Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salah Siapa?

21 Desember 2019   15:11 Diperbarui: 21 Desember 2019   15:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan tanah yang dilintasi Segon masih becek dan sebagian tergenang. Itu satu-satunya menuju warung proyek dari arah kiri. Ada juga dari arah depan yang tersambung dari jalan utama yang sudah siap dilapisi aspal, tetapi kondisinya jauh lebih parah.

Sesampai di depan warung, motor berhenti. Saya pun menyambut keduanya dengan senyuman. Saya sudah menganggapnya seperti kawan.

"Eh, Mas Oji ngopi di sini, panas-panas."

"Biasa-lah, warung terdekat, Don."

Sebentar kemudian keduanya memesan es rasa jeruk dan mangga pada Mbak Yatmi. Mbak Yatmi segera mengambil sasetan sebuk rasa jeruk dan mangga yang tergantung berenteng-renteng di palang bambu depan dekat susunan gelas. 

"Tadi kami ngobrol dengan Pak Semprul," ungkap Segon tanpa menunggu banyak waktu menjadi basa-basi. "Pak Semprul menghubungi Pak Demun, lalu saya dihubungkan dengan Pak Demun."

Sedon menceritakan obrolannya dengan Pak Demun. Kata Sedon, Pak Demun tidak bisa datang. Kata Sedon lagi, turap yang roboh menyebabkan kondisi parit mungil terganggu. Air tidak bisa mengalir ke tempat semestinya, sehingga melewati kebun jati, halaman, dan sebagian parkir di dalam rumah warga.

Kemudian Segon mengatakan pada Pak Demun bahwa dampak pembangunan dengan potong dan timbun menyebabkan air membeludak pada satu arah dari satu gorong-gorong, mengalirkan lumpur ke parit kecil dekat jembatan kecil, dan singgah ke lantai rumah sekitar parit.

Selanjutnya, setiap mendung muncul, sebagian warga langsung khawatir pada nasibnya selama berada di rumah. Sebelum lahan dibuka oleh pengembang, kata mereka, hujan merupakan waktu paling menyenangkan untuk tidur nyenyak.

"Terus, apa tanggapan Pak Demun, Don?"

"Katanya, turap yang roboh itu murni kesalahan kontraktor."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun