“Ahh.. bohong, hampir sepanjang waktu dia didekatmu” jawaban suara hatiku langsung memvonis.
“Aku tidak punya persiapan” kembali aku berkata.
“Aduhh lintang yang bebal, jangan kamu bohongi dirimu, kamu dapat undangannya sebulan yang lalu, bahkan kamu sudah membelikan hadiah buatnya jauh hari, bahkan kamu rela mengurangi jatah jajanmu, demi membelikan jam tangan itu”. Suara hatiku membantah.
“Kamu pengecut, kamu penakut..” Lantang suara hatiku berkata.
“Tidak. juga, aku berani, aku bicaral sama dia kok, aku berani ngobrol sama orang tuanya”membela diri aku.
“Tapi kamu tidak berani bilang itu kepadanya” Kejar suara hatiku.
“Itu…..” Tak bisa aku melanjutkan kata – kata..
“Ayo, Akuilah kalo kamu memang pecundang…” Keras suara hatiku berkata,
“Tapi bagaimana kalau aku ditolak?” Tanyaku
“Kamu takut ditolak jadi kamu takut mengatakannya? Atau kamu memang takut mengatakan tetapi sudah siap ditolak?” pertanyaan yang membingungkan keluar dari dalam hatiku
“ Dua – duanya” jawabku.