Etika memegang peranan krusial dalam membangun masyarakat yang berintegritas. Keteladanan tokoh-tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi memberikan inspirasi yang nyata tentang bagaimana etika dan moralitas dapat menjadi pedoman hidup. Gandhi, yang dikenal karena prinsip ahimsa (tanpa kekerasan) dan kejujurannya, menunjukkan bahwa keberanian moral, konsistensi terhadap nilai-nilai, serta kepemimpinan yang penuh teladan dapat menciptakan perubahan besar dalam masyarakat. Sikap dan tindakan Gandhi tidak hanya menginspirasi pergerakan kemerdekaan India, tetapi juga menjadi contoh universal tentang bagaimana seorang individu dapat memengaruhi dunia melalui integritas dan keteladanan.
Dalam upaya mencegah korupsi, belajar dari keteladanan Mahatma Gandhi dapat menjadi pijakan penting. Sikapnya yang sederhana, konsisten pada prinsip, serta keberanian untuk menentang ketidakadilan dapat dijadikan teladan bagi generasi saat ini untuk memupuk integritas dan memimpin diri ke arah yang lebih baik.
Lahir di Porbandar, yang juga dikenal Sudamapuri daerah Kathiawad negara bagian Gujarat India Barat pada 2 Oktober 1869. Mohandas Karamchand Gandhi atau yang kerap dikenal sebagai Mahatma Gandhi (Jiwa Agung) lahir dalam keluarga penganut Hindu saleh dan cukup terpandang, beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Ketika remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum di University Collage London. Setelah ia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana ia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Kemudian ia memutuskan menjadi aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut.
Mahatma Gandhi adalah pemimpin spiritual dan politikus dari India yang sangat peduli dengan berbagai bentuk penindasan dan kekerasan dalam masyarakat. pergulatan kehidupannya baik di India maupun Afrika telah mendorongnya untuk menjadi pejuang kemanusiaan yang terkenal dengan Gerakan anti-kekerasannya (non-violance). Ia beranggapan bahwa perang dan konflik yang mengakibatkan penderitaan kepada orang-orang harus dihentikan. Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris. Pemikiran dan perjuangannya memiliki dampak yang besar bagi kemerdekaan India dan serta menginspirasi pejuang-pejuang anti-kekerasan di berbagai belahan dunia. Dalam perjuangannya, Mahatma Gandhi menyerukan anti-kekerasan dan prinsip satyagraha, yang sering diartikan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan menuju kebenaran". Sepanjang hidupnya, Mahatma Gandhi menerapkan prinsip-prinsip seperti kebenaran, cinta, puasa (laku prihatin), anti kekerasan, serta keteguhan hati dan prinsip sebagai salah satu metode dalam menghadapi konflik dan ketidakadilan. Adapun prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Kebenaran (Satya)
Mahatma Gandhi percaya bahwa kebenaran (Satya) merupakan landasan utama dari kehidupan yang bermakna. Ia memandang kebenaran bukan hanya sebagai konsep abstrak, tetapi sebagai kekuatan yang mampu melepaskan manusia dari belenggu ketidakadilan dan penindasan. Bagi Mahatma Gandhi, kebenaran adalah jalan menuju keadilan dan kejujuran, serta merupakan dasar dari semua tindakan dan pemikiran.
Dalam praktiknya, Mahatma Gandhi mengimplementasikan kebenaran dalam setiap aspek kehidupannya. Ia selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai kebenaran, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Ia tidak pernah takut untuk melawan ketidakadilan, meskipun harus menghadapi risiko dan kesulitan. Keteguhannya dalam memegang teguh kebenaran menjadi inspirasi bagi banyak orang.
2. Cinta
Cinta merupakan kekuatan dahsyat yang mampu mengubah dunia. Mahatma Gandhi percaya bahwa cinta mampu mengatasi kebencian, kekerasan, dan ketidakadilan. Ia mengajarkan bahwa cinta bukan hanya perasaan romantis, tetapi juga kasih sayang universal yang meliputi semua makhluk hidup. Mahatma Gandhi mencontohkan cinta dalam kehidupan sehari-harinya. Ia menunjukkan kasih sayang kepada semua orang, tanpa memandang ras, agama, atau status sosial. Ia memperlakukan musuh-musuhnya dengan penuh hormat dan berusaha untuk memahami perspektif mereka. Menurut Mahatma Gandhi, cinta bukanlah kelemahan, melainkan sumber kekuatan dan inspirasi. Ia percaya bahwa cinta mampu mendorong manusia untuk berjuang demi keadilan dan perdamaian.
3. Puasa (Laku Prihatin)
Puasa (Laku Prihatin) merupakan bentuk disiplin diri yang penting dalam gaya hidup Mahatma Gandhi. Ia melihat puasa bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai cara untuk membersihkan diri dari dosa, mengekang hawa nafsu, dan meningkatkan kesadaran spiritual. Mahatma Gandhi sering melakukan puasa sebagai bentuk protes politik. Ia menggunakan puasa untuk mendesak pemerintah Inggris agar memberikan kemerdekaan kepada India. Ia juga melakukan puasa untuk memprotes kekerasan dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Melalui puasa, Mahatma Gandhi menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada tekad dan ketahanan jiwa. Ia percaya bahwa puasa dapat menjadi senjata yang ampuh untuk melawan ketidakadilan dan mencapai tujuan yang mulia.