Sementara di sekolah pada pukul tujuh kurang lima menit guru-guru masih menunggu seorang wali murid yang belum datang karena kursi untuk pelaksanaan Bhakti Sadhana masih tersisa satu. Setelah di hitung dan di absen ternyata benar ada satu anak yang belum berangkat yaitu Yusuf.
"Bagaimana ini pak Joko? Masih tersisa satu kursi" Jawab asisten pak Joko.
Pak Joko selaku panitia Bhakti Sadhana pun harus mengambil tindakkan. Karena banyak orang tua yang harus berangkat bekerja pada akhirnya acara pun di mulai tanpa menunggu Yusuf.
Para murid-murid mulai berjalan dan berlutut di depan orang tua mereka masing-masing. Setelah barisan terakhir murid-murid pun Yusuf masih belum datang. Pak Joko masih berharap jika Yusuf datang walaupun terlambat, namun tak ada tanda-tanda kehadirannya sama sekali.
Akhirnya acara terpaksa di mulai dan di tengah-tengah ceramah Yusuf dan Ibunya datang dengan kursi roda. Yusuf segera ke tempat kursinya. Yusuf pun segera menyesuaikan dengan keadaan dan mendengarkan ceramah sembari menaruh tangannya di pangkuan Ibunya.
Tak lama kemudian Ibunya meneteskan air matanya karena terharu akan ceramah yang di bacakan. Di tengah itu kakinya di cuci oleh anaknya sendiri dengan lembut. Ibu Tutik benar-benar merasa sangat bersyukur memiliki Yusuf sebagai anaknya dan di akhir acara Ibu Tutik memeluk Yusuf dengan sangat erat sambil menangis. Saat itu raut wajah Yusuf menunjukan bahwa ia menahan rasa sakit, namun ia tetap kembali memeluk Ibunya dan terus menahannya sambil berkata.
"Lepaskan saja perasaan ibu disini. Aku ada disini kok tenang saja." Kata Yusuf.
"N-Nak te-terimakasih kamu telah sangat berbakti pada ibu. Ibu sangat beruntung memiliki kamu!" Kata Ibunya dengan terbata-bata.
Setelah acara selesai Yusuf membereskan baskomnya. Airnya ia siram ke tanaman sekitar sekolah dan semua barangnya ia bungkus kembali di dalam plastik. Yusuf pun mengantar Ibunya ke tempat yang teduh dan ijin pergi ke toilet sebentar.
Lima menit, sepuluh menit, sampai lima belas menit Yusuf tak kunjung kembali. Ibunya pun khawatir dan meminta tolong pada tukang kebun disana untuk membawakannya ke kamar mandi sekolah. Ibu Yusuf pun memaksa untuk berdiri dan masuk ke kamar mandi laki-laki dan ia terkejut melihat Yusuf yang sedang memuntahkan darah di wastafel sambil menggenggam sebutir obat di tangannya.
"Nak?!" Teriak Ibu Yusuf.