Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salah Siapa?

21 Desember 2019   15:11 Diperbarui: 21 Desember 2019   15:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mas Oji arsitek nih; insinyur. Paling tidak, Mas Oji memiliki solusi secara teknik agar ada pengganti turapnya."

"Waduh, saya tidak mau repot berpikir, Pak. Toh sejak semula Pak Demun tidak menggunakan jasa konsultan perencana. Pokoknya, gitu deh."

"Oke, oke, oke. Berarti..."

"Saya mau menyeruput kopi saja," serobot saya.

Menyeruput kopi saja. Sederhana dan pragmatis. Tidak perlu repot menanggapi Pak Semprul dengan memikirkan perihal solusi. Tidak perlu menjadi sok pintar. Toh, dalam lingkungan keluarga Pak Demun sudah tersedia insinyur Sipil, bahkan dua orang. Apa lagi yang kurang untuk mendapatkan solusinya?

Selain itu, menurut saya, sebaiknya ada upaya Pak Semprul untuk menindaklanjuti kasus turab roboh ke ranah hukum. Ya, biasa-lah, sebagai pensiunan aparat yang bisa dan biasa menyelidiki dan memberi garis kuning sebagai batas untuk tindak penyelidikan, mungkin kemudian bisa mendapatkan kepastian secara hukum sehingga bisa mendapat kepastian mengenai pihak yang bersalah dan berbenar.

***

Selama lebih seminggu pasca-turab roboh dan gerudukan warga setempat, saya hanya sesekali menemani empat pekerja perbaikan turap yang pendek. Beberapa kerusakan akibat disenggol orang maupun ternak warga sekitar. "Menceboki kerjaan orang", istilah di proyek.

Tidak terlalu repot, tetapi membosankan bagi saya yang menunggui mereka, karena sepanjang sekian puluh meter hanya itu-itu saja yang dikerjakan. Sama sekali tidak ada variasi pekerjaan selama lebih satu minggu ini.

Sudah begitu, posisi kami berada di lahan terbuka dengan tanah dan bebatuan. Matahari bisa memanggang kami secara langsung. Baru kini dan di sini saya mengalami kondisi alam begini.

Selama itu pula saya belum lagi melihat kehadiran Pak Demun di lokasi proyek. Terakhir saya melihat serta berkomunikasi secara langsung dengan bos pengembang ini adalah di teras kantor pemasaran dengan obrolan soal turap yang kurang "elok" di matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun