Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sebuah Upaya Membunuh Bapak Kandung

12 Desember 2019   23:40 Diperbarui: 12 Desember 2019   23:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, ada orang di dalamnya, pikir saya ketika menemukan sesosok bayangan di bagian tengah.

Dengan tenang dan agak tersenyum saya mendatangi mobil itu. Dalam jarak empat-lima meter pandangan saya semakin jelas terhadap sosok itu. Mau-tidak mau, senyuman semakin saya mekarkan.

Hanya dalam jarak satu meter dan dengan memainkan kepala, barulah saya bisa melihat sebagian ssok dengan agak jelas di situ. Meski berkaca gelap, tetap ada bagian yang masih bisa terlihat. Akan tetapi, sosok yang terlihat tidaklah bergerak, bahkan saya tidak menangkap adanya suara atau apalah.

Saya nekat mendekati jendela kacanya di bagian tengah. Saya tidak peduli pada batasan sopan-santun atau tata krama pergaulan, kecuali muncul debaran yang mendadak.

Lalu saya mengintip dengan membuat bayangan dari tangan kanan pada permukaan kaca itu. Dan, alangkah terkejutnya saya.

Pak Demun berada dalam mobilnya. Kepalanya dalam posisi mendongak di sandaran  jok. Mulutnya menganga.  Matanya melotot. Tidak ada gerakan sama sekali.

Saya berpindah posisi. Ke depan atau bagian sopir. Selanjutnya ke bagian belakang. Tidak ada siapa-siapa selain Pak Demun dengan posisinya semula.

Saya kembali ke kaca bagian tengah, di mana posisi Pak Demun yang tadi saya lihat. Saya agak menunduk untuk melihat situasi di dalamnya secara lebih rinci.  

Posisi Pak Demun tidak berubah, bahkan kaku. Dada saya bergemuruh dengan kencang.

Jangan-jangan...

Kepenasaran saya mencapai puncak ketika di bagian bawah Pak Demun tampak telanjang bulat. Pak Demun tidak mengenakan celana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun