara JokPin ini..
Ketika menginterpretasi puisi "Buah Bibir" karya dari JokPin ini terdapat kejenakaan metafora buah bibir yang diisyaratkan Jokpin seperti sebuah ciuman. Sebenarnya topik yang terlihat seperti sesuatu yang abstrak tetapi dalam sajak JokPin kali ini itu bisa menjadi sebuah "materi? bagi JokPin tersendiri. Melihat ciuman tersendiri bukankah suatu proses yang sangat materiel? bahwasanya terdapat sebuah interaksi antara mencium dengan sesuatu yang dicium (apa malah sama-sama saling mencium?) yang dapat meninggalkan kesan. kesan maupun impresi dalam ciuman diibaratkan secara relatif sebagai sesuatu yang manis yang tidak mau habis maupun sesuatu sesap yang menyisakan senyap dan mungkin bisa menjadi sesuatu yang lekat.