Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salah Siapa?

21 Desember 2019   15:11 Diperbarui: 21 Desember 2019   15:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kewalahan sendiri, lantas menyerah saja. Saya menutup layar kalkulator, lalu mengambil gelas kopi. Saya mau bersantai saja dengan menghadap ke arah jalan beton kampung, dimana jarak antara warung proyek dan jalan itu sekitar seratus meter.

Saya menengok arloji. Baru pkl. 09.15. Masih pagi, meski suhu sudah gerah sekali. Waktu bersantai bisa panjang.

Belum sempat pikiran bersantai, saya melihat beberapa warga sedang berbondong-bondong menuju kantor pemasaran. Lima belas orang, tepatnya. Segon dan Muin berada di posisi depan.

Mata dan telinga saya fokuskan pada aksi mereka alias warga setempat. Saya menduga bahwa aksi mereka berkaitan dengan musibah turap yang roboh dan apa dampaknya. Kalau sebuah pelaksanaan pembangunan saja bisa berdampak, khususnya dampak buruk, apalagi camur-tangan alam yang langsung membuahkan musibah.

Tidak berapa lama kemudian muncul Pak Semprul dari pintu kantor pemasaran. Ya, paling tidak, Pak Semprul mewakili pengembang di lokasi proyek ini. Zaenab tidak mungkin meladeni mereka, karena karyawan bagian pemasaran ini dikhususkan untuk meladeni calon konsumen atau pengunjung yang sedang mencari calon rumah baru.

***

Aksi sebagian warga setempat sudah bubar. Saya masih menghadap ke luar warung proyek dengan pandangan bergerak dari jalan masuk lokasi ke area lokasi yang bergundukan tanah berbatu dan genangan air di beberapa permukaan lahan blok atau kavling.

Sudut mata saya menangkap gerakan sebuah motor matik sedang menuju ke warung proyek melewati jalan tanah di bagian kiri lokasi. Saya pun menoleh ke sana. Segon dan Muin berboncengan.

Belum satu bulan saya mengenal keduanya. Segon adalah pemuda yang dikenal sebagai bagian dari sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi masyarakat setempat (ormas) tingkat kecamatan dengan jabatan "Sekretaris Jenderal". Sedangkan Muin hanya pemuda biasa, tetapi cukup disegani di wilayah ini.

Segon atau Muin bisa saja disebut juga sebagai "preman lokal". Di beberapa proyek usang, saya biasa berkawan dengan orang-orang seperti keduanya, meski tidak terlalu dekat. Baik material yang datang maupun alat kerja bernilai tertentu merupakan bagian yang "wajib" memberikan "kompensasi" bagi mereka.  

Akan tetapi, karena peristiwa robohnya turap tadi malam dan komplain tadi pagi, saya merasa "agak" lain suasananya nanti. Saya tidak berani menduga yang negatif, melainkan menunggu kedatangan Segon dan Muin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun