"Berarti lucu."
"Lucunya?"
"Karena pengembang tidak menggunakan jasa konsultan perencana."
"Itu saja lucunya?"
"Lucunya lagi adalah anak dan menantunya Pak Demun itu insinyur Sipil. Soal tanah dengan segala perhitungan mekanikanya, pasti keduanya bisa menghitung."
"Lucunya di mana, Mas?"
"Pak Demun tidak mau mempercayakan persoalan teknis kepada anak dan menantunya. Lha, untuk apa Pak Demun menguliahkan anaknya di Teknik Sipil, 'kan? Mending dulu kuliah di bidang cara memetik buah pepaya saja. Punya menantu mendingan dari jurusan teknik makan buah pepaya."
"Ha-ha-ha! Mas Oji bisa aja."
***
"Pak Demun menyalahkan kontraktor pelaksana". Apakah dia tidak sadar pada umurnya, kemampuan berpikirnya, latar pendidikan anak dan menantunya, dan prosedur teknis berkaitan dengan desain struktur turap?
Saya jengkel sekali dengan jawaban Pak Demun itu dan hal-hal sekitarnya. Mujurnya Pak Demun tidak langsung berbicara dengan saya. Kalau berbicara dengan saya begitu, tidak mustahil saya akan membalikkan persoalan ke awal lagi, dan meminta dia membuat perhitungan secara teknis di depan saya.