Besoknya di pagi hari pada jam enam pagi ibunya tersadar di kamar rumah sakit dengan Yusuf yang tertidur di pangkuannya. Tak lama kemudian suster pun datang untuk mengganti infus ibu Tutik.
"Ah ibu sudah siuman!." Kata suster itu.
"Sus kemarin apa yang terjadi?" Tanya Ibu Tutik.
"Sebentar ya buk saya akan memanggil dokter setelah mengganti infus ibu."
Setelah dokter di panggil oleh suster dokter pun menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada jam dua belas dini hari. Ternyata Bu Tutik mendapatkan donor ginjal dari orang lain. Ginjal kiri Bu Tutik sudah tak bisa bekerja lagi setelah terkena kanker dan harus di angkat sementara di usia Ibu Tutik yang tak lagi muda sangat berisiko untuk hidup dengan satu ginjal. Setelah mendengar hal itu Ibu Tutik pun tersenyum dan langsung mengucapkan syukur pada Tuhan yang maha penyayang.
"Alhamdulillah terimakasih Ya Allah semoga orang baik yang ikhlas memberikan ginjalnya pada saya diberkahi oleh dirimu yang maha Kuasa." Kata Bu Tutik.
Dokter dan suster tersenyum mendengarnya dan turut senang.
"Dok kalau boleh tau siapa ya yang memberikan ginjalnya pada saya?" Tanya Bu Tutik.
Dokter terdiam sejenak setelah mendengar itu dan menjawab. "Orang yang memberikan ginjalnya pada ibu ingin indentitasnya di tutupi. Ia berkata jika kebaikan tak harus selalu di ketahui oleh orang lain."
Bu Tutik sedikit kecewa mendengarnya karena ia ingin membalas kebaikan orang tersebut, namun jika memang itu yang orang itu inginkan Bu Tutik juga harus menghargai keputusannya.
Setelah menjelaskan semuanya dokter pun pergi dari sana. Ibu Tutik pun membangunkan Yusuf dan menceritakan apa yang dikatakan dokter tadi. Anehnya Yusuf yang mendengar cerita ibunya hanya menunjukan senyum kecil dan berkata Alhamdulillah saja kemudian segera bangun dan berjalan ke kamar mandi. Ibu Yusuf yang melihat anaknya lesu mulai gelisah padanya.